Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi skrining kesehatan mata anak (pexels.com/Antoni Shkraba)
ilustrasi skrining kesehatan mata anak (pexels.com/Antoni Shkraba)

Intinya sih...

  • Masalah penglihatan pada anak dapat menghambat tumbuh kembang anak secara signifikan.
  • JEC Eye Hospitals and Clinics memperkenalkan Children’s Eye & Strabismus Center (CESC) di RS Mata JEC @ Kedoya.
  • Dengan fasilitas yang diperbarui, pusat layanan ini menjadi one-stop service kesehatan mata anak pertama di Indonesia, menawarkan solusi terpadu dan komprehensif untuk penanganan berbagai gangguan penglihatan sejak bayi hingga remaja.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Sebanyak 90 juta anak dan remaja di dunia (usia 0–19 tahun) hidup dengan gangguan penglihatan, menurut catatan International Agency for the Prevention of Blindness (IAPB). Sementara di Indonesia, menurut Kementerian Kesehatan (Kemenkes), prevalensi gangguan penglihatan pada anak usia sekolah 5–19 tahun diperkirakan mencapai 10 persen.

Memahami urgensi situasi ini, JEC Eye Hospitals and Clinics memperkenalkan Children’s Eye & Strabismus Center (CESC) di RS Mata JEC @ Kedoya, Jakarta Barat.

Permasalahan kesehatan mata anak

Kesehatan mata anak di Indonesia memang masih perlu mendapat perhatian khusus. Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 mendapati 0,6 persen anak berusia di atas 1 tahun memiliki disabilitas penglihatan. Dari persentase tersebut, 11,7 persen bahkan perlu menggunakan alat bantu lihat.

Penyebab utamanya mencakup kelainan refraksi yang tidak dikoreksi, retinopati prematuritas, katarak, kelainan okular bawaan, jaringan parut pada kornea, dan gangguan penglihatan serebral. Jika tidak ditangani, kondisi-kondisi tersebut dapat menghambat tumbuh kembang anak secara signifikan.

Fasilitas baru JEC

Ilustrasi skrining kesehatan mata anak (Pexels/Pavel Danilyuk)

Dengan fasilitas yang diperbarui, pusat layanan ini menjadi one-stop service kesehatan mata anak pertama di Indonesia, menawarkan solusi terpadu dan komprehensif untuk penanganan berbagai gangguan penglihatan sejak bayi hingga remaja.

“Perawatan kesehatan mata sejak dini merupakan investasi untuk masa depan anak. Gangguan penglihatan yang tidak terdeteksi dan tertangani dengan tepat pada masa balita dapat berdampak jangka panjang," kata dr. Gusti G Suardana, SpM(K), Ketua Servis Pediatric Ophthalmology and Strabismus JEC Eye Hospitals & Clinics, lewat keterangan tertulis.

Gangguan penglihatan pada anak tidak hanya berdampak pada perkembangan penglihatan, tetapi juga kemampuan belajar, sosialisasi, dan kualitas hidup anak hingga dewasa. Deteksi dan intervensi dini sangat krusial karena sistem penglihatan anak berkembang pesat hingga usia 8 tahun dan penanganan setelah periode kritis bisa memberikan hasil kurang baik dan sering kali bersifat permanen.

“JEC meyakini bahwa perawatan mata anak membutuhkan pendekatan yang menyeluruh, terintegrasi, dan ramah anak. Proses pemeriksaan, diagnosis hingga terapi pada anak tidak bisa disamakan dengan pasien dewasa. Banyak aspek yang perlu diperhatikan, mulai dari kenyamanan anak, keterlibatan orang tua, hingga kesiapan fasilitas medis dan tenaga profesional yang terlatih," ujar dr. Gusti.

JEC CESC memungkinkan pasien anak mendapatkan penanganan mata secara komprehensif—mulai dari pemeriksaan awal, diagnosis, hingga terapi lanjutan—semua dalam satu atap, tanpa berpindah lokasi.

Fasilitas ramah anak

Menempati keseluruhan lantai 4 di gedung RS Mata JEC @ Kedoya, CESC JEC dirancang untuk menangani pasien anak. Desain interior khusus (dari warna, ornamen dinding, hingga pilihan furniturnya) dan beraneka permainan anak turut menciptakan suasana yang menyenangkan. Pusat layanan ini hadir mengedepankan kenyamanan dan keramahan bagi anak-anak.

Sebagai pusat layanan mata anak terdepan, CESC JEC diperkuat teknologi diagnostik canggih, meliputi:

  • RetCam screening: Deteksi dini retinopati prematuritas (ROP) pada bayi prematur.
  • Autorefraktometer pediatrik: Pemeriksaan gangguan refraksi tanpa memerlukan respons verbal anak.
  • Synoptophore test: Mengukur sudut strabismus (mata juling) guna penanganan yang lebih akurat.

Data kasus masalah mata

ilustrasi kesehatan mata anak (freepik.com/8photo)

Indonesia menempati posisi kelima untuk negara dengan persalinan prematur terbanyak di dunia, yaitu sebanyak 657.700 kasus. Data dari 21 fasilitas kesehatan di Indonesia pada tahun 2010 menemukan 32 dari 216 bayi prematur mengalami retinopati prematuritas (ROP). 

Oleh karena itu, fasilitas RetCam screening yang terdapat di CESC JEC sangat berperan untuk mendeteksi adanya ROP pada bayi prematur, sehingga tata laksana yang sesuai dapat diberikan, dan pada akhirnya mengurangi risiko gangguan penglihatan yang dapat berlanjut hingga masa dewasa.

Sementara itu, untuk kelainan refraksi, data IAPB memperkirakan jumlah anak yang menyandang rabun jauh akan terus bertambah dengan 165 juta pada 2021, dan akan mencapai 275 juta pada 2050. 

Di Indonesia, anak yang mengalami kelainan refraksi diperkirakan berjumlah 3,6 juta (35–40 persen merupakan anak usia sekolah). Sementara untuk mata juling, prevalensi global diperkirakan sekitar 1,93 persen. Artinya, setidaknya 148 juta orang (termasuk anak-anak) di seluruh dunia menyandang strabismus.

Perlunya pemeriksaan rutin

Dokter Hasiana Lumban Gaol, SpM, dokter subspesialis pediatric ophthalmology and strabismus JEC Eye Hospitals and Clinics, menjelaskan bahwa umumnya, gangguan penglihatan pada anak dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor risiko seperti kelahiran prematur, riwayat keluarga, riwayat kehamilan, trauma dan nutrisi. 

"Akan tetapi, dengan kemajuan zaman dan perubahan gaya hidup, anak-anak juga rentan terhadap faktor risiko lain yang dapat mengancam kesehatan mata, seperti penggunaan gawai berlebih serta kurangnya paparan cahaya alami dan minimnya aktivitas di luar ruangan," imbuhnya.

Pemeriksaan dini rutin, termasuk evaluasi berkala per 6–12 bulan sekali pada anak usia sekolah, perlu dilaksanakan secara disiplin guna mengenali gangguan penglihatan sejak awal dan memberikan tata laksana yang sesuai.

CESC JEC menawarkan penanganan gangguan penglihatan secara multidisiplin, antara lain:

  • Terapi ambliopia: Terapi oklusi (penutup mata) atau terapi atropin untuk menstimulasi mata malas.
  • Perawatan strabismus atau mata juling: Latihan otot mata, terapi prisma, hingga operasi jika diperlukan.
  • Tindakan operatif: Operasi katarak kongenital, glaukoma kongenital, dan tumor mata anak.
  • Terapi visual: Anak dengan gangguan neurologis (cortical visual impairment).
  • Rehabilitasi visual: Anak dengan kebutaan atau penglihatan rendah (low vision).

Harapan JEC

Ilustrasi skrining kesehatan mata anak (Pexels/Pavel Danilyuk)

Penanganan gangguan mata pada anak tentu tak bisa lepas dari keterlibatan orang-orang terdekat pasien. Dukungan keluarga pada pasien anak sangat krusial, terutama pada kasus-kasus gangguan mata yang berat dan kronis.

JEC CESC juga melengkapi layanan psikologi bagi anak dan orang tua untuk membantu pasien anak-anak dengan gangguan penglihatan beradaptasi secara emosional dan sosial.

Sejak beroperasi pada 2012, JEC CESC kini diperkuat enam dokter mata dengan berbagai subspesialisasi dan dua psikolog anak, serta telah menangani lebih dari 24 ribu pasien anak—dengan mayoritas kasus berupa gangguan refraksi, ambliopia dan strabismus.

“Melalui peningkatan kualitas layanan di JEC Children’s Eye & Strabismus Center, kami berharap semakin banyak anak di Indonesia yang mendapatkan deteksi dan penanganan gangguan penglihatan secara tepat sejak dini. Kesehatan mata bukan hanya soal melihat, tetapi juga berkaitan erat dengan proses belajar, tumbuh kembang dan kualitas hidup anak secara keseluruhan,” tutup dr. Gusti.

Editorial Team