Fakta Penting seputar Hipotiroidisme dan Hipertiroidisme

Perempuan lebih rentan mengalami penyakit ini

Masalah tiroid adalah salah satu dari dua masalah besar dalam bidang endokrinologi dan metabolisme, selain diabetes melitus. Sekitar 300 juta orang di seluruh dunia dilaporkan menderita gangguan tiroid dan separuh dari mereka tidak menyadari kondisi tersebut.

Hormon tiroid memiliki peran penting dalam beragam proses metabolik, termasuk metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak, serta dalam mengatur suhu tubuh dan aktivitas fisiologis dalam hampir semua sistem tubuh manusia.

Oleh karena itu, ketidakseimbangan hormon tiroid baik dalam kelebihan (hipertiroidisme) maupun kekurangan (hipotiroidisme) dapat mengganggu proses metabolisme dan aktivitas fisiologis, yang pada akhirnya akan memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan jaringan termasuk sistem saraf dan otak.

Lebih banyak kasus gangguan tiroid terjadi pada perempuan daripada laki-laki. Ini disebabkan oleh pengaruh hormon yang memengaruhi faktor predisposisi terhadap peningkatan jumlah pasien perempuan. Hal ini terkait dengan produksi hormon estrogen pada perempuan yang dapat meningkatkan kadar thyroid-binding globulin (TBG).

1. Pengertian

Fakta Penting seputar Hipotiroidisme dan  Hipertiroidismeilustrasi pemeriksaan tiroid (pexels.com/Pavel Danilyuk)

Gangguan umum dalam fungsi tiroid meliputi hipertiroidisme dan hipotiroidisme. 

Hipotiroidisme adalah kondisi saat sekresi hormon tiroid menurun karena kegagalan mekanisme kompensasi kelenjar tiroid dalam memenuhi kebutuhan tubuh akan hormon tiroid.

Sementatra itu, hipertiroidisme adalah ketika kelenjar tiroid terlalu aktif dan menghasilkan hormon tiroid secara berlebihan. 

2. Gejala

Fakta Penting seputar Hipotiroidisme dan  Hipertiroidismeilustrasi kedinginan (pexels.com/Pixabay)

Hipotiroidisme

Hipotiroidisme adalah kondisi yang ditandai dengan kadar hormon T3 dan T4 yang rendah. Pada kasus yang parah, gejala yang sering terjadi meliputi:

  • Kulit kering dan kasar.
  • Peningkatan berat badan.
  • Sensitivitas terhadap udara dingin.
  • Kurangnya produksi keringat.
  • Sembelit.
  • Suara serak.
  • Kram otot.
  • Kelelahan.
  • Penurunan daya ingat.
  • Masalah pendengaran.

Secara fisik, pemeriksaan bisa menunjukkan gerakan tubuh yang lambat, pembengkakan di sekitar mata, kulit yang terasa dingin, dan pergerakan kaki yang terhambat.

Jika tidak diobati dengan tepat, hipotiroidisme bisa menyebabkan penumpukan cairan di paru-paru (efusi pleura), di sekitar jantung (efusi perikardial), atau pembengkakan pada hati.

Hipertiroidisme

Hipertiroidisme adalah keadaan yang berkebalikan dengan hipotiroidisme, yang mana produksi hormon T3 dan T4 berlebihan. Kondisi ini dapat menghasilkan berbagai dampak pada fungsi tubuh yang memengaruhi keadaan perioperatif.

Manifestasi yang mungkin timbul termasuk:

  • Peningkatan denyut jantung.
  • Gangguan irama jantung.
  • Kesulitan bernapas karena beberapa faktor seperti peningkatan penggunaan oksigen dan produksi karbon dioksida, kelemahan otot pernapasan, dan penurunan volume paru.
  • Penurunan berat badan terutama karena peningkatan metabolisme tubuh dan peningkatan aktivitas usus. Ini juga bisa terkait dengan kebiasaan buang air besar yang berlebihan dan masalah penyerapan nutrisi, sehingga pasien dapat menunjukkan gejala kurang gizi.

Baca Juga: Mengenal Nodul Tiroid, Ini Cara  Pemeriksaan dan Penanganannya

3. Penyebab

Fakta Penting seputar Hipotiroidisme dan  Hipertiroidismeilustrasi garam beryodium (pexels.com/monicore)

Kekurangan yodium merupakan penyebab utama hipotiroidisme dan hipertiroidisme, dengan persentase terbesar masing-masing sekitar 30,9 persen dan 19,3 persen, dibandingkan dengan faktor penyebab lainnya.

Hipotiroidisme

Hipotiroidisme berkembang sebagai konsekuensi fungsional pertama dari kekurangan yodium, melalui peningkatan penyerapan yodida oleh kelenjar tiroid yang diatur oleh protein transmembran bernama natrium iodida symporter (NIS). Peningkatan penyerapan yodium ini sering kali disertai dengan peningkatan kadar serum TSH.

Hipertiroidisme

Defisiensi yodium juga dapat memicu terjadinya hipertiroidisme melalui mekanisme yang disebut iodine-induced hipertiroidisme. Hal ini dapat terjadi karena:

  • Suplementasi yodium yang tidak terkontrol dengan baik di daerah yang rentan terhadap kekurangan yodium.
  • Overdosis yodium dari terapi obat antitiroid.
  • Konsumsi obat dengan kandungan yodium tinggi seperti amiodaron, dan beberapa ekspektoran termasuk gliserol dan organidin.
  • Paparan kontras dalam prosedur medis seperti tomografi atau arteriografi.
  • Asupan air yang mengandung yodium dalam jumlah berlebihan.
  • Penggunaan antiseptik yang mengandung yodium pada industri makanan dan minuman, terutama dalam produk susu.
  • Penggunaan bahan baku dalam industri makanan dan minuman yang kaya akan yodium, seperti rumput laut, atau adanya penambahan yodium (fortifikasi).

4. Pengobatan

Fakta Penting seputar Hipotiroidisme dan  Hipertiroidismeilustrasi obat-obatan (pexels.com/Callum Hilton)

Hipotiroidisme

Para pakar di bidang tiroidologi sepakat bahwa levotiroksin adalah obat yang direkomendasikan untuk pengobatan hipotiroidisme.

Levotiroksin berperan sebagai cadangan hormon tiroid aktif (T3). Penyerapan levotiroksin secara oral mencapai sekitar 80 persen jika diminum dalam keadaan perut kosong. Namun, beberapa obat dan makanan dapat memengaruhi penyerapan levotiroksin melalui berbagai mekanisme.

Beberapa contoh obat termasuk kalsium karbonat, garam besi, aluminium, dan antasida yang mengandung magnesium.

Hipertiroidisme

Obat anti tiroid menjadi pilihan terapi utama dan pendek dalam kasus penyakit Graves sebelum melalui terapi RAI atau tiroidektomi. Dosis awal methimazole (MMI) biasanya dimulai dari 10–30 mg sekali sehari, tergantung pada tingkat keparahan hipertiroidisme, karbamazepin (CBZ) 14–40 mg/hari, dan propylthiouracil (PTU) dengan dosis 100 mg setiap 8 jam.

Penggunaan propranolol (20–40 mg) bertujuan untuk mengurangi gejala hipertiroidisme yang disebabkan oleh peningkatan aktivitas β-adrenergic, seperti palpitasi dan tremor. Propranolol juga diketahui dapat mengurangi konversi T4 menjadi T3 di jaringan perifer menghasilkan pengurangan hormon dalam bentuk aktif.

Baca Juga: 7 Tanda Gangguan Tiroid pada Perempuan, Jangan Lengah!

Fatmawati Rahim Photo Writer Fatmawati Rahim

Oh. Hi

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Nurulia R F

Berita Terkini Lainnya