ilustrasi pecel lele (commons.wikimedia.org/Gunawan Kartapranata)
Yang menjadi pertanyaan, jika memang ada antibiotik pada ikan lele, apa efeknya bagi kesehatan? Jawabannya, ini bisa menyebabkan resistansi antibiotik bagi manusia dan hewan.
Residu antibiotik pada ternak dan akuakultur menghadirkan risiko kesehatan yang signifikan, terutama dengan berkontribusi pada perkembangan bakteri yang resistan/kebal terhadap antibiotik, yang dapat menyebabkan kegagalan pengobatan pada manusia dan hewan. Selain itu, mengonsumsi makanan yang terkontaminasi dengan residu ini dapat mengakibatkan efek toksik.
Sebuah studi menyoroti bahwa penggunaan antibiotik yang luas dalam akuakultur dan pembiakan hewan memasukkan zat-zat ini ke dalam lingkungan dan rantai makanan, yang menimbulkan risiko kesehatan masyarakat seperti resistensi antimikroba dan hasil kesehatan yang merugikan.
Lebih jauh, sebuah penelitian membahas keberadaan antibiotik, bakteri yang resistan terhadap antibiotik (ARB), dan gen resistensi antibiotik (ARG) yang tersebar luas dalam ekosistem akuakultur. Studi ini menekankan bahwa penggunaan antibiotik yang berkepanjangan atau berlebihan tidak hanya meninggalkan residu, tetapi juga mendorong perkembangan ARB dan ARG, yang dapat membahayakan efektivitas pengobatan untuk berbagai infeksi.
Temuan-temuan ini menggarisbawahi kebutuhan kritis untuk penggunaan antibiotik yang bijaksana dalam peternakan dan akuakultur untuk menjaga kesehatan masyarakat dan mempertahankan kemanjuran agen antimikroba.
Adakah kaitan antara antibiotik dalam ikan dan gagal ginjal?
Hingga saat ini, tidak ada bukti ilmiah yang kuat yang secara langsung menghubungkan konsumsi ikan lele yang mengandung residu antibiotik sebagai penyebab utama gagal ginjal pada manusia.
Residu antibiotik pada ikan menjadi perhatian karena potensi risiko kesehatan bagi konsumen. Meskipun bukti langsung yang menghubungkan residu antibiotik pada ikan dengan gagal ginjal pada manusia terbatas, tetapi penelitian tertentu menunjukkan bahwa paparan jangka panjang terhadap antibiotik tertentu dapat berdampak buruk pada fungsi ginjal.
Misalnya, sebuah penelitian yang diterbitkan dalam Environmental Science and Pollution Research menganalisis 14 residu antibiotik pada delapan spesies ikan air tawar dari Tiongkok Tenggara. Penelitian tersebut menyoroti keberadaan kuinolon, tetrasiklin, dan kloramfenikol secara luas pada ikan-ikan ini, sehingga menimbulkan kekhawatiran tentang potensi risiko kesehatan yang terkait dengan konsumsinya.
Kuinolon dan tetrasiklin adalah golongan antibiotik yang diketahui memiliki efek nefrotoksik, terutama jika paparannya berkepanjangan atau dalam dosis tinggi. Meskipun penelitian tersebut tidak menetapkan hubungan kausal langsung antara mengonsumsi ikan dengan residu antibiotik ini dan gagal ginjal pada manusia, tetapi penelitian tersebut menggarisbawahi pentingnya pemantauan dan pengaturan penggunaan antibiotik dalam akuakultur untuk mengurangi potensi risiko kesehatan.
Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menilai secara komprehensif dampak residu antibiotik pada ikan terhadap kesehatan ginjal manusia. Sementara itu, konsumen disarankan untuk membeli ikan dari pemasok bereputasi baik yang mematuhi penggunaan antibiotik dan periode penghentian penggunaan yang tepat untuk meminimalkan paparan residu tersebut.