Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Polimiositis: Penyebab, Gejala, Diagnosis, dan Pengobatan

ilustrasi polimiositis (pexels.com/cottonbro)
ilustrasi polimiositis (pexels.com/cottonbro)

Polimiositis atau polymyositis adalah penyakit yang mengakibatkan peradangan dan kelemahan pada otot. Polimiositis adalah jenis miopati inflamasi idiopatik, dianggap sebagai gangguan autoimun sistematis dan memengaruhi otot rangka.

Polimiositis biasanya memengaruhi otot-otot yang paling dekat dengan batang tubuh, tetapi seiring waktu otot-otot lain kemungkinan terdampak. Biasanya, polimiositis berkembang secara bertahap.

Meski bisa berkembang pada siapa pun, termasuk anak-anak, tetapi biasanya ini tidak memengaruhi individu yang berusia di bawah 18 tahun. Polimiositis paling sering memengaruhi usia antara 40 dan 60 tahun. Kondisi ini lebih sering memengaruhi perempuan daripada laki-laki, dengan rasio dua banding satu.

1. Apa itu polimiositis?

ilustrasi polimiositis (pexels.com/Polina Tankilevitch)
ilustrasi polimiositis (pexels.com/Polina Tankilevitch)

Polimiositis adalah penyakit inflamasi otot yang mengakibatkan kelemahan otot. Miositis berarti peradangan otot. Umumnya, polimiositis memengaruhi otot-otot yang paling dekat dengan batang tubuh. Penderitanya akan mengalami kesulitan ketika bangkit dari posisi duduk, saat menaiki tangga, mengangkat benda, atau meraih di atas kepala, mengutip Cleveland Clinic.

Dalam beberapa kasus, otot-otot yang tidak dekat dengan batang tubuh menjadi terpengaruh seiring berkembangnya penyakit. Jika polimiositis disertai proses inflamasi yang menyerang kulit, maka juga disebut dermatomiositis. 

Polimiositis bisa hadir dalam kombinasi dengan penyakit lain. Baik polimiositis dan dermatomiositis terkadang bisa dikaitkan dengan kanker, termasuk limfoma, kanker payudara, kanker paru-paru, kanker ovarium, dan kanker usus besar.

2. Penyebab

ilustrasi polimiositis (advancerheumatology.com)
ilustrasi polimiositis (advancerheumatology.com)

Dilansir Healthline, tidak ada penyebab spesifik polimiositis atau miopati inflamasi idiopatik lainnya. Beberapa faktor bisa meningkatkan risiko seseorang mengembangkan kondisi ini. Ini mencakup:

  • Gangguan sistem kekebalan tubuh. 
  • Infeksi virus. 
  • Gangguan jaringan ikat. 
  • Penyakit Pernapasan. 
  • Risiko sel kanker. 

Meski tidak ada hubungan genetik, tetapi seseorang kemungkinan mempunyai faktor risiko lain dalam riwayat keluarganya yang meningkatkan kemungkinan untuk mengembangkan kondisi ini.

3. Gejala

ilustrasi polimiositis (pexels.com/Karolina Grabowska)
ilustrasi polimiositis (pexels.com/Karolina Grabowska)

Gejala utama polimiositis adalah kelemahan otot. Biasanya ini memengaruhi otot proksimal terlebih dahulu. Ini merupakan otot-otot yang paling dekat lokasinya dengan batang tubuh. Contohnya seperti:

  • Otot bahu. 
  • Otot lengan atas. 
  • Otot pinggul. 
  • Otot paha.

Seiring perkembangan penyakit, kelemahan otot juga bisa terjadi pada otot distal. Ini merupakan otot yang terjauh dari batang tubuh. Contohnya seperti otot betis dan otot lengan bawah.

Pada tahap awal, polimiositis bisa mengakibatkan ketidaknyamanan ringan. Ketika otot terus melemah, seseorang kemungkinan mulai mengalami kesulitan bergerak. Tergantung kelompok otot mana yang terpengaruh, kondisi ini bisa menyebabkan kesulitan melakukan tugas-tugas berikut:

  • Menaiki tangga. 
  • Mengangkat benda. 
  • Berdiri. 
  • Mengangkat kepala ketika berbaring.
  • Menelan. 

Polimiositis bisa dikaitkan dengan masalah pada paru-paru, dan penyakit paru interstisial merupakan kemungkinan penyebab masalah pernapasan yang terjadi. Gejala lain yang kemungkinan muncul akibat polimiositis dapat mencakup:

  • Sesak napas. 
  • Kesulitan menelan.
  • Kesulitan berbicara. 
  • Kelelahan. 
  • Radang sendi.
  • Batuk kering kronis.

4. Diagnosis

ilustrasi sampel darah untuk tes AMH (pexels.com/Los Muertos Crew)
ilustrasi sampel darah untuk tes AMH (pexels.com/Los Muertos Crew)

Untuk menegakkan diagnosis, dokter kemungkinan akan melakukan pemeriksaan fisik dan meninjau riwayat kesehatan pasien. Setelah itu, jika dari hasil pemeriksaan fisik dan riwayat kesehatan pasien terdapat indikasi polimiositis, maka dokter mungkin akan memesan satu atau lebih dari tes berikut:

  • Tes darah: Seseorang dengan polimiositis kemungkinan mempunyai antibodi tingkat tinggi yang spesifik untuk peradangan otot atau creatine kinase (CK) dalam darah. Antibodi merupakan protein yang disebabkan oleh sistem kekebalan tubuh sebagai bagian dari proses inflamasi. Oleh karena itu, tingkat antibodi yang tinggi bisa menunjukkan adanya penyakit inflamasi yang mendasarinya, seperti polimiositis. CK merupakan enzim yang ada dalam serat otot. Saat serat otot menjadi rusak, maka CK keluar dari serat dan masuk ke aliran darah. 
  • Tes elektromiografi (EMG): Untuk menilai fungsi otot dan saraf yang mengendalikannya. Tes ini melibatkan memasukkan jarum halus yang disebut elektroda ke dalam otot. Seorang dokter kemudian akan meminta orang tersebut untuk mengontraksikan otot tersebut. Monitor komputer akan merekam aktivitas listrik otot sebagai respons terhadap kontraksi. 
  • Tes pencitraan: Pemindaian MRI atau ultrasound bisa membantu dokter mengidentifikasi peradangan otot.
  • Biopsi otot: Biopsi otot melibatkan pengangkatan sejumlah kecil jaringan otot untuk pemeriksaan lebih dekat.

5. Pengobatan

ilustrasi obat-obatan (IDN Times/Aditya Pratama)
ilustrasi obat-obatan (IDN Times/Aditya Pratama)

Meskipun tidak ada obatnya, tetapi pengobatan dapat meningkatkan kekuatan dan fungsi otot, mengutip Mayo Clinic. Makin awal pasien menerima pengobatan maka hasilnya akan lebih efektif dengan komplikasi yang lebih sedikit.

Namun, seperti banyak kondisi, tidak ada pendekatan tunggal terbaik. Dokter akan menyesuaikan strategi perawatan berdasarkan gejala dan seberapa baik pasien merespons terapi.

Obat yang paling umum digunakan untuk mengobati polimiositis meliputi:

  • Kortikosteroid: Obat-obatan seperti prednison bisa sangat efektif dalam mengendalikan gejala polimiositis. Akan tetapi, penggunaannya dalam waktu lama dapat memiliki efek samping yang serius dan luas. Inilah kenapa dokter mungkin secara bertahap mengurangi dosis obat ke tingkat yang lebih rendah.
  • Corticosteroid-sparing agents: Bila digunakan dalam kombinasi dengan kortikosteroid, obat ini dapat menurunkan dosis dan potensi efek samping kortikosteroid. Dua obat yang paling umum digunakan untuk polimiositis adalah azathioprine dan methotrexate. Obat lain yang diresepkan untuk polimiositis termasuk mycophenolate mofetil, siklosporin, dan tacrolimus.
  • Rituximab: Lebih umum digunakan untuk mengobati artritis reumatoid, rituximab adalah pilihan jika terapi awal tidak cukup mengontrol gejala polimiositis

Tergantung tingkat keparahan gejala, dokter mungkin menyarankan:

  • Terapi fisik: Ahli terapi fisik dapat mengajarkan latihan untuk mempertahankan dan meningkatkan kekuatan dan fleksibilitas, serta menyarankan tingkat aktivitas yang sesuai.
  • Terapi wicara: Jika otot menelan melemah karena polimiositis, terapi wicara dapat membantu mempelajari cara mengompensasi perubahan tersebut.
  • Penyesuaian pola makan: Dalam perjalanan polimiositis, mengunyah dan menelan bisa menjadi lebih sulit. Ahli diet terdaftar dapat mengajari cara menyiapkan makanan bergizi yang mudah dimakan.

Prosedur medis lainnya juga bisa dilakukan. Imunoglobulin intravena (IVIg) adalah produk darah murni yang mengandung antibodi sehat dari ribuan donor darah. Antibodi yang sehat ini dapat memblokir antibodi yang merusak yang menyerang otot pada polimiositis. Diberikan sebagai infus melalui vena, perawatan IVIg mungkin perlu diulang secara teratur agar efeknya berlanjut.

6. Prognosis

ilustrasi sakit pinggang (medi.de)
ilustrasi sakit pinggang (medi.de)

Orang dengan polimiositis umumnya butuh perawatan seumur hidup. Meski begitu, kebanyakan orang merespons pengobatan dengan baik dan mendapatkan kembali kekuatan otot mereka. Namun, beberapa orang mengalami kelemahan otot yang terus berlanjut hingga tingkat tertentu.

Banyak pasien yang menerima pengobatan sembuh dari penyakit. Namun, mereka tetapi berisiko mengalami kekambuhan. Orang yang tidak sembuh dari polimiositis bisa terus mengembangkan cacat yang signifikan.

Dalam kasus yang jarang, kondisi ini bisa mengakibatkan komplikasi kesehatan tambahan, seperti:

  • Malnutrisi, karena kesulitan menelan. 
  • Gagal napas. 
  • Radang paru-paru. 
  • Kardiomiopati inflamasi. 

Polimiositis adalah kondisi yang memengaruhi otot dan bagian lain dari tubuh. Ini adalah kondisi langka yang saat ini tidak dapat disembuhkan, tetapi sering kali dapat diobati.

Dokter dapat mendiagnosis kondisi tersebut dengan serangkaian tes dan membantu menentukan rencana perawatan yang sesuai dengan kebutuhan.

Pasien mungkin perlu obat untuk mengelola gejala. Olahraga, cukup istirahat, dan menerapkan pola makan sehat dapat membantu jika kamu hidup dengan kondisi ini. Gejala pada akhirnya dapat mereda dengan rencana perawatan yang tepat.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Nuruliar F
EditorNuruliar F
Follow Us

Latest in Health

See More

Sekali Infus, Terapi Gen Ini Bisa Turunkan Kolesterol hingga 60 Persen

10 Nov 2025, 22:48 WIBHealth