Ortopnea: Penyebab, Gejala, Diagnosis, Pengobatan

Waspadai bila kamu kesulitan bernapas saat berbaring

Pernahkah kamu mengalami kesulitan bernapas atau sesak napas saat berbaring? Jika pernah, terutama ketika berbaring dengan posisi telentang, bisa jadi kamu menderita ortopnea.

Ortopnea adalah sesak napas yang terjadi saat berbaring, tetapi akan mereda pada posisi lain seperti berdiri atau duduk. Bagi penderita ortopnea, kesulitan bernapas biasanya akan hilang dengan cepat setelah mereka bangun dari posisi horizontal.

Dilansir Medical News Today, ortopnea merupakan gejala daripada kondisi itu sendiri. Istilah medis untuk sesak napas yaitu dispnea. Ortopnea merupakan jenis dispnea yang hanya terjadi ketika seseorang sedang berbaring.

Penderitanya sering menggambarkan kondisi ini sebagai sensasi sesak di dada yang membuat kesulitan bernapas atau tidak nyaman. Beberapa penderita ortopnea juga mungkin merasakan nyeri dada.

1. Penyebab

Ortopnea: Penyebab, Gejala, Diagnosis, PengobatanIlustrasi sakit jantung (samaritannj.org)

Mengutip Heatlhine, ortopnea disebabkan oleh peningkatan tekanan pada pembuluh darah paru-paru. Ketika berbaring, darah mengalir dari kaki dan kembali ke jantung, dan kemudian mengalir ke paru-paru.

Pada orang yang sehat, redistribusi darah ini tidak akan menimbulkan masalah. Namun, pada orang-orang dengan penyakit jantung atau gagal jantung, maka jantung orang tersebut tidak cukup kuat untuk memompa darah ekstra keluar dari jantung.

Kondisi tersebut bisa meningkatkan tekanan pada pembuluh darah dan kapiler di dalam paru-paru, sehingga menyebabkan cairan bocor ke paru-paru. Cairan ekstra inilah yang membuat kesulitan bernapas.

Menambahkan dari Verywell Health, meski gagal jantung bukan penyebab tunggal ortopnea, tetapi sejauh ini kondisi medis tersebut merupakan penyebab yang paling umum.

2. Ortopnea juga bisa disebabkan oleh sleep apnea dan obesitas

Ortopnea: Penyebab, Gejala, Diagnosis, Pengobatanilustrasi obesitas (freepik.com/freepic.diller)

Beberapa kondisi lain juga bisa menyebabkan ortopnea, yang termasuk: 

  • Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK).
  • Kegemukan.
  • Kecemasan dan gangguan terkait stres.
  • Sleep apnea.
  • Mendengkur.

Obesitas berat bisa menyebabkan ortopnea bukan karena redistribusi cairan, melainkan karena pergeseran massa perut ketika berbaring, yang bisa mengganggu kapasitas paru-paru.

Selain itu, ortopnea juga telah dilaporkan sebagai gejala pada orang yang mengalami kelumpuhan pada salah satu atau kedua otot diafragma (otot pernapasan).

Baca Juga: 12 Cara Alami untuk Melegakan Sesak Napas, Jangan Panik!

3. Gejala

Ortopnea: Penyebab, Gejala, Diagnosis, Pengobatanilustrasi tidur (freepik.com/jcomp)

Kondisi ortopnea bisa ringan atau parah. Beberapa penderitanya kemungkinan hampir tidak menyadari gejala ini saat mereka menggunakan satu atau dua bantal untuk menopang tubuh bagian atas mereka. Namun, bagi penderita lainnya, hal tersebut bisa menyebabkan kesulitan bernapas yang signifikan, yang hanya bisa diatasi dengan duduk tegak atau berdiri.

Gejala lain juga bisa terjadi, yang tergantung pada penyebab yang mendasarinya. Misalnya penyebab umum ortopnea yaitu gagal jantung, yang bisa menyebabkan gejala seperti:

  • Kelelahan.
  • Perubahan nafsu makan.
  • Mual.
  • Kebingungan.
  • Peningkatan detak jantung.
  • Batuk terus-menerus atau mengi.

4. Diagnosis

Ortopnea: Penyebab, Gejala, Diagnosis, Pengobatanilustrasi pemeriksaan dokter (freepik.com/jcomp)

Dalam proses diagnosis ortopnea, dokter kemungkinan memulai dengan pemeriksaan fisik untuk memeriksa tingkat keparahan dan juga waktu kesulitan bernapas.

Selain itu, dokter juga akan wawancara pada pasien tentang gejala lain yang mungkin dialaminya, dan juga meninjau riwayat kesehatannya. Tergantung pada penyebab yang dicurigai, dokter kemungkinan akan merekomendasikan satu atau lebih dari tes berikut ini:

  • Sinar-X atau CTscan dada: Membuat gambar bagian dalam dada, yang memungkinkan dokter untuk melihat apakah terdapat masalah pada jantung atau paru-paru.
  • Elektrokardiogram (EKG): Melibatkan penempatan sensor pada kulit pasien untuk mengukur sinyal listrik dari jantung. Dokter menggunakan EKG untuk memeriksa fungsi jantung pasien.
  • Ekokardiogram: Merupakan jenis pemindaian ultrasonografi (USG) yang menggunakan gelombang suara untuk membuat gambar jantung. Dokter menggunakan tes ini untuk memeriksa adanya masalah pada jantung.
  • Tes fungsi paru: Termasuk spirometri, yang melibatkan pernapasan ke dalam mesin. Seorang dokter bisa menggunakan hasilnya untuk menentukan seberapa baik paru-paru berfungsi.
  • Gas darah arteri: Merupakan jenis tes darah yang memeriksa apakah seseorang bisa mendapatkan cukup oksigen.
  • Tes darah: Melibatkan pengambilan sampel kecil darah pasien yang akan digunakan dokter untuk memeriksa tanda-tanda berbagai kondisi.

5. Pengobatan

Ortopnea: Penyebab, Gejala, Diagnosis, Pengobatanilustrasi obat-obatan (IDN Times/Aditya Pratama)

Tujuan dari pengobatan ortopnea yaitu untuk mengurangi gejala dan mengatasi penyebab yang mendasarinya.

Beberapa penderita ortopnea mungkin bisa meredakan gejala sementara dengan tidur dengan posisi kepala yang lebih tinggi. Sebagai alternatif, bisa juga dengan meletakkan busa di bawah kasur atau mengangkat kepala tempat tidur dengan blok kayu.

Namun, jika penderita ortopnea kelebihan berat badan atau obesitas, menurunkan berat badan bisa membantu mengurangi ortopnea. Dokter atau ahli gizi bisa memberikan nasihat tentang rencana olahraga atau diet sesuai kondisi.

Dokter kemungkinan juga akan meresepkan obat-obatan, yang disesuaikan dengan penyebab yang mendasari ortopnea. Obat-obatan yang kemungkinan akan diresepkan dokter antara lain:

  • Obat antiinflamasi.
  • Obat untuk meningkatkan pembersihan lendir dari paru-paru.
  • Steroid.
  • Diuretik.
  • Vasodilator.
  • Obat inotropik, yang mengubah kekuatan kontraksi jantung.

Ortopnea sering kali merupakan gejala dari kondisi jantung yang mendasari. Oleh sebab itu, perawatan kondisi ini kemungkinan melibatkan perawatan yang berkelanjutan dan perubahan gaya hidup. Tergantung pada tingkat keparahan kondisi jantung, penderita ortopnea terkadang memerlukan pembedahan.

Itulah deretan fakta medis seputar ortopnea. Sebaiknya segera konsultasikan ke dokter jika mengalami kesulitan bernapas saat berbaring. Karena, makin cepat kondisi ini didiagnosis dan mendapat perawatan yang tepat, maka akan makin besar juga peluang kesembuhannya.

Baca Juga: 7 Penyebab Sesak Napas pada Malam Hari, Alergi hingga Masalah Jantung

Eliza Ustman Photo Verified Writer Eliza Ustman

'Menulislah dengan hati, maka kamu akan mendapatkan apresiasi yang lebih berarti'

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya