Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Fakta Logoterapi, Bisa Bantu Kita Memaknai dan Mencapai Tujuan Hidup

ilustrasi sesi konsultasi dengan ahli kesehatan mental (pexels.com/SHVETS production)

Ketika manusia telah menemukan makna dan tujuan hidup, secara tidak langsung mereka membangun ketahanan yang lebih kuat untuk menghadapi permasalahan hidup. Akan tetapi, masalah yang sering dialami oleh kebanyakan orang adalah terjadinya gejolak yang tidak konsisten dalam proses penemuan makna dan tujuan hidup. Ini bisa terjadi karena pada dasarnya siklus kehidupan manusia mengalami perubahan.

Melalui praktik psikoterapi tradisional bernama logoterapi, ini dapat membantu kita menjadi lebih sadar mengenai hakikat keberadaannya sebagai manusia. Sederhananya, ketika seseorang merasa hidupnya bermakna, ia akan lebih mudah mengatasi masalah dalam hidup. Dampak jangka panjangnya adalah tercapai kualitas hidup yang lebih sejahtera.

Dirangkum dari beberapa sumber, inilah ulasan lengkap mengenai logoterapi yang menarik untuk dipahami. Simak penjelasannya sampai akhir, ya.

1. Sejarah singkat perkembangan logoterapi

Viktor Emil Frankl (steemit.com)

Logoterapi dikembangkan oleh seorang psikiater dan ahi saraf asal Wina, Austria, bernama Viktor Emil Frankl, M.D., Ph.D. Frankl memiliki kisah hidup yang tidak menyenangkan tatkala dirinya ditangkap oleh Nazi pada awal tahun 1940-an dan dikirim ke kamp konsentrasi.

Ketertarikan Frankl terhadap makna tujuan hidup dalam kesehatan mental masyarakat membuatnya memutuskan untuk menguji teorinya pada diri sendiri. Frankl memiliki kegigihan dan prinsip kuat untuk melanjutkan hidup setelah kebebasannya. Hal ini yang menjadi benteng untuknya bertahan dari kengerian peristiwa Holocaust.

Gagasan-gagasan yang tercetus kemudian dituangkan ke dalam buku berjudul Man's Search for Meaning, dengan salah satu kutipannya berbunyi:

"Segalanya dapat dirampas dari manusia kecuali satu hal, kebebasan manusia yang terakhir, yaitu sikap dalam situasi apa pun untuk memilih jalannya sendiri."

2. Teknik yang paling menonjol dalam logoterapi adalah niat paradoks dan derefleksi

ilustrasi perbincangan manusia dalam mendiskusikan makna dan tujuan hidup (pexels.com/SHVETS production)

Logoterapi dikenal sebagai aliran psikoterapi ketiga, setelah aliran pertama dan keduanya lahir yakni psikoanalisis yang dicetus oleh Sigmund Freud dan psikologi individual oleh Alfred Adler.

Terdapat dua teknik yang paling menonjol dalam logoterapi, ialah niat paradoks dan derefleksi. Niat paradoks memiliki tujuan untuk menghentikan perasaan antisipatif kecemasan, sedangkan derefleksi membantu menghentikan aspek negatif lain.

Melalui buah pikir Frankl, kita belajar untuk tidak terlalu memaksakan diri sendiri. Jadi, dalam titik tertentu hidup, ada kalanya kita harus berhenti sejenak dari usaha keras untuk mencapai tujuan. Penting juga membiarkan diri sendiri mencapai rasa keterpisahan. Hal ini bertujuan untuk menjauhkan diri dari tekanan berlebih yang kita berikan pada diri sendiri.

3. Praktik logoterapi untuk mengatasi masalah kesehatan mental

ilustrasi seorang ayah menasehati anaknya (pexels.com/Julia M Cameron)

Menurut sebuah studi dalam jurnal Psychotherapy tahun 2013, pada banyak tingkatan logoterapi menghadirkan kompatibilitas yang tinggi mirip dengan terapi perilaku kognitif. Para ahli pun berpendapat bahwa teknik ini bisa efektif untuk mengatasi gangguan kecemasan umum dan depresi.

Dalam studi tersebut, peneliti menyimpulkan jika integrasi konsep makna, nilai pribadi, dan tujuan dalam mengelola depresi menjadikannya terapi individual yang kemudian akan membantu meningkatkan ketahanan, kesejahteraan, dan mengurangi tingkat kekambuhan.

Di samping itu, logoterapi juga dapat bermanfaat untuk mencegah sindrom kelelahan yang telah dikaitkan dengan gangguan stres pascatrauma serta burnout yang ditandai dengan kelelahan fisik dan mental.

4. Mengidentifikasi makna hidup

ilustrasi pasangan yang saling berpelukan (pexels.com/Kampus Production)

Melalui bukunya the Doctor and the Soul, Frankl memberi beberapa nasihat mengenai tiga jenis nilai utama yang dapat dijadikan pegangan bagi manusia untuk membantu mengidentifikasi makna hidup, yakni:

  • Nilai sikap: mengacu pada respons seseorang terhadap potensi dan pengekangan
  • Nilai pengalaman: dapat diwujudkan dalam penerimaan terhadap eksistensi dunia
  • Nilai kreatif: nilai yang diwujudkan dalam tindakan kreatif

Dari ketiga jenis nilai utama tersebut dapat disimpulkan bahwa dengan aktivitas kreatif yang melibatkan potensi, keterbukaan mencapai kebahagiaan, serta kemampuan merespons terhadap keadaan di luar kendali manusia adalah cara hidup tangguh untuk mencapai kehidupan penuh makna.

5. Lima pertanyaan dasar yang dapat dijadikan acuan untuk memahami kehidupan bermakna

ilustrasi perempuan memegang ponsel (pexels.com/SHVETS production)

Terlepas dari penjelasan teoretis yang telah disinggung pada poin-poin sebelumnya, kita tidak bisa menampik bahwa praktik penemuan tujuan hidup tidak mudah untuk diterapkan. Meskipun demikian, menurut Adam Leipzig (seorang produser dan penulis) terdapat lima pertanyaan sederhana yang harus kita jawab untuk membantu menyelaraskan hati dan pikiran ke arah hidup yang lebih bermakna.

Pertanyaan tersebut mencakup:

  • Siapa aku?
  • Apa yang aku lakukan?
  • Untuk siapa aku melakukannya?
  • Apa yang diinginkan atau dibutuhkan si penerima?
  • Apa hasil akhir yang hendak aku capai?

Ketika kita sudah mengetahui jawaban dari lima pertanyaan dasar tersebut, maka akan lebih mudah bagi kita menjalani hidup karena telah mengetahui alasan spesifik untuk terus bergerak dan berproses. 

Kehidupan akan terus berjalan dengan berbagai dinamika yang silih berganti datang lalu pergi. Perubahan dalam hidup sering kali mengubah cara pandang kita dalam memaknai tujuan hidup. Ditambah lagi, ketidaktahuan untuk bereaksi dengan cakap justru dapat menimbulkan rasa frustrasi dan mempertanyakan eksistensi diri.

Melalui mekanisme logoterapi, kita belajar bahwa untuk memaknai dan mencapai tujuan hidup bergantung pada prinsip, perspektif, serta pilihan kita sebagai manusia untuk bertindak.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Nurulia R F
EditorNurulia R F
Follow Us