ilustrasi mencium bau makanan (pexels.com/Kampus Production)
Gangguan penciuman tidak cuma membuat makanan terasa hambar. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa disfungsi indra penciuman bisa menjadi tanda awal penyakit neurodegeneratif seperti Alzheimer atau Parkinson.
“Indra penciuman yang tumpul dapat berdampak besar pada kesehatan mental dan fisik seseorang,” jelas Dr. Leora Horwitz, salah satu penulis utama studi ini dari NYU Langone Health, dalam sebuah rilis.
Karena itu, para ahli menyarankan agar pemeriksaan indra penciuman dimasukkan dalam perawatan rutin pasca-COVID-19.
Bagi penyintas COVID-19, penting untuk tidak mengabaikan perubahan indra penciuman, meskipun terasa ringan. Konsultasi ke dokter bisa membantu mendeteksi lebih dini jika ada gangguan yang lebih serius. Peneliti juga menekankan perlunya tes penciuman formal agar gejala ini tidak lagi dipandang sebelah mata.
Referensi
"While it may go unnoticed, loss of smell may linger for years after COVID-19." EurekAlert! Diakses September 2025.
Leora I. Horwitz et al., “Olfactory Dysfunction After SARS-CoV-2 Infection in the RECOVER Adult Cohort,” JAMA Network Open 8, no. 9 (September 25, 2025): e2533815, https://doi.org/10.1001/jamanetworkopen.2025.33815.
"Nearly 7 in 10 COVID survivors tested didn't know they had a dulled sense of smell." CIDRAP. Diakses September 2025.