Pembalut sekali pakai dirancang untuk menyerap cairan dengan cepat. Semua bahan pembuatnya bersifat sulit terurai secara alami, sehingga membutuhkan waktu puluhan hingga ratusan tahun untuk benar-benar hancur di lingkungan. Ketika pembalut yang sudah digunakan dicuci sebelum dibuang, proses pencucian justru menambah beban lingkungan.
Air dan detergen yang digunakan dalam jumlah besar menghasilkan limbah cair yang mengandung campuran darah, bakteri serta residu bahan kimia dari pembalut. Jika air limbah ini langsung dibuang ke saluran air tanpa pengolahan, risiko pencemaran meningkat, terutama di daerah-daerah yang belum memiliki sistem sanitasi yang memadai.
Selain berdampak pada air limbah, mencuci pembalut sekali pakai juga tidak mengurangi masalah sampah padat. Residu darah dan bahan kimia yang tetap menempel pada pembalut membuat limbah ini makin sulit terurai. Bahkan, proses pencucian dapat melepaskan serpihan mikroplastik atau partikel SAP yang kemudian ikut terbawa aliran air dan masuk ke ekosistem.
Studi yang meneliti dampak lingkungan dari produk menstruasi menegaskan bahwa praktik mencuci pembalut sekali pakai justru memperparah dua beban lingkungan sekaligus: limbah cair dan limbah padat.
Rekomendasi utama dari para peneliti adalah menggunakan pembalut sekali pakai sesuai fungsinya, yaitu untuk pemakaian tunggal, tanpa dicuci sebelum dibuang. Di sisi lain, perkembangan produk menstruasi ramah lingkungan menjadi salah satu solusi penting.
Pembalut berbahan bamboo pulp, misalnya, dinilai lebih mudah terurai dan memiliki jejak ekologis lebih rendah. Alternatif lainnya adalah pembalut kain reusable, menstrual cup, atau menstrual disc karena dapat digunakan berulang kali dan menghasilkan lebih sedikit sampah jangka panjang.
Pengelolaan limbah menstruasi yang bijak bukan hanya tentang cara membuang, tetapi juga tentang penggunaan air, pemilihan produk, serta edukasi yang tepat. Dengan memahami dampak lingkungan dari kebiasaan mencuci pembalut sekali pakai, perempuan dapat membuat pilihan yang lebih sehat dan berkelanjutan.
Referensi
Scott, Linda, Paul Montgomery, Laurel Steinfield, Catherine Dolan, Sue Dopson, and Jim Hecimovich. “Sanitary Pad: Acceptability and Sustainability Study.” Center for International and Regional Studies (Georgetown University), October 1, 2013.
Mirzaie, Azita, Miguel Brandão, and Hamid Zarrabi. “Toward Eco-Friendly Menstrual Products: A Comparative Life Cycle Assessment of Sanitary Pads Made from Bamboo Pulp vs. a Conventional One.” Environmental Science and Pollution Research 32, no. 14 (March 18, 2025): 9050–67.
Van Eijk, Anna Maria, Naduni Jayasinghe, Garazi Zulaika, Linda Mason, Muthusamy Sivakami, Holger W. Unger, and Penelope A. Phillips-Howard. “Exploring Menstrual Products: A Systematic Review and Meta-Analysis of Reusable Menstrual Pads for Public Health Internationally.” PLoS ONE 16, no. 9 (September 24, 2021): e0257610.