5 Alasan Diabetes Bisa Tingkatkan Risiko Penyakit Alzheimer

Yuk, kontrol gula darah!

Diabetes dan penyakit Alzheimer adalah dua kondisi yang berbeda. Namun, berdasarkan studi observasi selama 9 tahun dalam jurnal  Archives of Neurology tahun 2004, ditemukan bahwa risiko pasien diabetes akan mengembangkan risiko penyakit Alzheimer sebesar 65 persen dibandingkan dengan orang tanpa diabetes.

Tentunya angka tersebut sangat tinggi. Lantas, apa penyebab diabetes bisa meningkatkan risiko penyakit Alzheimer? Berikut ini akan dipaparkan benang merah dua kondisi tersebut.

1. Kerusakan sel-sel saraf akibat resistansi insulin

5 Alasan Diabetes Bisa Tingkatkan Risiko Penyakit Alzheimerilustrasi diabetes (pexels.com/Nataliya Vaitkevich)

Resistansi insulin adalah kondisi di mana tubuh kesulitan menggunakan insulin dengan baik. Insulin berperan penting dalam membantu tubuh mengontrol kadar gula darah. Ketika seseorang mengalami resistensi insulin, tubuhnya memproduksi insulin lebih banyak untuk mencoba mengatasi masalah ini, tetapi sel-sel dalam tubuh tidak merespons dengan baik.

Laporan dalam jurnal Alzheimer’s Research & Therapy tahun 2021 menemukan bahwa resistansi insulin dapat memengaruhi neurodegenerasi pada orang dengan penyakit Alzheimer, bahkan jika mereka tidak memiliki diabetes.

Tingginya kadar gula darah dapat menyebabkan masalah pada pembuluh darah di otak dan sel-sel saraf. Sel-sel saraf butuh glukosa sebagai sumber energi, tetapi dengan resistansi insulin, glukosa tidak bisa masuk ke sel dengan baik. Akibatnya, sel-sel saraf akan kekurangan energi dan mengalami kerusakan.

Perlu digarisbawahi bahwa tidak semua orang dengan resistansi insulin akan mengalami penyakit Alzheimer. Namun, risiko ini tampaknya lebih tinggi pada orang dengan diabetes tipe 2, kondisi ketika tubuh tidak mampu mengatur gula darah dengan baik akibat resistansi insulin dan kurangnya produksi insulin yang cukup.

2. Kerusakan otak akibat hipoglikemia berulang

5 Alasan Diabetes Bisa Tingkatkan Risiko Penyakit Alzheimerilustrasi kerusakan otak (unsplash.com/Natasha Connell)

Hipoglikemia terjadi ketika kadar gula darah terlalu rendah. Saat hipoglikemia terjadi, penderitanya sering kali merasakan pusing, rasa lapar, gemetar, dan keringat dingin.

Pada orang dengan diabetes, hipoglikemia berulang bisa menjadi salah satu alasan mengapa mereka berisiko tinggi mengalami penyakit Alzheimer. Hipoglikemia berulang bisa terjadi dengan kemungkinan penggunaan obat-obatan atau insulin untuk mengontrol kadar gula darah, tetapi kadar gula darahnya turun terlalu rendah.

Studi dalam World Journal of Diabetes menyebut bahwa ada kemungkinan kerusakan otak akibat hipoglikemia berulang yang dialami oleh orang dengan diabetes.

Saat gula darah turun drastis, pembuluh darah otak menyempit dan mengganggu aliran darah ke otak. Akibatnya, bagian-bagian otak yang penting untuk ingatan dan kognisi mungkin tidak mendapatkan cukup oksigen dan nutrisi yang dibutuhkan.

Hipoglikemia berulang juga dapat menyebabkan stres pada sistem saraf pusat. Saat kadar gula darah turun tiba-tiba, tubuh merespons dengan melepaskan hormon stres, yang dapat menyebabkan gangguan pada sel-sel otak. Sel-sel otak yang rusak ini kemudian dapat mengalami perubahan dan menyebabkan masalah kognitif.

Secara keseluruhan, hipoglikemia berulang dapat berdampak buruk pada fungsi otak dan berkontribusi pada peningkatan risiko penyakit Alzheimer pada orang dengan diabetes. Oleh karena itu, penting bagi pasien diabetes untuk mengelola kadar gula darah dengan baik dan mengikuti rencana pengobatan dari dokter.

Baca Juga: Malas Menyikat Gigi Bisa Tingkatkan Risiko Penyakit Alzheimer

3. Ekspresi gen ApoE-ε4

5 Alasan Diabetes Bisa Tingkatkan Risiko Penyakit Alzheimerilustrasi diabetes (pexels.com/Artem Podrez)

Gen ApoE merupakan salah satu gen yang berkaitan dengan penyakit Alzheimer. Gen ini memiliki beberapa bentuk atau varian, salah satunya adalah ApoE-ε4. Orang yang memiliki ekspresi gen ApoE-ε4 lebih rentan terhadap penyakit Alzheimer, terutama pada usia lanjut.

Menurut studi dalam World Journal of Diabetes tahun 2015, gen ApoE-ε4 dapat menyebabkan akumulasi dan penumpukan protein yang disebut beta-amyloid dalam otak. Beta-amyloid adalah salah satu faktor utama yang menyebabkan kerusakan dan gangguan pada sel-sel otak, khususnya dalam penyakit Alzheimer. Orang dengan diabetes umumnya merupakan carrier dari gen ini.

Gen ApoE dapat memperburuk regulasi glukosa dan menyebabkan akumulasi dan penumpukan protein beta-amyloid dalam otak.

Selain itu, ekspresi ApoE-ε4 juga dapat memengaruhi proses membersihkan beta-amyloid dari otak. Jadi, pada orang dengan diabetes dan ekspresi gen ApoE-ε4, risiko penumpukan beta-amyloid dalam otak menjadi lebih tinggi.

Akumulasi beta-amyloid di otak akan menyebabkan kerusakan sel-sel otak dan membentuk plak. Plak ini akan mengganggu komunikasi antara sel-sel otak dan menyebabkan gangguan kognitif, seperti hilangnya ingatan dan kesulitan dalam berpikir. Hal ini menyebabkan mereka berpotensi tinggi mengembangkan penyakit Alzheimer.

4. Peradangan dan stres oksidatif

5 Alasan Diabetes Bisa Tingkatkan Risiko Penyakit AlzheimerIlustrasi alzheimer (Pexels.com/Kindel Media)

Peradangan atau inflamasi dan stres oksidatif adalah dua hal yang bisa terjadi dalam tubuh ketika memiliki diabetes. Keduanya merupakan hal yang tidak baik untuk kesehatan dan juga berpengaruh pada otak.

Studi dalam jurnal Clinical Interventions in Aging menunjukkan bahwa peradangan dan stres oksidatif adalah dua faktor yang berperan penting yang menyebabkan pasien diabetes berisiko lebih tinggi mengalami penyakit Alzheimer.

Peradangan adalah respons alami tubuh terhadap infeksi atau cedera. Namun, pada orang dengan diabetes, kadar gula darah yang tinggi dapat menyebabkan peradangan berlebihan dalam tubuh. Peradangan sendiri dapat menyebabkan penumpukan plak beta-amyloid pada otak, yang merupakan salah satu indikator penyakit Alzheimer.

Sementara itu, stres oksidatif terjadi ketika ada terlalu banyak molekul yang disebut radikal bebas dalam tubuh. Radikal bebas bisa merusak sel-sel dan DNA dan juga bisa memengaruhi otak serta menyebabkan masalah kognitif.

Ketika peradangan dan stres oksidatif terjadi bersama-sama, mereka bisa saling memengaruhi dan memperburuk kondisi satu sama lain. Misalnya, peradangan dapat menyebabkan lebih banyak radikal bebas terbentuk, yang kemudian memperkuat stres oksidatif. Kondisi ini bisa membentuk lingkaran setan yang bisa merusak sel-sel otak secara lebih cepat.

Ketika otak mengalami peradangan dan stres oksidatif dalam jangka waktu lama, ini bisa merusak jaringan otak dan memengaruhi kemampuan otak untuk berfungsi dengan baik. Inilah alasan kenapa orang dengan diabetes lebih berisiko mengalami masalah kognitif dan penyakit Alzheimer.

5. Peningkatan konsentrasi protein clusterin

5 Alasan Diabetes Bisa Tingkatkan Risiko Penyakit Alzheimerilustrasi diabetes (pexels.com/Klaus Nielson)

Clusterin, yang juga dikenal sebagai apolipoprotein J (APO J), adalah jenis protein yang diproduksi dan ada di banyak bagian tubuh, termasuk otak dan darah.

Protein clusterin berfungsi untuk membantu mencegah reaksi berlebihan dari sistem kekebalan tubuh, membantu mengatur kematian sel secara terkontrol, serta berperan dalam mengatur peradangan dan transportasi lemak.

Pada orang dengan diabetes, tubuhnya mengalami ketidakseimbangan dalam pengaturan gula darah. Hal ini menyebabkan peningkatan stres oksidatif dan peradangan dalam tubuh.

Penelitian dalam The Journal of Clinical Endocrinology & Metabolism menemukan bahwa stres dan oksidatif dan peradangan meningkatkan jumlah protein clusterin dalam darah. Peningkatan protein clusterin dalam penelitian ini ditemukan berkaitan erat dengan prubahan struktur otak, yaitu terjadinya atrofi lobus temporal medial (MTA) atau pengecilan dan kerusakan pada bagian otak tertentu yang berkaitan dengan fungsi kognitif.

Selain itu, protein clusterin juga menyebabkan masalah pada pembuluh darah kecil di otak, yang mungkin terkait dengan gangguan metabolisme yang diindikasikan dengan area hiperintensitas periventrikular (PVH).

Hal ini menunjukkan bahwa protein clusterin mungkin berpengaruh secara langsung pada masalah pembuluh darah di otak, dan mungkin berbeda-beda pada setiap wilayah otak. Kadar clusterin yang lebih tinggi pada orang dengan diabetes tampaknya berkontribusi pada risiko penyakit Alzheimer yang lebih tinggi di masa mendatang.

Meskipun masih perlu penelitian lebih lanjut, tetapi temuan ini memberikan petunjuk tentang potensi clusterin sebagai faktor risiko penyakit Alzheimer pada individu dengan gangguan metabolik seperti diabetes.

Baca Juga: 6 Suplemen yang Bisa Berinteraksi dengan Obat Diabetes

Masrurotul Hikmah Photo Verified Writer Masrurotul Hikmah

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya