Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Menyebar ke Hewan Mamalia, Ini 7 Fakta soal Flu Burung

ilustrasi unggas dan flu burung (unsplash.com/Artem Beliaikin)

Pada Rabu (8/2/2023), Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan insiden penularan virus H5N1 atau yang umum disebut "flu burung" ke satwa mamalia. Dalam rapat tersebut, Dirjen WHO, Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus, mengatakan bahwa flu burung telah menginfeksi cerpelai, berang-berang, hingga singa laut.

"H5N1 telah menyebar luas di burung liar dan unggas selama 25 tahun. Namun, penularan ke hewan mamalia baru-baru ini harus dipantau dengan saksama," kata Tedros dalam rapat daring tersebut.

Muncul pertama kali pada 1996, Tedros mengatakan bahwa risiko penularan H5N1 terhadap manusia (yang juga adalah makhluk mamalia) masih rendah. Akan tetapi, ia ingin kita tetap waspada dengan menghindari satwa yang terkena flu burung dan memastikan bahwa antivirus serta vaksin H5N1 bisa tersedia.

Perlu dicatat bahwa infeksi H5N1 pada manusia tidak mustahil, pertama kali tercatat pada tahun 1997 di Hong Kong. Jadi, apa yang perlu kita tahu tentang flu burung agar tetap waspada?

1. Apa itu flu burung?

Ilustrasi unggas (unsplash.com/Thomas Iversen)

Seperti namanya, flu burung adalah varian virus Influenza yang umumnya terlihat menginfeksi burung dan unggas. Belajar dari pandemi COVID-19, kepala divisi penyakit menular anak Stony Brook Children's Hospital, Sharon Nachman, mengulangi peringatan WHO bahwa virus ini bisa menginfeksi semua spesies, dari burung hingga mamalia.

"Tiap kali [virus] ini menginfeksi spesies lain, ada kemungkinan virus tersebut mengubah protein luarnya sehingga membuat antibodi dari infeksi sebelumnya tak berguna," ujar Sharon, dikutip IDN Times dari Healthline.

Flu burung sebenarnya sudah ada sejak abad ke-19. Saat ini, perhatian dunia terfokus ke strain virus flu burung yang disebut H5N1. Spesialis penyakit menular di NewYork-Presbyterian/Columbia University Irving Medical Center, Jason Zucker, MD, menjelaskan bahwa H5N1 adalah nama protein-protein di permukaan virus flu burung.

2. Apakah flu burung bisa menyebar ke manusia?

Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC), H5N1 pertama dideteksi di daerah Guangdong, China Selatan, pada tahun 1996 menginfeksi waterfowl (Anseriformes). Namun, ini bukan berarti virus tersebut tak bisa menginfeksi manusia.

Pada tahun 1997, sebanyak 18 kasus flu burung di Hong Kong terjadi pada manusia. Pada periode 1996–1997, CDC mencatat bahwa lebih dari 860 kasus flu burung di daerah China dan Hong Kong.

Pada 9 Januari 2023, WHO sempat mencatat kasus infeksi H5N1 di Bolivar, Ekuador, pada gadis berusia 9 tahun yang sudah mendapatkan penanganan. Meski begitu, sudah lama kita tak mendengar virus H5N1 di manusia. Mengapa begitu?

"Flu burung jarang menyebar ke manusia. Saat terjadi, lebih banyak karena kontak erat dengan hewan yang terinfeksi. Sementrara penularan antar manusia ada, masih jarang dan lebih sering terjadi di kalangan orang yang tinggal serumah," tutur Zucker.

3. Gejala apa yang disebabkan flu burung?

ilustrasi gejala flu burung yang mirip seperti flu (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Lagi-lagi, sesuai namanya, flu burung terlihat mirip dengan flu. Zucker mengatakan bahwa layaknya flu, keparahannya bisa ringan hingga berakibat fatal. Jadi, jika menunjukkan gejala, harus segera diisolasi dan ditangani dengan tepat. National Health Service (NHS) mencatat beberapa gejala umum flu burung adalah:

  • Panas dingin.
  • Nyeri otot.
  • Sakit kepala.
  • Batuk.
  • Sesak napas.

Selain gejala-gejala tersebut, NHS juga menyebut gejala-gejala flu burung lainnya yang mencakup diare, nyeri di perut dan dada, pendarahan di hidung dan gusi, serta konjungtivitis.

4. Mengapa H5N1 bisa menyebar ke hewan lain?

Jadi, mengapa flu burung bisa menyebar ke satwa lain, seperti mamalia? Sebenarnya, para ahli pun masih mencari tahu meski bukan rahasia kalau virus bisa berevolusi dan berganti karakteristik, termasuk menginfeksi spesies lain.

Pada awalnya, Chief Medical Advisor di Kroll Institute Fellow, Jay Varma, MD, mengatakan bahwa virus ini sebenarnya dikhawatirkan akan menyebabkan pandemik flu baru di dunia. Namun, virus ini ternyata lebih umum beredar di kalangan burung hingga mamalia. Manusia hanya sedikit terdampak dibanding pandemi yang ada.

Dunia dikejutkan saat mendengar laporan H5N1 menginfeksi ternak cerpelai di Spanyol pada Oktober 2022. Bahkan, sebelumnya, sebuah studi pracetak di AS yang dimuat dalam bioRxiv pada Juli 2022 mencatat bahwa terlihat wabah H5N1 menjangkit kawanan anjing laut di New England.

Varma menduga bahwa H5N1 menyebar ke kawasan dunia dan hewan lain saat dibawa oleh burung atau dari burung yang dimangsa satwa lain.

"Namun, mereka [para peneliti] masih belum mengerti seluruh faktornya, dari virus itu sendiri hingga kondisi lingkungan yang menentukan cara penyebaran virus ini," tutur Varma.

5. Seberapa mematikan flu burung?

Ilustrasi rumah sakit (pixabay.com/1662222)

Jika ada kasus flu burung terhadap manusia, seberapa mematikannya flu burung? Sementara sudah diketahui fatalnya di kalangan burung dan hewan lainnya, para peneliti masih belum bisa memberi jawaban pasti.

Mengulangi informasi linimasa flu burung, CDC mencatat bahwa 1996–97, tingkat kematian akibat flu burung mencapai lebih dari 50 persen. Saat menjangkit 18 orang pada 1996, infeksi flu burung menyebabkan 6 kematian. Namun, Sharon mengatakan bahwa keparahan H5N1 saat ini tidak berarti sama seperti 2 dekade lalu.

"Masih terlalu dini untuk menentukan seberapa mematikan sebuah varian virus influenza spesifik," ujar Sharon.

Meski begitu, jika H5N1 sudah menular ke makhluk mamalia, Sharon memperingatkan bahwa kecil kemungkinannya antibodi riwayat infeksi flu burung terdahulu bisa melindungi.

6. Mengapa fenomena flu burung jadi besar pada 2023?

Sementara WHO mencatat kasus pada Januari 2023 di Ekuador, Zucker menekankan bahwa tak ada konfirmasi wabah flu burung di kalangan manusia pada 2023. Namun, dengan penularan antara hewan mamalia, para peneliti khawatir bahwa H5N1 bisa menimbulkan penularan ke manusia.

"Ini adalah wabah besar yang berdampak ke berbagai spesies. Dan, kami mengonfirmasi penularan antar hewan mamalia di hewan [seperti cerpelai]. Virus ini makin dekat ke manusia," ujar Zucker.

Memang, ini baru kekhawatiran semata. Namun, apakah ini bisa terjadi? Ada potensi, meski masih terlalu dini. Zucker menjelaskan bahwa perlu pengawasan saksama walaupun masih belum jelas apakah flu burung kali ini akan mencapai manusia atau tidak.

"..., amat penting untuk tetap waspada," imbuh Zucker.

7. Bagaimana mencegah flu burung?

Ilustrasi daging ayam segar (unsplash.com/jksloan)

Zucker juga mengingatkan bahwa infeksi H5N1 bersifat zoonosis, terutama burung dan unggas, kepada manusia. Beberapa faktor penularan adalah liur, tinja, dan sekresi hidung dari hewan yang terinfeksi H5N1. Tedros juga memperingatkan masyarakat untuk tidak berkontak satwa yang terinfeksi flu burung dan melaporkannya ke pihak berwenang.

Berita baiknya adalah risiko flu burung bisa ditekan serendah-rendahnya. Dilansir CDC, beberapa cara yang bisa kita lakukan untuk mencegah flu burung antara lain:

  • Hindari kontak langsung dengan satwa liar, terutama yang menunjukkan gejala flu burung atau penyakit hewan lainnya.
  • Ikuti kebijakan penanganan burung atau unggas mati sesuai kesepakatan pemerintah setempat (menggunakan sarung tangan, masker lapis ganda, dan pelindung mata, hingga memasukkan bangkai burung atau unggas ke kantung plastik yang sudah dibalik).
  • Dapatkan vaksinasi flu musiman.
  • Pelihara gaya hidup bersih (cuci tangan sebelum dan sesudah makan serta sebelum dan sesudah mengolah daging, jangan sentuh mata, hidung, dan mulut, hingga memasak daging [terutama daging unggas] hingga matang).
  • Hindari mengonsumsi daging mentah, terutama unggas.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Nuruliar F
Alfonsus Adi Putra
Nuruliar F
EditorNuruliar F
Follow Us