Ciri-ciri Ruam Kulit HIV, Kenali ya!

- Ruam kulit dapat menjadi tanda awal HIV, sering disertai rasa gatal dan nyeri, terutama pada tahap awal infeksi HIV akut.
- Penanganan ruam kulit HIV tergantung pada penyebab utamanya, termasuk ARV dan identifikasi penyebab lain dari ruam.
- Perlu waspada jika ruam melepuh, menyebar ke seluruh tubuh, terinfeksi, disertai rasa nyeri atau demam, serta adanya gejala reaksi alergi berat terhadap obat-obatan HIV.
Ruam kulit adalah salah satu tanda awal yang kerap muncul pada orang yang positif HIV. Meski sering dianggap remeh, tetapi gejala ini dapat memberikan petunjuk penting untuk deteksi dini infeksi HIV.
Mengetahui ciri-ciri ruam kulit yang khas pada HIV dapat membantu individu segera mencari diagnosis dan penanganan medis. Apa saja ciri-ciri ruam kulit HIV yang perlu diwaspadai? Berikut penjelasannya.
1. Ciri-ciri ruam kulit HIV

Ruam kulit yang disebabkan oleh HIV biasanya tampak sebagai area kulit yang teriritasi, disertai rasa gatal, kemerahan, atau nyeri. Pada individu dengan warna kulit yang gelap, ruam bisa terlihat berwarna cokelat tua, ungu, atau merah.
Ruam ini sering kali muncul di area tubuh seperti wajah, dada, tangan, atau kaki, tetapi bisa juga menyebar ke seluruh tubuh.
Tidak semua orang dengan HIV akan mengalami ruam kulit, tetapi gejala ini cukup umum, terutama pada tahap awal infeksi yang dikenal sebagai fase HIV akut.
Selain itu, HIV melemahkan sistem imun tubuh, sehingga meningkatkan risiko infeksi kulit lain yang dapat memicu ruam.
Obat-obatan untuk mengobati HIV juga dapat menyebabkan efek samping berupa ruam kulit.
2. Pengobatan ruam terkait HIV

Penanganan ruam kulit HIV tergantung pada penyebab utamanya. Perawatan yang direkomendasikan untuk semua pasien HIV positif adalah terapi antiretroviral (ARV), yaitu kombinasi obat-obatan yang dirancang untuk mengendalikan virus.
Pada tahap awal ARV, biasanya dokter akan meresepkan tiga jenis obat atau satu obat gabungan.
Jika kondisi pasien stabil, seperti memiliki jumlah virus yang tidak terdeteksi, tidak ada riwayat kegagalan pengobatan, dan tidak alergi terhadap obat tertentu, maka pengobatan dapat beralih ke injeksi HIV yang diberikan setiap dua bulan.
Selain ARV, dokter juga akan mengidentifikasi penyebab lain dari ruam. Ini termasuk infeksi, paparan sinar matahari berlebihan, stres emosional, atau kebiasaan konsumsi alkohol.
Untuk mengatasi ruam itu sendiri, bisa pakai pelembap, losion, mandi air hangat, krim kortison, atau antihistamin guna meredakan iritasi dan gatal. Penting untuk mematuhi anjuran dokter agar pengobatan efektif dan risiko komplikasi berkurang.
3. Kapan harus ke dokter?

Ruam kulit bisa menjadi gejala dari berbagai kondisi medis, dan iritasi ringan biasanya dapat diatasi dengan mudah. Namun, ada beberapa kondisi ketika kamu perlu segera mencari perhatian medis, seperti:
- Ruam yang melepuh.
- Ruam yang menyebar ke seluruh tubuh.
- Ruam yang terinfeksi.
- Ruam yang disertai rasa nyeri.
- Ruam yang muncul bersamaan dengan demam.
- Ruam yang tiba-tiba menyebar dengan cepat.
Selain itu, kamu harus waspada terhadap gejala reaksi alergi berat terhadap obat-obatan HIV. Tanda-tandanya meliputi pusing, kesulitan bernapas, atau rasa ringan di kepala.
Dalam kasus yang paling parah, reaksi ini bisa berkembang menjadi sindrom Stevens-Johnson. Ini adalah kondisi serius yang ditandai dengan ruam berat dan lepuh yang menyakitkan.
Jika kamu mengalami salah satu dari gejala ini, segera konsultasikan dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat.
Ruam kulit adalah salah satu gejala yang bisa muncul pada pasien HIV positif dan dapat memberikan petunjuk penting untuk deteksi dini serta penanganan infeksi. Memahami ciri-ciri, penyebab, dan cara mengatasinya adalah langkah awal yang penting untuk menjaga kesehatan kulit dan tubuh secara keseluruhan.
Referensi
"HIV Treatment Overview". National HIV/AIDS Strategy (NHAS). Diakses November 2024.
"HIV and Rash". National HIV/AIDS Strategy (NHAS). Diakses November 2024.
"Rash 101 in adults: When to seek medical treatment". American Academy of Dermatology Association. Diakses November 2024.