Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi budi daya ikan lele (pixabay.com/DEZALB)

Intinya sih...

  • Antibiotik digunakan dalam budidaya ikan lele untuk mengobati penyakit bakteri.
  • Pemberian antibiotik pada ikan tidak dilakukan dengan cara disuntik, melainkan dilarutkan dalam air, dengan hanya enam zat aktif antimikroba yang diperbolehkan di Indonesia.
  • Penggunaan antibiotik yang berlebihan atau tidak sesuai aturan dapat menyebabkan resistansi antibiotik pada manusia dan hewan.

Beberapa waktu belakangan ramai dibicarakan mengenai konsumsi ikan lele, khususnya yang terkait dengan praktik suntik antibiotik terhadap ikan tersebut, dapat menyebabkan gagal ginjal pada manusia yang mengonsumsinya. Bagaimana faktanya?

Ketahui informasinya di bawah ini.

Penggunaan antibiotik pada budidaya ikan lele

Antibiotik digunakan dalam budidaya ikan lele sebagai pengobatan jika ikan lele terkena penyakit karena bakteri. Contohnya serangan bakteri Aeromonas hydrophila dan Flexibacter columnaris.

Perlu diketahui bahwa pemberian antibiotik pada ikan tidak dilakukan dengan cara disuntik, melainkan dilarutkan dalam air. Jadi, tidak tepat menyebut "ikan lele suntik antibiotik."

Menurut Kementerian Kelautan dan Perikanan RI (KKP) lewat Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2024 tentang Obat Ikan, hanya ada enam zat aktif antimikroba yang diperbolehkan: klortetrasiklina, oksitetrasiklina, tetrasiklina, eritromisina, enrofloksasina, dan sulfadiazin.

Meski demikian, beberapa laporan telah mencatat penyalahgunaan antibiotik pada budidaya ikan lele, khususnya digunakan untuk mencegah penyakit akibat bakteri.

KKP menegaskan, penggunaan antibiotik untuk ikan di Indonesia diawasi secara ketat. Antibiotik yang diperbolehkan harus diberikan berdasarkan dosis yang tepat, dalam jangka waktu yang ditentukan, dan memperhatikan waktu henti obat ikan/withdrawl time) sebelum panen guna memastikan keamanan produk yang dihasilkan.

KKP juga secara rutin melakukan pemantauan residu antibiotik pada komoditas ikan air tawar, termasuk ikan lele, di berbagai daerah sentra produksi.

Jika ada antibiotik pada ikan lele, apa efeknya?

ilustrasi pecel lele (commons.wikimedia.org/Gunawan Kartapranata)

Yang menjadi pertanyaan, jika memang ada antibiotik pada ikan lele, apa efeknya bagi kesehatan? Jawabannya, ini bisa menyebabkan resistansi antibiotik bagi manusia dan hewan.

Residu antibiotik pada ternak dan akuakultur menghadirkan risiko kesehatan yang signifikan, terutama dengan berkontribusi pada perkembangan bakteri yang resistan/kebal terhadap antibiotik, yang dapat menyebabkan kegagalan pengobatan pada manusia dan hewan. Selain itu, mengonsumsi makanan yang terkontaminasi dengan residu ini dapat mengakibatkan efek toksik.

Sebuah studi menyoroti bahwa penggunaan antibiotik yang luas dalam akuakultur dan pembiakan hewan memasukkan zat-zat ini ke dalam lingkungan dan rantai makanan, yang menimbulkan risiko kesehatan masyarakat seperti resistensi antimikroba dan hasil kesehatan yang merugikan.

Lebih jauh, sebuah penelitian membahas keberadaan antibiotik, bakteri yang resistan terhadap antibiotik (ARB), dan gen resistensi antibiotik (ARG) yang tersebar luas dalam ekosistem akuakultur. Studi ini menekankan bahwa penggunaan antibiotik yang berkepanjangan atau berlebihan tidak hanya meninggalkan residu, tetapi juga mendorong perkembangan ARB dan ARG, yang dapat membahayakan efektivitas pengobatan untuk berbagai infeksi.

Temuan-temuan ini menggarisbawahi kebutuhan kritis untuk penggunaan antibiotik yang bijaksana dalam peternakan dan akuakultur untuk menjaga kesehatan masyarakat dan mempertahankan kemanjuran agen antimikroba.

Adakah kaitan antara antibiotik dalam ikan dan gagal ginjal?

Hingga saat ini, tidak ada bukti ilmiah yang kuat yang secara langsung menghubungkan konsumsi ikan lele yang mengandung residu antibiotik sebagai penyebab utama gagal ginjal pada manusia.

Residu antibiotik pada ikan menjadi perhatian karena potensi risiko kesehatan bagi konsumen. Meskipun bukti langsung yang menghubungkan residu antibiotik pada ikan dengan gagal ginjal pada manusia terbatas, tetapi penelitian tertentu menunjukkan bahwa paparan jangka panjang terhadap antibiotik tertentu dapat berdampak buruk pada fungsi ginjal.

Misalnya, sebuah penelitian yang diterbitkan dalam Environmental Science and Pollution Research menganalisis 14 residu antibiotik pada delapan spesies ikan air tawar dari Tiongkok Tenggara. Penelitian tersebut menyoroti keberadaan kuinolon, tetrasiklin, dan kloramfenikol secara luas pada ikan-ikan ini, sehingga menimbulkan kekhawatiran tentang potensi risiko kesehatan yang terkait dengan konsumsinya.

Kuinolon dan tetrasiklin adalah golongan antibiotik yang diketahui memiliki efek nefrotoksik, terutama jika paparannya berkepanjangan atau dalam dosis tinggi. Meskipun penelitian tersebut tidak menetapkan hubungan kausal langsung antara mengonsumsi ikan dengan residu antibiotik ini dan gagal ginjal pada manusia, tetapi penelitian tersebut menggarisbawahi pentingnya pemantauan dan pengaturan penggunaan antibiotik dalam akuakultur untuk mengurangi potensi risiko kesehatan.

Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menilai secara komprehensif dampak residu antibiotik pada ikan terhadap kesehatan ginjal manusia. Sementara itu, konsumen disarankan untuk membeli ikan dari pemasok bereputasi baik yang mematuhi penggunaan antibiotik dan periode penghentian penggunaan yang tepat untuk meminimalkan paparan residu tersebut.

Penyebab dan faktor risiko gagal ginjal

Diabetes dan tekanan darah tinggi adalah penyebab paling umum dari penyakit ginjal kronis dan gagal ginjal.

Diabetes yang tidak diobati dapat menyebabkan kadar gula darah tinggi (hiperglikemia). Gula darah yang terus-menerus tinggi dapat merusak ginjal serta organ lainnya. Sementara itu, tekanan darah tinggi berarti darah mengalir dengan kuat melalui pembuluh darah. Seiring waktu dan tanpa pengobatan, kekuatan ekstra tersebut dapat merusak jaringan ginjal.

Gagal ginjal biasanya tidak terjadi dengan cepat. Penyebab lain yang dapat menyebabkan gagal ginjal meliputi:

  • Penyakit ginjal polikistik. Ini adalah penyakit keturunan yang menyebabkan kantong berisi cairan (kista) tumbuh di dalam ginjal.
  • Penyakit glomerulus. Penyakit glomerulus memengaruhi seberapa baik ginjal menyaring limbah.
  • Penyakit ginjal autoimun. Lupus adalah penyakit autoimun yang dapat menyebabkan kerusakan organ, nyeri sendi, demam, dan ruam kulit.

Gagal ginjal juga dapat berkembang dengan cepat karena penyebab yang tidak terduga. Gagal ginjal akut terjadi ketika ginjal tiba-tiba kehilangan kemampuannya untuk berfungsi. Gagal ginjal akut dapat berkembang dalam hitungan jam atau hari. Kondisi ini sering kali bersifat sementara.

Penyebab umum gagal ginjal akut meliputi:

  • Obat-obatan tertentu.
  • Dehidrasi berat.
  • Obstruksi saluran kemih.
  • Penyakit sistemik yang tidak diobati, seperti penyakit jantung atau penyakit hati.

Faktor risiko gagal ginjal

Gagal ginjal dapat menyerang siapa saja. Namun, kamu mungkin berisiko lebih tinggi mengalami gagal ginjal jika:

  • Hidup dengan diabetes.
  • Memiliki tekanan darah tinggi (hipertensi).
  • Memiliki penyakit jantung.
  • Ada riwayat penyakit ginjal dalam keluarga.
  • Memiliki struktur ginjal yang tidak normal.
  • Berusia di atas 60 tahun
  • Memiliki riwayat panjang mengonsumsi obat pereda nyeri, termasuk produk yang dijual bebas seperti obat antiinflamasi nonsteroid.

Meskipun tidak ada bukti ilmiah yang secara langsung menghubungkan konsumsi ikan lele dengan residu antibiotik sebagai penyebab gagal ginjal, tetapi paparan jangka panjang terhadap antibiotik tertentu dapat berdampak buruk pada fungsi ginjal.

Penting bagi konsumen untuk memilih ikan dari pemasok yang mematuhi aturan penggunaan antibiotik dengan tepat. Belilah ikan lele dari peternak atau penjual yang memiliki reputasi baik dan mengikuti standar budi daya yang benar, perhatikan kondisi ikan, cuci dan masak dengan benar, serta konsumsi dalam batas wajar.

Gagal ginjal lebih sering disebabkan oleh kondisi seperti diabetes, hipertensi, dan penyakit ginjal kronis, sehingga menjaga gaya hidup sehat dan memantau faktor risiko sangat penting untuk mencegah gangguan ginjal.

Referensi

Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2024 tentang Obat Ikan (PDF). Diakses Maret 2025.
Li-Oon Chuah et al., “Antibiotic Application and Emergence of Multiple Antibiotic Resistance (MAR) in Global Catfish Aquaculture,” Current Environmental Health Reports 3, no. 2 (April 1, 2016): 118–27, https://doi.org/10.1007/s40572-016-0091-2.
Mohammad Faizal Ulkhaq et al., “Chloramphenicol Residues and Bacterial Contamination in Farmed African Catfish (Clarias Gariepinus) From Banyuwangi Traditional Markets: A Risk Assessment,” Jurnal Medik Veteriner 7, no. 2 (October 4, 2024): 244–54, https://doi.org/10.20473/jmv.vol7.iss2.2024.244-254.
Hidayah Karuniawati et al., “Antibiotic Use in Animal Husbandry: A Mixed-methods Study Among General Community in Boyolali, Indonesia,” International Journal of One Health 7, no. 1 (May 19, 2021): 122–27, https://doi.org/10.14202/ijoh.2021.122-127.
"Antibiotic Use in Food Animals: Indonesia Overview (PDF)." ReAct Asia-Pacific, 2018. Diakses Maret 2025.
Dragana Ljubojević Pelić et al., “Antibiotic Residues in Cultured Fish: Implications for Food Safety and Regulatory Concerns,” Fishes 9, no. 12 (November 28, 2024): 484, https://doi.org/10.3390/fishes9120484.
Xia Yuan et al., “A Review of Antibiotics, Antibiotic Resistant Bacteria, and Resistance Genes in Aquaculture: Occurrence, Contamination, and Transmission,” Toxics 11, no. 5 (April 30, 2023): 420, https://doi.org/10.3390/toxics11050420.
Guo-Jian Shao, Xiao-Dong Pan, and Jian-Long Han, “Antibiotic Residues in Commercial Freshwater Fish From Southeast China: Distribution and Human Health Risk Assessment,” Environmental Science and Pollution Research 31, no. 16 (March 2, 2024): 23780–89, https://doi.org/10.1007/s11356-024-32708-0.
"Benarkah Ikan Lele Suntik Antibiotik Bisa Sebabkan Gagal Ginjal?" RS Pusat Pertamina. Diakses Maret 2025.
"Hama dan Penyakit Ikan lele." Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan Pemerintah Kabupaten Buleleng. Diakses Maret 2025.
"Kidney Failure." Cleveland Clinic. Diakses Maret 2025.

Editorial Team