Separation Anxiety Disorder, Kecemasan Akibat Perpisahan

Tak hanya anak kecil, orang dewasa juga bisa merasakannya

Kecemasan pada perpisahan rupanya tak hanya dirasakan oleh bayi atau anak-anak. Namun, orang dewasa pun dapat merasakannya. Orang dewasa dengan kecemasan perpisahan atau separation anxiety disorder mengalami ketakutan ekstrem terhadap hal buruk yang terjadi pada orang-orang yang dianggapnya penting. Hal buruk yang dimaksud sering kali melibatkan momen perpisahan dengan figur keterikatan tertentu.

Para peneliti belum dapat memastikan penyebab utama yang melatarbelakangi kemunculan gangguan ini. Namun, studi dalam BMC Psychiatry menjelaskan, separation anxiety disorder sering termanifestasi bersama kondisi kecemasan lain, seperti gangguan panik, gangguan kecemasan, dan agorafobia.

Di samping gejala yang bersinggungan dengan aspek mentalitas, seseorang yang mengembangkan separation anxiety disorder juga dapat menunjukkan gejala intens yang berhubungan dengan fisik, seperti mual dan sakit kepala. Berikut adalah ulasan lengkapnya yang dirangkum dari berbagai sumber.

1. Gejala

Separation Anxiety Disorder, Kecemasan Akibat PerpisahanIlustrasi perempuan sedang sedih (pexels.com/Karolina Grabowska)

Orang-orang dengan separation anxiety disorder dapat mengalami kecemasan intens ketika dirinya berada jauh dengan orang yang dianggapnya berarti dalam hidup. Terkadang mereka juga mengembangkan gejala berupa penarikan diri secara sosial, kesedihan ekstrem, atau kesulitan berkonsentrasi saat jauh dari orang yang dicintai.

Pada kasus yang menimpa figur orangtua, gangguan ini dapat menyebabkan pola asuh ketat dan cenderung ingin selalu terlibat dalam kehidupan anaknya. Sementara dalam konteks hubungan, individu yang bersangkutan mungkin menampilkan kepribadian yang egois, angkuh, dan sombong.

Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, 5th edition (DSM-5) mendefinisikan separation anxiety dengan berbagai gejala khas, yakni:

  • Kekhawatiran berlebih terhadap kehilangan sosok yang berarti dalam hidupnya.
  • Kekhawatiran akan peristiwa yang dapat menyebabkan perpisahan.
  • Tekanan berlebih sebelum dan sesudah perpisahan terjadi.
  • Enggan meninggalkan orang yang dicintainya.
  • Ketika sendirian merasa takut secara berlebihan dan terus-menerus.
  • Gejala fisik yang berulang selama perpisahan berlangsung.
  • Gejala-gejala tersebut menyebabkan tekanan signifikan yang mempengaruhi kehidupan sosial, termasuk ranah pekerjaan atau pendidikan.

2. Penyebab

Separation Anxiety Disorder, Kecemasan Akibat PerpisahanIlustrasi perempuan mengalami kecemasan (pexels.com/Karolina Grabowska)

Separation anxiety disorder pada orang dewasa dapat berakar dari berbagai peristiwa hidup, seperti kehilangan seseorang yang amat disayangi, baik karena pindah atau berpisah (bahkan dalam kurun waktu yang relatif singkat). Di samping itu, ada dugaan mengenai kaitannya dengan kondisi kesehatan mental lain.

Studi dalam Frontiers in Psychology mengungkap, kategori orang dewasa dengan separation anxiety disorder dianggap sebagai pengontrol yang over protektif. Namun, tindakan ini sering kali dijadikan alasan untuk mengekspresikan ketakutan terkait perpisahan.

Melansir laman Mayo Clinic, gangguan ini sebenarnya dapat dipicu oleh stresor hidup yang mengakibatkan perpisahan dengan orang tercinta. Di samping itu, faktor genetik juga dapat berperan dalam pengembangan separation anxiety disorder.

3. Faktor risiko

Separation Anxiety Disorder, Kecemasan Akibat PerpisahanIlustrasi kenangan masa kecil (pexels.com/Mikhail Nilov)

Studi dalam Personality and Mental Health menjelaskan, orang-orang dengan diagnosis gangguan obsesif-kompulsif (OCD) lebih mungkin mengalami separation anxiety disorder ketika beranjak dewasa.

Adapun mengenai faktor risiko yang bisa meningkatkan separation anxiety disorder pada orang dewasa, meliputi:

  • Peristiwa masa lampau yang berhubungan dengan masa kanak-kanak, seperti kematian anggota keluarga.
  • Adanya riwayat peristiwa traumatis pada masa kanak-kanak, seperti pelecehan dan kekerasan.
  • Individu dengan tipe kepribadian yang lebih rentan terhadap stres dan kekhawatiran dalam hidup.
  • Perubahan signifikan, seperti berpisah dari keluarga.

Seperti yang telah disinggung sebelumnya, separation anxiety disorder pada orang dewasa bisa berkorelasi terhadap kondisi kesehatan mental lain. Kondisi kesehatan mental tersebut bisa mencakup:

  • Gangguan panik.
  • Gangguan kecemasan umum.
  • Gangguan kecemasan sosial.
  • Gangguan stres pascatrauma (PTSD).
  • Gangguan kepribadian.

Baca Juga: 7 Cara Sederhana Ini Bisa Membantu Mengatasi Anxiety Disorder

4. Diagnosis 

Separation Anxiety Disorder, Kecemasan Akibat PerpisahanIlustrasi proses diagnosis (pexels.com/Alex Green)

Untuk menggalakkan diagnosis kondisi, para ahli akan mengupayakan pemeriksaan medis secara komprehensif. Tidak menutup kemungkinan akan melibatkan kegiatan wawancara dengan orang-orang terdekat pasien. Di samping itu, ahli juga akan menggunakan kriteria khusus yang terurai dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, 5th edition (DSM-V).

Seseorang yang mendapat diagnosis separation anxiety disorder setidaknya harus menunjukkan problematik yang menyangkut:

  • Gejala pada orang dewasa terjadi selama minimal enam bulan.
  • Gejala sangat parah sehingga mempengaruhi keberlangsungan fungsi sosial.
  • Gejala tidak dapat dijelaskan oleh gangguan lain yang berbeda.

5. Perawatan 

Separation Anxiety Disorder, Kecemasan Akibat PerpisahanIlustrasi proses perawatan untuk membantu manajemen kondisi kecemasan (pexels.com/SHVETS production)

Setelah diagnosis berhasil ditetapkan, langkah selanjutnya adalah memberlakukan opsi pengobatan dan perawatan. Profesional medis yang menangani pasien dengan separation anxiety disorder mungkin akan merekomendasikan pengobatan dan perawatan melalui jalur psikoterapi, pemberian resep obat, atau kombinasi.

Adapun berbagai pilihan terapi yang bisa dicanangkan, mencakup: 

  • Terapi perilaku kognitif (CBT).
  • Terapi perilaku dialektis (DBT).
  • Terapi keluarga.
  • Grup pendukung.

Separation anxiety disorder tidak hanya menjadi ancaman bagi bayi atau anak-anak semata. Kondisi ini ternyata juga bisa memengaruhi orang dewasa, layaknya kondisi kesehatan mental lainnya. 

Tentu, untuk menentukan kondisi ini, dibutuhkan diagnosa medis dari ahli berlisensi, seperti psikolog atau psikiater. Pihak yang berwenang akan membantu merekomendasikan pengobatan dan perawatan guna memanajemen kondisi agar tidak berdampak negatif pada individu yang bersangkutan.

Baca Juga: Social Anxiety Disorder, Kecemasan Diawasi Orang Lain

Indriyani Photo Verified Writer Indriyani

Full-time learner, part-time writer and reader. (Insta @ani412_)

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Debby Utomo

Berita Terkini Lainnya