ilustrasi kehamilan (pexels.com/Kei Scampa)
Prospek jangka panjang kehamilan ektopik tergantung apakah kondisi tersebut bisa menyebabkan kerusakan fisik. Namun, kebanyakan perempuan yang mengalaminya bisa mendapatkan kehamilan sehat.
Jika kedua tuba falopi masih utuh, atau tinggal satu, sel telur masih dapat dibuahi seperti biasanya. Namun, jika memiliki masalah reproduksi yang sudah ada sebelumnya, hal itu bisa memengaruhi kesuburan di masa mendatang dan meningkatkan risiko kehamilan ektopik di masa mendatang. Hal ini terutama terjadi jika masalah reproduksi yang sudah ada sebelumnya, menyebabkan kehamilan ektopik.
Pembedahan bisa melukai tuba falopi dan bisa membuat kehamilan ektopik di masa mendatang lebih mungkin untuk terjadi. Jika misalnya pengangkatan salah satu atau kedua saluran tuba dibutuhkan, sebaiknya bicarakan dengan dokter tentang kemungkinan perawatan kesuburan, contohnya fertilisasi in vitro, yang melibatkan penanaman sel telur yang telah dibuahi ke dalam rahim.
Selain itu, diskusikan dengan dokter tentang berapa lama harus menunggu sebelum mencoba melakukan program kehamilan lagi. Biasanya para ahli menyarankan agar pasien memberi dirinya waktu setidaknya selama 3 bulan agar punya waktu cukup untuk pulih.
Bila perempuan dengan riwayat kehamilan ektopik hamil lagi, perhatikan perubahan dalam tubuh sampai dokter bisa memastikan apakah sel telur yang telah dibuahi tumbuh di tempat yang seharusnya. Karena, adanya riwayat kehamilan ektopik akan meningkatkan risiko kehamilan ektopik di masa mendatang.
Itulah penjelasan seputar penyebab, gejala, penanganan, dan pencegahan kehamilan ektopik atau fenomena hamil di luar rahim. Segera periksa ke dokter jika mengalami gejala-gejalanya agar bisa mendapat penanganan medis yang tepat.
Selain itu, konsultasikan juga ke dokter jika kamu memiliki satu atau beberapa faktor risiko dari kehamilan ektopik, agar dokter bisa membantu meminimalkan terjadinya kehamilan ektopik di masa mendatang.