Mengenal Hiperleksia, Kemampuan Membaca Anak yang Terlalu Cepat

Perlukah ini dikhawatirkan?

Umumnya, anak yang mahir membaca pasti bikin orang tua kagum dan bangga. Namun, bagaimana jika kemampuan anak membaca terlalu cepat, dalam arti cenderung di atas rata-rata ketimbang anak-anak lain seusianya? Apalagi bila keterampilan bahasa dan bicaranya masih kurang.

Nah, kondisi di atas menggambarkan hiperleksia. Anak dengan kondisi tersebut pada dasarnya mahir membaca di usianya yang dini, tetapi tidak dibarengi dengan kemampuan bahasa dan bicara yang setara.

Menarik untuk disimak, berikut ini adalah fakta-fakta seputar hiperleksia.

1. Usia masih dini tapi kemampuan membacanya di atas rata-rata

Mengenal Hiperleksia, Kemampuan Membaca Anak yang Terlalu Cepatunsplash.com/Annie Spratt

Istilah hiperleksia diciptakan oleh N.E. Silberberg dan M.C. Silberberg pada tahun 1960-an. Anak dengan hiperleksia digambarkan memiliki kemampuan membaca yang luar biasa pada usia dini, tetapi kurang mampu dalam praktik bahasa dan bicara sesuai usianya.

Hiperleksia bisa menjadi indikasi dari dua kemungkinan, yakni memang bakat atau gangguan spektrum autisme. Namun, berdasarkan sebuah ulasan dalam jurnal "Neuroscience & Biobehavioral Reviews" tahun 2017, hiperleksia punya kaitan erat dengan autisme, dengan persentase mencapai 84 persen.

Bila hiperleksia disertai dengan keterlambatan komunikasi, itu dikatakan sebagai tanda autisme. Untuk itu, identifikasi sedini mungkin sangat diperlukan agar anak segera mendapatkan perawatan yang tepat.

Seorang anak dengan hiperleksia yang terdiagnosis autisme butuh intervensi khusus untuk meningkatkan keterampilan komunikasinya. Sementara itu, bila kemahiran membaca pada anak merupakan sebuah bakat, anak mungkin akan diberikan materi yang dapat mengembangkan bakatnya itu.

2. Empat karakteristik utama hiperleksia

Mengenal Hiperleksia, Kemampuan Membaca Anak yang Terlalu Cepatunsplash.com/Annie Spratt

Dilansir dari Healthline, kebanyakan anak dengan hiperleksia menunjukkan empat karakteristik utama yang tidak jauh-jauh dari ketertarikan buku dan kemampuan belajar, yakni:

  • Kemampuan belajar cepat. Anak dengan hiperleksia cenderung mampu membaca tanpa pengajaran, bahkan tak jarang autodidak. Kemungkinan besar mereka belajar dengan cara mengulangi kata-kata yang dilihat maupun didengar.
  • Ketertarikan pada buku. Dengan kemampuan membaca yang luar biasa, anak jadi lebih tertarik terhadap buku-buku. Pada prosesnya, tak jarang anak mengeja kata-kata dengan suara lantang. Beberapa anak dengan hiperleksia juga mengembangkan kecintaan terhadap angka.
  • Menunjukkan tanda-tanda gangguan perkembangan. Meskipun kemampuan membaca di atas rata-rata, tapi anak dengan hiperleksia cenderung menunjukkan tanda-tanda gangguan perkembangan, seperti sulit berkomunikasi maupun masalah perilaku tertentu.
  • Pemahaman belajar rendah. Anak dengan hiperleksia menunjukkan gejala signifikan, yakni keterampilan membaca tinggi, tapi pemahaman belajarnya cenderung rendah. Tidak jarang anak kesulitan untuk menyusun puzzle atau bermain permainan tertentu.

Baca Juga: Diagnosis Anak Autisme di Indonesia Kerap Terlambat 

3. Diagnosis hiperleksia

Mengenal Hiperleksia, Kemampuan Membaca Anak yang Terlalu Cepatunsplash.com/Jerry Wang

Hiperleksia merupakan kondisi yang kompleks. Selain itu, dalam buku pedoman “Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders V (DSM-5)”, hiperleksia tidak dijelaskan secara spesifik, hanya dicantumkan dalam bagian autisme.

Diagnosis anak yang diduga mengalami hiperleksia adalah berdasarkan gejala dan perubahan yang ditunjukkan dari waktu ke waktu. Selain itu, dokter anak juga dapat memeriksa pendengaran, penglihatan, dan refleks anak.

Dokter anak mungkin akan butuh bantuan dari ahli medis lain, seperti psikolog, terapis wicara, dan ahli terapi perilaku. Tenaga profesional lainnya seperti guru pendidikan khusus, terapis okupasi, dan pekerja sosial juga mungkin dibutuhkan untuk diagnosis hiperleksia pada anak.

4. Bisakah diobati?

Mengenal Hiperleksia, Kemampuan Membaca Anak yang Terlalu Cepatunsplash.com/Jonathan Borba

Pada dasarnya pengobatan hiperleksia menitikberatkan pada kondisi yang dialami anak, termasuk di dalamnya gangguan belajar. Rencana perawatannya berbeda-beda, disesuaikan dengan gaya belajar dan kebutuhan belajar.

Peran orang tua sangat penting untuk keberhasilan perawatan. Anak juga mungkin memerlukan terapi wicara, latihan komunikasi, serta pelajaran khusus untuk melatih kemampuan berbicara dan berkomunikasi.

Sementara itu, psikolog dan terapis okupasi juga dapat membantu meminimalkan dampak dari hiperleksia. Beberapa anak dengan hiperleksia pun juga ada yang membutuhkan obat-obatan tertentu.

5. Cara sederhana mengenali tanda dan gejala hiperleksia pada anak

Mengenal Hiperleksia, Kemampuan Membaca Anak yang Terlalu Cepatunsplash.com/Alexander Dummer

Dilansir dari Verywell Family, beberapa strategi berikut ini dapat membantu mengenali perbedaan antara anak yang berbakat dalam membaca dan kondisi hiperleksia yang merupakan gangguan spektrum autisme.

  • Anak berbakat cenderung menurut jika diberi bimbingan berupa tantangan lain, seperti membaca buku yang berbeda dan belajar kosakata baru dalam berbagai bahasa. Sementara itu, anak hiperleksia cenderung menolak tugas-tugas yang diberikan untuknya.
  • Anak berbakat lebih tertarik memahami makna dari setiap kata dan frasa yang digunakan. Sebaliknya, anak dengan hiperleksia tidak tertarik pada pemahaman kata maupun frasa.
  • Anak berbakat dapat bertindak layaknya anak kecil, seperti marah, kasar, dan mementingkan diri sendiri. Anak dengan autisme cenderung kurang sensitif terhadap perasaan orang lain, berbeda dengan anak-anak pada umumnya.

Hiperleksia bisa terjadi pada siapa saja. Konsultasi dengan dokter adalah langkah bijak untuk diagnosis dini, sehingga perawatan bisa segera dilakukan. Bila kemampuan membaca anak di atas rata-rata merupakan sebuah bakat, dokter juga dapat membantu untuk mengasah kemampuannya tersebut.

Baca Juga: 9 Tanda-tanda Umum Penyandang Autisme yang Patut Diwaspadai

Indriyani Photo Verified Writer Indriyani

Full-time learner, part-time writer and reader. (Insta @ani412_)

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya