Temper Tantrum: Pengertian, Penyebab, Penanganan, Pencegahan
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Orang tua tentu sering berhadapan dengan ledakan emosi anak. Emosi tersebut bisa diekspresikan dengan menangis keras, berteriak, menendang-nendang, dan lain-lain. Inilah yang disebut sebagai temper tantrum.
Orang tua bisa lelah dan frustrasi bila memiliki anak yang mudah tantrum. Tidak sedikit juga orang tua yang berpikir bahwa tantrum pada anak bukanlah hal normal.
Dilansir Cleveland Clinic, temper tantrum adalah bagian tahap perkembangan normal pada anak. Namun, sampai batas apa temper tantrum bisa dikatakan normal? Simak penjelasan berikut untuk mengetahuinya lebih dalam.
1. Apa itu temper tantrum?
Temper tantrum adalah perilaku yang tidak menyenangkan dan mengganggu atau ledakan emosi. Tantrum bisa dalam bentuk verbal, fisik, atau keduanya. Anak sering kali bersikap seperti itu oleh karena tidak bisa mengungkapkan kemauannya dengan kata-kata.
Tantrum sering kali tidak proporsional dengan keadaan. Maksudnya, anak merespons hal sepele dengan emosi yang meluap-luap. Sebagai contoh, orang tua yang menyuruh anaknya untuk berhenti bermain sejenak, kemudian anak meresponsnya dengan marah hingga berteriak, bahkan bisa sampai menendang atau memukul.
2. Tantrum adalah salah satu tahap perkembangan normal pada anak
Tantrum adalah salah satu tahap perkembangan anak. Hal ini terjadi ketika anak belajar untuk lebih mandiri. Tantrum sering terjadi pada kisaran usia 1 hingga 4 tahun, dan biasanya terjadi satu kali sehari.
Frekuensi tantrum biasanya mulai jarang saat anak memasuki usia sekolah. Pada kisaran usia ini, mereka akan lebih banyak bicara dan mampu mengekspresikan keinginannya secara verbal.
Tantrum biasanya berlangsung selama 2 sampai 15 menit. Ledakan emosi hebat yang terjadi lebih dari 15 menit mungkin merupakan masalah yang lebih serius. Jika anak mengalami ledakan emosi yang berkepanjangan, maka diperlukan konsultasi dengan layanan kesehatan atau profesional.
3. Penyebab
Ada beberapa penyebab dari temper tantrum, antara lain sebagai berikut:
- Frustrasi.
- Mencari perhatian.
- Menginginkan sesuatu, seperti hadiah atau mainan.
- Menghindari melakukan suatu perintah.
- Kelaparan.
- Kelelahan.
Penyebab anak tantrum adalah konflik dalam diri anak, di mana mereka ingin mandiri namun masih membutuhkan perhatian orang tua. Anak kecil juga belum memiliki mekanisme koping yang baik untuk menghadapi emosi atau rasa kecewa. Karena mereka tidak mampu mengatakan apa yang diinginkannya, ini menjadikan mereka malah menyerang.
Editor’s picks
Baca Juga: Anak-anak yang Dipaksa Menjadi Vegan Berisiko Mengalami Malnutrisi?
4. Penanganan
Mengutip MedlinePlus, penting bagi orang tua untuk tetap tenang dalam menghadapi anak yang mengalami tantrum. Meneriaki atau memukul anak hanya akan memperkeruh situasi. Respons orang tua yang tenang, tanpa "menyerah" terhadap aturan yang ditetapkan, dapat mengurangi stres dan membuat orang tua serta anak merasa lebih baik.
Hal lain yang dapat dilakukan adalah mencoba mengalihkan perhatian dan beralih ke aktivitas yang disukai anak. Jika anak tiba-tiba tantrum saat di luar rumah, bawalah anak ke tempat yang tenang, misalnya mobil atau kamar kecil.
Temper tantrum pada dasarnya bertujuan untuk mencari perhatian. Salah satu strategi untuk meminimalkan tingkat keparahan tantrum adalah dengan mengabaikan perilaku tersebut.
Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah tidak bicara atau bereaksi sampai perilaku tantrum anak berhenti. Kemudian, bicarakan masalah dengan tenang dan berikan alternatif tanpa menyerah pada permintaan anak.
5. Kapan harus mencari bantuan?
Apabila temper tantrum makin parah dan orang tua merasa tidak mampu mengendalikannya, maka dibutuhkan konsultasi dengan layanan kesehatan. American Academy of Pediatrics merekomendasikan untuk konsultasi dengan dokter anak atau dokter keluarga jika terdapat kondisi sebagai berikut.
- Tantrum lebih parah setelah usia 4 tahun.
- Anak melukai diri sendiri atau orang lain atau menghancurkan barang atau properti selama tantrum.
- Anak menahan napas saat tantrum, terutama jika mereka kelelahan.
- Anak mengalami mimpi buruk, sakit kepala, sakit perut, cemas, tidak mau makan atau tidur, atau sangat manja kepada orang tua.
6. Pencegahan
Untuk mencegah temper tantrum, pastikan anak makan dan tidur pada waktu normalnya. Apabila anak tidak lagi tidur siang, pastikan ia masih memiliki waktu tenang. Berbaring selama 15 hingga 20 menit atau beristirahat saat orang tua membacakan anak buku atau bercerita pada waktu regulernya juga bisa membantu mencegah tantrum.
Cara lainnya untuk mencegah tantrum meliputi:
- Gunakan nada optimis atau riang saat meminta anak melakukan sesuatu. Jadikan itu terdengar seperti undangan, bukan perintah. Misalnya, "Kalau kamu pakai sarung tangan dan topi, nanti kita bisa pergi bermain."
- Jangan meributkan hal-hal yang tidak penting seperti sepatu yang dipakai anak, tempat duduk anak, dan sebagainya. Yang perlu diutamakan adalah keselamatan, seperti tidak menyentuh kompor yang panas, memakai sabuk pengaman saat berkendara, dan tidak bermain di pinggir jalan.
- Tawarkan pilihan bila memungkinkan. Sebagai contoh, biarkan anak memilih pakaian yang ingin ia pakai dan cerita atau buku yang ingin ia dengar. Anak yang merasa mandiri dalam beberapa aspek akan lebih cenderung mengikuti aturan ketika itu adalah suatu keharusan. Jangan menawarkan pilihan jika pilihan itu tidak benar-benar ada.
Itulah tadi penjelasan mengenai temper tantrum pada anak. Kamu tentunya sudah tahu kalau temper tantrum adalah hal yang wajar dan bisa diatasi. Namun, ada beberapa kondisi di mana sikap tersebut perlu diwaspadai dan membutuhkan konsultasi dengan tenaga kesehatan profesional. Perlu diingat bahwa temper tantrum bukanlah tanda parenting yang buruk. Tetap semangat, ya!
Baca Juga: 7 Efek Buruk Jika Orangtua Merokok Dekat Anak, Bahaya!
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.