ilustrasi otak manusia (unsplash.com/Shawn Day)
Epilepsi terjadi ketika sel-sel otak yang rusak memproduksi sinyal listrik abnormal. Ketika ini terjadi, maka otak akan mengalami lonjakan aktivitas listrik yang gak terkendali dan memicu terjadinya kejang. Sekitar 70 persen kasus epilepsi belum diketahui penyebabnya, sedangkan 30 persen lainnya disebabkan oleh genetik, cedera kepala, infeksi otak, gangguan imun, gangguan perkembangan, hingga kelainan pembuluh darah di otak. Sampai saat ini, epilepsi memang belum ditemukan obatnya.
Dilansir Cleveland Clinic, obat tertentu yang diresepkan oleh dokter dapat mengendalikan 60—70 persen kejang karena epilepsi. Berbeda dengan penyakit jantung atau hipertensi, orang dengan epilepsi sebetulnya gak betul-betul dilarang naik gunung. Semua tergantung pada jenis epilepsi yang dialami, dan bagaimana respon tubuh terhadap pengobatan.
Beberapa penderita epilepsi gak mengalami kejang selama bertahun-tahun sehingga aman bagi mereka untuk melakukan pendakian dan aktivitas luar ruangan lainnya. Di sisi lain, banyak orang mengalami kejang di waktu tertentu secara konsisten. Mengingat penyakit ini sangat mempengaruhi kesadaran, dan kontol otot, orang dengan kondisi ini jelas gak disarankan untuk melakukan aktivitas berat, termasuk mendaki gunung.
Buat kamu yang suka menghabiskan waktu di alam, mendaki gunung jelas merupakan kegiatan yang menyenangkan. Namun kamu juga gak boleh abai dengan kondisi tubuh sendiri, terutama jika kamu memiliki riwayat beberapa penyakit di atas. Jika memang dalam kondisi kurang sehat, jangan pernah memaksakan diri untuk mendaki. Kan, gak lucu kalau sampai kamu harus sakit di tengah jalur pendakian!
Referensi
“Travel to high altitudes could be dangerous for people with heart conditions.” American Heart Association News. Diakses Agustus 2025.
“Heart disease.” Mayo Clinic. Diakses Agustus 2025.
“Heart disease.” Cleveland Clinic. Diakses Agustus 2025.
“Hypertension (high blood pressure).” Cleveland Clinic. Diakses Agustus 2025.
“Altitude and hypertension: What’s the link?” Healthline. Diakses Agustus 2025.