Bradikardia: Bahaya Diam-diam di Balik Detak Jantung Lambat

- Sebagian besar orang dewasa memiliki denyut jantung istirahat antara 60–100 kali per menit. Bila angkanya di bawah 50 kali per menit, ini adalah bradikardia.
- Gejala bradikardia bisa berupa: merasa pusing, lemas, atau pening; pingsan; mudah lelah; sesak napas, terutama saat beraktivitas; kebingungan atau kesulitan fokus.
- Beberapa penyebab bradikardia: masalah pada nodus sinoatrial; masalah pada jalur penghantaran listrik jantung yang menghambat sinyal dari atrium ke ventrikel; kelainan metabolik seperti hipotiroidisme; kerusakan jantung akibat penuaan, penyakit jantung, atau serangan jantung; efek samping dari beberapa obat.
Usai joging ringan, kamu memeriksa detak jantung di smartwatch. Angka 48 bpm muncul di layar, lebih pelan daripada biasanya. Ini dapat menandakan bradikardia, istilah medis untuk detak jantung yang lebih lambat dari normal.
Sebagian besar orang dewasa memiliki denyut jantung istirahat antara 60–100 kali per menit. Bila angkanya di bawah 50 kali per menit, itulah yang dokter sebut bradikardia. Jantung yang berdenyut pelan memang tidak selalu menimbulkan gejala, tetapi bukan berarti sepele.
Bagi mereka yang rutin berlatih keras—misalnya pelari maraton, pesepeda jarak jauh, atau atlet renang—angka 40–50 bpm bisa jadi wajar, bukti jantung yang efisien dan terlatih. Mereka jarang merasakan gangguan apapun meski detak jantungnya “lebih santai.” Lain halnya kalau kamu bukan atlet terlatih. Detak jantung yang melambat bisa menyebabkan kepala seperti berputar, pingsan, atau napas tersengal-sengal. Itu tanda tubuh kekurangan oksigen karena jantung tak mampu memompa darah cukup cepat. Kalau pernah mengalami gejala seperti itu, sebaiknya periksakan diri ke dokter.
Apa sebenarnya bradikardia itu? Apakah detak jantung yang melambat selalu berbahaya? Geser layarmu ke bawah untuk membaca!
1. Jenis
Sinus bradikardia
Saat simpul sinus tetap bekerja, tetapi detak jantung beristirahat turun di bawah 60 kali per menit, namanya sinus bradikardia. Bagi banyak atlet atau orang yang rajin olahraga, angka 50–60 bpm justru tanda jantung yang efisien, jadi biasanya tak perlu pengobatan kecuali ada keluhan. Kalau angkanya di bawah 40 bpm, dokter mungkin menyebutnya bradikardia “junctional” karena sumber impuls bisa berpindah ke area lain.
Sinus pause (sinus arrest)
Bayangkan detak jantung tiba-tiba “istirahat” sebentar karena simpul sinus tak memicu kontraksi. Itulah sinus pause. Jika jeda ini hanya sesekali, mungkin kamu tak merasa apa-apa. Namun, kalau sering atau terlalu lama, kamu bisa merasakan pusing, pandangan gelap, atau risiko komplikasi meningkat.
Sick sinus syndrome
Kalau simpul sinusnya sendiri bermasalah, hasilnya bisa bervariasi: detak terlalu lambat, terlalu cepat, atau keduanya silih berganti. Kondisi ini disebut sick sinus syndrome. Gejalanya bisa ringan, tetapi kadang perlu penanganan khusus agar ritme jantung stabil kembali.
Tachy-brady syndrome
Jenis bradikardia ini sering terjadi pada pasien fibrilasi atrium, disebabkan oleh kerusakan pada nodus sinus. Kondisi ini membuat detak jantung bergantian antara terlalu cepat dan terlalu lambat. Gejala yang dirasakan dapat meliputi jantung berdebar (palpitasi), pusing, atau pingsan. Bisa juga mengalami komplikasi dan risiko stroke yang lebih tinggi.
Blok jantung (heart block)
Dalam kasus blok jantung, sinyal listrik dari simpul sinus terhambat sebelum mencapai seluruh otot jantung. Hasilnya, detak jadi terlambat atau terputus-putus. Tingkat keparahan blok bisa berbeda-beda, dari yang hanya menyebabkan sedikit gangguan hingga memerlukan alat pacu jantung.
2. Penyebab
Beberapa penyebab bradikardia antara lain:
Masalah pada nodus sinoatrial (SA), alat pacu jantung alami jantung.
Masalah pada jalur penghantaran listrik jantung yang menghambat sinyal dari atrium ke ventrikel.
Kelainan metabolik seperti hipotiroidisme (kekurangan hormon tiroid).
Kerusakan jantung akibat penuaan, penyakit jantung, atau serangan jantung.
Efek samping beberapa obat jantung yang bisa memperlambat detak jantung.
Cacat jantung bawaan sejak lahir.
Infeksi pada otot jantung (miokarditis).
Komplikasi pascaoperasi jantung.
Ketidakseimbangan elektrolit dalam darah, misalnya kadar kalium atau kalsium yang terlalu rendah atau tinggi.
Gangguan pernapasan berulang saat tidur (obstructive sleep apnea).
Penyakit peradangan seperti demam reumatik atau lupus.
3. Gejala

Sering kali detak jantung yang lambat memang normal dan tidak menimbulkan keluhan apa pun. Namun, saat detak jantungmu begitu pelan sampai otak dan organ lain kekurangan oksigen atau nutrisi, tubuh akan segera memberi sinyal.
Gejala bradikardia bisa berupa:
Merasa pusing, lemas, atau pening.
Pingsan.
Mudah lelah.
Sesak napas, terutama saat beraktivitas.
Kebingungan atau kesulitan fokus.
Jantung berdebar-debar.
Keterbatasan kemampuan berolahraga.
Nyeri dada, yang mungkin menandakan berkurangnya aliran darah ke jantung.
Jika kamu merasakan sesak napas hebat, nyeri/tekanan di dada, atau hampir pingsan, segera hubungi layanan darurat.
Jelaskan semua gejala yang dirasakan kepada dokter, walau terasa ringan. Informasi tersebut membantu menentukan perawatan lanjutan. Ingat juga, gejala tadi bisa muncul karena penuaan, anemia, atau kelenjar tiroid kurang aktif.
Tanpa penanganan, bradikardia bisa berkembang menjadi gagal jantung, stroke, bahkan kematian mendadak. Jadi, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter jika kamu merasa khawatir.
4. Diagnosis
Segera temui dokter atau pergi ke unit gawat darurat terdekat jika kamu mengalami nyeri dada, kebingungan, atau kehilangan kesadaran.
Jika detak jantung kurang dari 60 bpm dan mengalami gejala apa pun, temui dokter. Mencatat kapan detak jantung lambat dan apa yang kamu rasakan saat itu dapat membantu.
Untuk diagnosis, dokter akan menanyakan gejala, riwayat kesehatan, dan riwayat keluarga. Juga, beri tahu dokter apakah ada faktor yang memicu atau meredakan gejala yang kamu rasakan. Dokter juga akan menanyakan gaya hidup dan obat-obatan yang sedang digunakan.
Selain itu, dokter akan memeriksa dan mengukur detak jantung kamu, serta mendengarkannya dengan stetoskop. Tes tambahan mungkin diperlukan, seperti:
Elektrokardiogram (EKG).
Alat pemantau jantung yang merekam detak jantung kamu di rumah.
Tes darah.
Dokter mungkin akan merujuk kamu ke dokter spesialis jantung untuk tes dan perawatan lebih lanjut.
5. Penanganan
Penanganan bradikardia tergantung pada penyebabnya. Kalau kamu tidak mengalami gejala apa pun, kamu mungkin tidak perlu pengobatan khusus.
Kalau ada penyakit lain yang memicu bradikardia, misalnya hipotiroidisme (kelenjar tiroid kurang aktif), dokter akan mengobati penyakit tersebut supaya detak jantung bisa kembali normal.
Kalau obat yang kamu konsumsi memengaruhi detak jantung, dokter bisa menyarankan untuk menghentikan atau mengganti obatnya. Namun, jangan menghentikan atau ubah obat tanpa berkonsultasi dulu dengan dokter.
Penanganan darurat
Kalau tiba-tiba kamu mengalami bradikardia dengan gejala berat, kamu butuh penanganan cepat. Dokter bisa memberikan obat tertentu atau menggunakan alat pacu jantung sementara untuk menstabilkan detak jantung.
Penanganan jangka panjang
Beberapa orang dengan bradikardia butuh penanganan jangka panjang dengan alat pacu jantung (pacemaker) atau defibrillator. Alat ini ditanam di bawah kulit melalui prosedur singkat, biasanya tidak perlu bius total dan kadang bisa pulang di hari yang sama atau cukup rawat inap satu malam.
Setelah prosedur, kamu mungkin perlu membatasi aktivitas selama beberapa minggu. Dokter akan menjelaskan tentang:
Apa yang terjadi selama prosedur.
Manfaat dan risiko prosedur serta penggunaan alat pacu jantung atau alat lainnya.
Aktivitas apa saja yang perlu dibatasi setelah prosedur, termasuk soal menyetir, bepergian, dan olahraga.
Jadwal kontrol ke dokter.
6. Komplikasi yang dapat terjadi

Komplikasi yang mungkin terjadi akibat bradikardia antara lain:
Gagal jantung.
Sering pingsan (sinkop).
Henti jantung (dalam kasus ekstrem).
7. Pencegahan
Cara terbaik mencegah bradikardia adalah dengan menjaga kesehatan jantung supaya tidak terkena penyakit jantung. Kamu bisa melakukan langkah-langkah ini:
Pemeriksaan kesehatan secara berkala.
Minum obat sesuai resep dokter, jangan asal berhenti atau ganti sendiri.
Rajin berolahraga.
Makan makanan rendah lemak, garam, dan gula, serta perbanyak buah, sayur, dan biji-bijian utuh.
Jaga berat badan tetap ideal.
Kendalikan tekanan darah dan kadar kolesterol.
Tidak merokok atau segera berhenti merokok.
Tidak minum minuman beralkohol.
Kalau kamu sudah punya penyakit jantung, beberapa langkah ini bisa dilakukan untuk menurunkan risiko bradikardia:
Ikuti rencana pengobatan dokter dengan disiplin.
Segera laporkan ke dokter kalau muncul gejala baru atau ada perubahan kondisi.
Bradikardia berarti detak jantung kurang dari 60 kali per menit. Bagi sebagian orang, ini tidak menimbulkan masalah atau gejala. Namun, kalau muncul gejala seperti nyeri dada, sesak napas, atau pusing berat, sebaiknya segera ke IGD. Dokter bisa menangani bradikardia dengan mengganti obat yang jadi penyebabnya. Kalau perlu, dokter akan memasang alat pacu jantung, bisa sementara atau permanen. Cara terbaik mencegahnya adalah dengan merawat jantung dengan baik.
Referensi
"Bradycardia." Johns Hopkins Medicine. Diakses Juli 2025.
"Bradycardia." American College of Cardiology Foundation. Diakses Juli 2025.
"Bradycardia: Slow Heart Rate." American Heart Association. Diakses Juli 2025.
"Bradycardia: Causes, Symptoms, Treatment." WebMD. Diakses Juli 2025.
"Bradycardia." Healthdirect. Diakses Juli 2025.