Fetal Distress (Gawat Janin): Penyebab, Gejala, Penanganannya

Paling sering terjadi pada masa persalinan

Fetal distress adalah kondisi janin yang tidak mendapatkan cukup oksigen selama kehamilan atau persalinan. Bila tidak segera ditangani, fetal distress atau yang juga dikenal dengan kondisi gawat janin ini bisa membuat bayi menghirup cairan ketuban. Ini tentu berbahaya karena bisa membuat bayi sulit bernapas atau bahkan berhenti bernapas.

Gawat janin merupakan kondisi yang tidak dapat dicegah dan dapat terjadi di sepanjang masa kehamilan. Namun, paling sering terjadi saat persalinan. Simak informasi lebih lengkap mengenai fetal distress di bawah ini.

1. Penyebab gawat janin

Fetal Distress (Gawat Janin): Penyebab, Gejala, Penanganannyailustrasi bayi dalam rahim (israel21c.org)

Fetal distress dapat terjadi karena tidak cukupnya oksigen yang diterima bayi melalui plasenta. Dilansir What to Expect, beberapa faktor penyebabnya termasuk:

  • Intrauterine growth restriction (IUGR)
  • Preeklamsia
  • Solusio plasenta
  • Diabetes yang tidak terkontrol
  • Terlalu banyak cairan ketuban
  • Tingkat cairan ketuban yang rendah
  • Kehamilan yang berlangsung lebih dari 40 minggu
  • Komplikasi persalinan, termasuk persalinan yang berlangsung terlalu cepat atau berlangsung terlalu lama
  • Prolaps tali pusat
  • Ibu hamil tidak mengubah posisi untuk jangka waktu yang lama, sehingga pada akhirnya memberi tekanan pada pembuluh darah utama dan memotong oksigen ke bayi

2. Gejala gawat janin

Fetal Distress (Gawat Janin): Penyebab, Gejala, Penanganannyailustrasi hamil (pixabay.com/WenPhotos)

Ibu hamil bisa merasakan beberapa tanda dan gejala dari fetal distressyang dilansir D’Amore di antaranya:

  • Gerakan bayi dalam kandungan yang berkurang
  • Kram
  • Pendarahan vagina
  • Kenaikan berat badan yang berlebihan
  • Kenaikan berat badan yang tidak memadai atau rendah
  • Tonjolan perut (baby bump) yang tidak berkembang atau terlihat lebih kecil dari yang diperkirakan

Pada beberapa kasus, ibu hamil juga dapat mengalami kecemasan dan ingin mengunjungi dokter untuk memastikan kondisi janin mereka.

Segera hubungi dokter atau bidan bila air ketuban yang pecah berwarna cokelat kehijauan. Sebab, itu berarti airnya terkena mekonium (feses pertama bayi). Beberapa tanda gawat janin yang dapat dideteksi dokter atau bidan dapat meliputi:

  • Detak jantung janin yang tidak normal
  • Irama jantung janin yang tidak normal
  • Tingkat cairan ketuban yang tidak normal
  • Hasil profil biofisik atau biophysical profile (BPP) abnormal
  • Tekanan darah tinggi pada ibu hamil
  • Gagal tumbuh atau failure to thrive (FTT)

3. Faktor risiko gawat janin

Fetal Distress (Gawat Janin): Penyebab, Gejala, Penanganannyailustrasi ibu hamil yang merokok (nursingtimes.net)

Beberapa kondisi tertentu yang dialami ibu hamil dapat meningkatkan risiko gawat janin. Dilansir Patient, usia ibu hamil di atas 40 tahun merupakan faktor risiko independen untuk insufisiensi uteroplasenta, gawat janin, dan lahir mati.

Risiko tertinggi dari kondisi gawat janin adalah usia tua pada ibu hamil dan nulipara (perempuan yang melahirkan, tetapi anaknya tidak pernah hidup ketika lahir).

Ibu hamil dengan riwayat tertentu dapat meningkatkan risiko gawat janin, yakni:

  • Lahir mati
  • Intrauterine growth restriction (IUGR)
  • Oligohidramnion atau polihidramnion
  • Kehamilan ganda
  • Inkompabilitas resus
  • Hipertensi
  • Kegemukan atau obesitas
  • Merokok
  • Diabetes dan penyakit kronis lainnya
  • Preeklamsia
  • Gerakan janin berkurang
  • Perdarahan antepartum atau pendarahan vagina berulang
  • Kehamilan lewat waktu

Baca Juga: 17 Makanan yang Baik untuk Kesuburan, biar Cepat Hamil!

4. Efek panjang atau komplikasi yang dapat ditimbulkan dari fetal distress

Fetal Distress (Gawat Janin): Penyebab, Gejala, Penanganannyailustrasi persalinan (freepik.com/DCstudio)

Bayi dengan kondisi fetal distress dapat memiliki risiko yang lebih tinggi mengalami komplikasi setelah lahir. Beberapa komplikasi yang mungkin terjadi karena kekurangan oksigen selama kelahiran termasuk cedera otak, cerebral palsy, hingga kondisi lahir mati.

Beberapa kasus gawat janin memerlukan operasi sesar, yang bisa membawa risiko seperti kehilangan darah, infeksi, dan kemungkinan cedera saat lahir.

Meski tidak melalui operasi sesar sekalipun, bayi yang lahir normal dengan persalinan yang dibantu juga memiliki risiko lebih besar dalam mengalami beberapa masalah jangka pendek, seperti penyakit kuning dan kesulitan makan. Untuk mengurangi risiko ini, ibu hamil dapat memperbanyak kontak kulit dengan bayi dan segera menyusui setelah kelahiran, mengutip Pregnancy Birth Baby.

Ibu hamil yang pernah alami gawat janin sebelumnya belum tentu mengalaminya lagi pada kehamilan berikutnya. Namun, bila terdapat kekhawatiran akan hal tersebut, ada baiknya untuk berkonsultasi dengan dokter atau bidan.

5. Cara mendiagnosis gawat janin

Fetal Distress (Gawat Janin): Penyebab, Gejala, Penanganannyailustrasi pemeriksaan kehamilan (freepik.com/serhii_bobyk)

Dokter dapat memantau janin selama kehamilan untuk mendeteksi potensi komplikasi atau gangguan yang mungkin terjadi, seperti kondisi gawat janin.

Saat hamil, sangat penting bagi ibu hamil untuk rutin melakukan pemeriksaan rutin guna memastikan kesehatan janin. Salah satu metode pemantauan yang banyak digunakan menurut American Pregnancy Association adalah pemantauan denyut jantung janin (DJJ) elektronik, yang bertujuan untuk:

  • Mengenali perkembangan hipoksia dengan menganalisis pola denyut jantung janin
  • Memantau kontraksi ibu
  • Memantau respons janin terhadap hipoksia
  • Memberikan hasil yang lebih positif atau lebih baik untuk persalinan berisiko tinggi

Pemantauan DJJ juga bisa memiliki risiko seperti kemungkinan dilakukannya operasi sesar karena kesalahan interpretasi dari hasil pemantauan DJJ elektronik.

6. Penanganan gawat janin

Fetal Distress (Gawat Janin): Penyebab, Gejala, Penanganannyailustrasi penanganan fetal distress (freepik.com/wavebreakmedia_micro)

Langkah pertama yang biasa dilakukan dokter untuk menangani fetal distress adalah memberi ibu hamil oksigen dan cairan. Kemudian, memutar posisi tubuh ke satu sisi juga dapat mengurangi tekanan pada bayi. Bila sedang mengonsumsi obat untuk mempercepat persalinan, konsumsinya harus dihentikan bila ada tanda-tanda gawat janin.

Dalam persalinan alami, ibu hamil mungkin akan diberikan obat untuk memperlambat kontraksi. Bayi dalam keadaan gawat janin terkadang perlu dilahirkan dengan cepat, sehingga dapat dilakukan persalinan yang dibantu, yakni dengan forsep atau ventouse (ekstraksi vakum). Operasi sesar darurat juga bisa dilakukan.

7. Fetal distress tidak dapat dicegah

Fetal Distress (Gawat Janin): Penyebab, Gejala, Penanganannyailustrasi pemeriksaan rutin kehamilan (freepik.com/rawpixel.com)

Kondisi fetal distress tidak dapat dicegah. Namun, risikonya tetap bisa diminimalkan dengan rutin memeriksakan diri selama kehamilan dan mengikuti berbagai anjuran dari dokter atau bidan untuk kehamilan yang sehat. Ini menjadi lebih penting bila ibu hamil telah didiagnosis dengan kondisi-kondisi tertentu yang dapat meningkatkan risiko gawat janin, seperti preeklamsia atau diabetes gestasional.

Banyak ibu hamil yang tidak sadar bahwa janin mengalami kondisi gawat janin. Karenanya, cek kehamilan rutin jangan sampai terlewat, terutama dalam beberapa minggu terakhir kehamilan. Dokter atau bidan akan memantau detak jantung janin, mengukur perut, menanyakan gerakan bayi, dan lainnya untuk memastikan janin dalam keadaan sehat.

Pemantauan merupakan kunci dalam mengidentifikasi fetal distress atau gawat janin. Kondisi ini bisa dialami siapa saja, sehingga perlu selalu diwaspadai. Gawat janin harus ditangani atau diobati sesegera mungkin demi mencegah komplikasi yang berbahaya dan permanen.

Selain itu, ibu hamil harus memperhatikan kesehatannya secara keseluruhan serta tanda-tanda vital selama kehamilan dan persalinan. Bila ada perubahan aktivitas janin atau tanda lain yang membuat kamu khawatir, segera hubungi dokter atau bidan.

Baca Juga: Bumil Nekat Minum Alkohol, Janin Bisa Mengalami Fetal Alcohol Syndrome

Topik:

  • Nurulia
  • Bayu Aditya Suryanto

Berita Terkini Lainnya