5 Cara Penularan HIV/AIDS yang Perlu Kamu Waspadai

Kebanyakan karena gaya hidup, lho!

HIV/AIDS kembali menyedot perhatian publik. Sejumlah berita menyiarkan, banyak remaja kembali positif mengidap penyakit yang disebabkan oleh virus ini. Pembicaraan ini bukan tanpa alasan, mengingat bahaya penyakit dan risiko penularan HIV/AIDS tinggi jika tak diobati.

Gak sepenuhnya disadari, sebenarnya bagaimana cara penularan HIV/AIDS? Lantas, apakah HIV/AIDS bisa dicegah? Scroll terus untuk tahu jawabannya, ya.

Apa itu HIV/AIDS?

Sejatinya, HIV dan AIDS merupakan dua istilah berbeda, tetapi saling berkaitan. HIV merupakan nama virus, yakni Human Immunodeficiency Virus. Dilansir UNAIDS, virus ini merupakan jenis retrovirus yang menginfeksi sel-sel sistem kekebalan manusia (terutama sel T CD4-positif dan makrofag) dengan menghancurkan atau merusak fungsinya. 

Infeksi virus ini menyebabkan penurunan kekebalan dan defisiensi imun. Dengan begitu, seseorang bisa lebih sensitif terhadap penyakit daripada individu tanpa HIV/AIDS.

Belum berhenti di situ, infeksi HIV yang terjadi bertahun-tahun dan gak diobati secara rutin, berisiko berubah menjadi AIDS. Acquired immunodeficiency syndrome alias AIDS merupakan kondisi kronis akibat dari HIV. Lebih parah, kondisi ini mungkin menyebabkan komplikasi serius, melansir Teen Health.

Gejala HIV dan perubahan menjadi AIDS

5 Cara Penularan HIV/AIDS yang Perlu Kamu Waspadaiilustrasi paru-paru (unsplash.com/averey)

In fact, sebagian besar individu gak menyadari bahwa dirinya tertular HIV. Meski demikian, virus dalam tubuh ini sangat bisa menular.

Saat tubuh menunjukkan gejala demam kelenjar, lalu memeriksakan diri, individu tersebut mungkin baru mengetahui kondisinya. Adapun demam kelenjar adalah demam dan ruam yang dibarengi rasa nyeri sendi serta pembengkakan kelenjar getah bening

Gejala tersebut biasanya terjadi ketika masuk tahap serokonversi. Serokonversi mengacu pada pengembangan antibodi terhadap HIV. Biasanya, terjadi antara 1 hingga 2 bulan, setelah mendapatkan infeksi virus.

HIV yang berubah menjadi AIDS pun menunjukkan gejala khusus. Tanda-tandanya mungkin akan muncul setelah 8 hingga 10 tahun. Terlebih jika HIV tak diobati.Control of Disease Center Amerika Serikat menyatakan, HIV telah berubah menjadi AIDS apabila sel T CD4-positif kurang dari 200 per mm3 darah.

AIDS pun terbagi menjadi beberapa tingkatan, yakni:

  • Tingkat dasar HIV dan gak menunjukkan gejala, maka belum dikategorikan AIDS
  • Tahap II dengan gejala termasuk manifestasi mukokutan minor dan infeksi saluran pernapasan atas berulang
  • Tahap III yang memiliki indikator diare kronis selama lebih dari sebulan tanpa alasan jelas, infeksi bakteri parah dan tuberkulosis paru
  • Tahap IV meliputi tanda-tanda toksoplasmosis otak, kandidiasis esofagus, trakea, bronkus atau paru-paru dan sarkoma Kaposi.

Penyakit-penyakit yang menyertai AIDS ini disebut sebagai oportunistik. Biasanya, penyakit tersebut mudah diobati pada non ODHA (Orang dengan HIV dan AIDS).

Baca Juga: Obat Antiretroviral: Terapi Pengobatan Pasien HIV/AIDS

Cara penularan HIV/AIDS

5 Cara Penularan HIV/AIDS yang Perlu Kamu Waspadaiilustrasi menggunakan narkoba (pexels.com/MART Productions)

HIV termasuk jenis penyakit menular yang membahayakan. Dikatakan demikian, karena terdapat risiko yang lebih besar dari akibat HIV ini.

Terlebih jika seseorang gak melakukan pengobatan dan perawatan. Belum lagi, lemahnya kesadaran seseorang yang terinfeksi berpeluang besar menyebarkan virus dan meningkatkan jumlah infeksi. Memangnya, bagaimana cara penularan HIV/AIDS?

1. Transmisi seksual

Hubungan seks penetratif merupakan salah satu cara penularan HIV/AIDS yang paling sering terjadi. Walau demikian, HIV gak selalu ditularkan dengan satu kali seks vaginal. Namun, potensi penularan selalu ada, karena terjadi pertukaran cairan. UNAIDS mencatat, seks anal sepuluh kali lebih berisiko daripada vagina.

Seseorang dengan HIV yang gak diobati akan mudah menularkan virus melalui hubungan seks. Terlebih jika memiliki bisul atau keputihan. Ini bisa 6 hingga 10 kali lebih tinggi potensi penularannya. Meski begitu, risiko ini bisa dicegah dengan pengobatan antiretroviral.

2. Penggunaan jarum suntik bergantian

Kalau sedang donor darah saja, misalnya, petugas kesehatan akan rutin mengganti jarum suntik. Satu jarum suntik hanya boleh digunakan untuk satu kali pengambilan darah.  Sebab, salah satu cara penularan HIV/AIDS yang cukup tinggi adalah penggunaan jarum secara bergantian.

Bahkan jika jarum telah disterilkan, risiko penularan tetap besar. Fenomena ini jamak dijumpai pada kelompok pengguna narkotika, khususnya jenis suntik.

3. Transfusi darah

Jika kamu mendonorkan darah, PMI akan sangat selektif dalam memilih kualitas darah yang donatur berikan. Setelah diambil, darah akan melewati sejumlah screening untuk dites, apakah bebas penyakit menular, termasuk HIV/AIDS. Jika gak, maka darah akan dimusnahkan. Hmm,  sebenarnya agak eman, ya. Secara cari donor darah gak mudah.

Namun, hal ini dilakukan guna menjaga kesehatan penerima donor agar memiliki kualitas hidup baik tanpa infeksi penyakit tambahan. Transfusi darah sendiri berisiko 90 persen lebih tinggi terhadap penularan HIV/AIDS.

4. Menurun dari ibu ke anak

HIV dapat ditularkan dari ibu ke anak melalui kehamilan, persalinan, dan menyusui. Cara penularan HIV/AIDS melalui ibu, berpotensi besar, sekitar 15-30 persen. Namun, besar kecilnya potensi penularan dipengaruhi oleh jumlah viral load.

Semakin besar jumlah viral load dalam tubuh, makin besar pula potensi penularannya. Begitu juga sebaliknya. Kendati demikian, angka viral load bisa ditekan selama ibu mendapatkan pengobatan antiretroviral secara rutin. Terdapat cara agar HIV gak menular ke anak selama proses mengandung hingga menyusui.

5. Potensi lainnya, seperti tindik, tato, dan pisau cukur

Penggunaan jarum sebagai alat tindik atau tato juga bisa menjadi cara penularan HIV/AIDS. Terlebih jika area yang berinteraksi dengan kulit, kemungkinan menyebabkan darah gak dibuang. Selain itu, akan berisiko ketika area lain yang gak bersentuhan, ikut gak disterilkan.

Termasuk juga pada pisau cukur. Buang pisau tajamnya dan sterilkan alat pencukur sebelum digunakan. Namun, jika memungkinkan, sebaiknya hindari penggunaan benda-benda ini secara bersamaan, karena risiko penularannya tetap ada.

Pencegahan penularan HIV/AIDS

5 Cara Penularan HIV/AIDS yang Perlu Kamu Waspadaiilustrasi darah dan jarum suntik (pexels.com/Pixabay)

Meski berisiko tinggi, cara penularan HIV/AIDS bisa dicegah, di antaranya dengan:

  1. Berhubungan intim dengan satu pasangan saja
  2. Pastikan menggunakan kondom untuk laki-laki ataupun perempuan saat melakukan hubungan seks
  3. Pengobatan rutin antiretroviral
  4. Hindari menggunakan jarum suntik bergantian, atau alat-alat penyiapan obat lainnya 
  5. Menghindari berganti-ganti pasangan
  6. Pembuangan limbah yang berinteraksi darah atau cairan tubuh dengan aman.

Sebagian besar cara penularan HIV/AIDS lekat dengan gaya hidup. Jadi, pastikan menghindarinya dan menerapkan lifestyle yang sehat.

Baca Juga: Mengapa Virus HIV Menyerang Sistem Kekebalan Tubuh?

Topik:

  • Laili Zain
  • Lea Lyliana
  • Bayu Aditya Suryanto

Berita Terkini Lainnya