Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi HIV (pexels.com/Miguel Á. Padriñán)

Intinya sih...

  • Jumlah orang yang tertular HIV menurun, tetapi lajunya penurunannya masih terlalu lambat.
  • Walaupun angka kasus tercatat menurun, tetapi dari hampir 40 juta orang yang hidup dengan HIV di seluruh dunia, sekitar 9,3 juta masih belum menerima pengobatan.
  • Undang-undang dan praktik diskriminatif terhadap orang yang hidup dengan HIV terus melemahkan kemajuan dalam menangani HIV/AIDS.

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melaporkan pada hari Selasa (26/11/2024) bahwa jumlah orang yang tertular HIV tahun lalu lebih sedikit dibandingkan tahun-tahun sebelumnya sejak epidemi tersebut muncul pada akhir tahun 1980-an. Namun, PBB memperingatkan bahwa laju penurunan ini masih terlalu lambat.

Sekitar 1,3 juta orang tertular penyakit ini pada tahun 2023, menurut laporan terbaru dari UNAIDS, pergabungan PBB dengan program HIV/AIDS. Akan tetapi, jumlah ini masih tiga kali lebih tinggi daripada yang dibutuhkan untuk mencapai sasaran PBB dalam mengakhiri AIDS sebagai ancaman kesehatan masyarakat pada tahun 2030.

Menurut laporan yang dirilis menjelang Hari AIDS Sedunia pada 1 Desember, sekitar 630.000 orang meninggal karena penyakit terkait AIDS pada 2023, menandai angka terendah sejak puncak 2,1 juta kematian pada tahun 2004. Kemajuan ini sebagian besar disebabkan oleh meluasnya penggunaan pengobatan antiretroviral (ARV), yang secara efektif mengurangi kadar virus dalam darah pasien.

Namun, masih banyak orang yang positif HIV belum menerima pengobatan

Walaupun angka kasus tercatat menurun, tetapi laporan tersebut menyoroti bahwa dari hampir 40 juta orang yang hidup dengan HIV di seluruh dunia, sekitar 9,3 juta masih belum menerima pengobatan.

Laporan tersebut juga mencatat kemunduran di area tertentu, dengan 28 negara mencatat peningkatan infeksi HIV tahun lalu.

Upaya untuk memperluas akses ke pre-exposure prophylaxis/profilaksis pra pajanan (PrEP), pengobatan pencegahan HIV, telah lamban di negara-negara tersebut, menandakan perlunya tindakan yang lebih besar.

Hanya 15 persen orang yang membutuhkan PrEP yang menerimanya pada tahun 2023.

Praktik diskriminatif terhadap orang yang positif HIV menyulitkan penanganan HIV/AIDS

ilustrasi virus HIV (unsplash.com/National Institute of Allergy and Infectious Diseases)

Wakil Direktur UNAIDS Christine Stegling menyoroti bahwa kemajuan dalam memerangi AIDS didorong oleh kemajuan biomedis, perlindungan hak asasi manusia, dan aktivisme masyarakat. Namun, ia menekankan bahwa kesenjangan yang signifikan dalam perlindungan hak asasi manusia menghambat upaya global untuk mengakhiri AIDS.

Berbicara dalam konferensi pers daring, Stegling memperingatkan bahwa jika tren saat ini terus berlanjut, maka jumlah orang yang hidup dengan HIV dapat tetap tinggi secara signifikan hingga melampaui tahun 2030.

UNAIDS juga menekankan bahwa undang-undang dan praktik diskriminatif terhadap orang yang hidup dengan HIV terus melemahkan kemajuan dalam menangani epidemi tersebut.

Sebagai contoh adalah Undang-Undang Anti-Homoseksualitas di Uganda, salah satu undang-undang anti-gay yang paling keras di dunia, menyebabkan penurunan tajam dalam akses PrEP sejak mulai berlaku tahun lalu.

Axel Bautista, seorang aktivis hak-hak gay dari Mexico City, menunjukkan bahwa hubungan sesama jenis dilarang di 63 negara.

"Kriminalisasi memperburuk rasa takut, penganiayaan, kebencian, kekerasan, dan diskriminasi serta berdampak negatif pada kesehatan masyarakat," katanya dalam konferensi pers, dikutip dari Science Alert.

Terobosan potensial dalam pencegahan HIV

Lenacapavir, obat baru yang menunjukkan efektivitas 100 persen dalam uji coba awal untuk mencegah HIV, dipuji sebagai game-changer. Namun, biayanya yang tinggi—sekitar 40.000 dolar AS per orang per tahun di beberapa negara—telah memicu kekhawatiran.

Perusahaan farmasi Gilead baru-baru ini mengumumkan kemitraan dengan produsen obat generik untuk membuat obat tersebut lebih terjangkau di beberapa negara berpenghasilan rendah. Meskipun demikian, para aktivis berpendapat bahwa banyak orang dengan HIV masih dikecualikan dari kerja sama tersebut.

Stegling menekankan bahwa terobosan tersebut hanya akan secara signifikan mengurangi infeksi baru jika akses yang adil dipastikan di seluruh dunia.

Referensi

"UNAIDS report shows that upholding human rights is vital for ending the AIDS pandemic". UNAIDS. Diakses November 2024.
"World AIDS Day Report 2024" (PDF). UNAIDS. Diakses November 2024.
"HIV Cases Reach Lowest Point Since Rise of Disease in 1980s". Science Alert. Diakses November 2024.
"New HIV Prevention Drug Shows 100% Efficacy in Clinical Trial". Science Alert. Diakses November 2024.

Editorial Team