6 Alasan Dokter Menganjurkan Operasi Sesar, Bukan Asal Sebut

Faktor paling penting adalah kondisi kesehatan sang ibu

Proses menunggu lahirnya si kecil merupakan momen spesial dan tidak terlupakan bagi keluarga. Tak dipungkiri, terkadang calon ibu merasa sedikit cemas menjelang kelahiran sang buah hati. Ada yang niatnya melahirkan secara normal akan tetapi oleh dokter dianjurkan untuk melakukan operasi sesar.

Dari segi biaya, melahirkan secara normal memang sedikit lebih ramah di kantong dibandingkan dengan operasi sesar. Proses kesembuhan juga lebih cepat dibandingkan dengan mereka yang menjalani operasi. Meskipun demikian, ada beberapa pertimbangan medis yang membuat dokter menganjurkan pasien atau ibu yang akan melahirkan untuk menjalani operasi sesar.

Apa saja alasannya? Yuk, simak ulasannya berikut ini yang telah dirangkum dari berbagai sumber!

1. Posisi bayi dalam keadaan terbalik

6 Alasan Dokter Menganjurkan Operasi Sesar, Bukan Asal Sebutilustrasi posisi breech pada janin (americanpregnancy.org)

Posisi janin di dalam kandungan dalam posisi terbalik dan tidak berubah mendekati hari lahir menyebabkan dokter melakukan operasi sesar. Mengutip laman University of Michigan Health, janin di dalam kondisi normal akan memutar kepalanya ke bawah yang mengarah ke kanal serviks di usia 36 minggu.

Akan tetapi, sekitar 4 dari setiap 100 bayi yang lahir tidak memutar kepalanya secara normal. Kondisi ini disebut posisi breech yang maksudnya adalah anggota tubuh janin seperti pantat (frank breech) atau satu atau kedua kaki (footling breech) berada di dekat kanal serviks.

Merujuk dari sumber yang sama, terkadang dokter dapat mengubah posisi janin ke normal melalui proses bernama external cephalic version. Namun, apabila dokter tidak berhasil mengubah posisi janin melalui cara ini, maka dokter akan melakukan operasi sesar untuk mengeluarkan janin dari rahim.

Sekedar informasi, dokter akan mengamati dan mengevaluasi kondisi janin dan ibu sebelum memutuskan langkah terbaik di dalam proses persalinan. Salah satu contohnya adalah apabila ibu mengandung bayi kembar dan salah satu bayi berada di posisi breech maka dokter dapat memutuskan untuk mengeluarkan kedua bayi melalui proses normal.

2. Bayi memiliki kelainan

6 Alasan Dokter Menganjurkan Operasi Sesar, Bukan Asal Sebutilustrasi ultrasound janin di dalam kandungan (pexels.com/Pavel Danilyuk)

Dokter juga akan menganjurkan operasi sesar apabila mendapati janin yang di dalam memiliki kelainan, misalnya sakit jantung bawaan atau detak jantung janin tidak normal.

Mengacu laman Stanford Children's Health, normalnya detak jantung janin berada pada kisaran 120-160 denyut per menit. Ibu akan diberikan tambahan oksigen, cairan, dan diminta untuk mengubah posisi agar detak jantung janin di dalam kandungan meningkat. Apabila belum berhasil juga, maka dokter dapat memutuskan untuk melakukan operasi sesar saat proses kelahiran.

3. Kondisi kesehatan ibu kurang baik

6 Alasan Dokter Menganjurkan Operasi Sesar, Bukan Asal Sebutilustrasi ibu hamil yang dirawat di rumah sakit (pixabay.com/Parentingupstream)

Apabila ibu memiliki penyakit tertentu seperti penyakit menular seksual dan AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome), maka dokter juga akan melakukan operasi sesar untuk keselamatan bayi dan ibu.

Dikutip dari laman resmi Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit di Amerika Serikat (CDC), ibu hamil yang mengidap herpes kelamin (genital herpes) dianjurkan untuk menjalani operasi sesar saat melahirkan. Hal ini untuk mencegah penularan kepada sang bayi. 

Ibu yang sedang mengandung dan positif terkena virus HIV (Human Immunodeficiency Virus) disarankan untuk melahirkan secara sesar untuk mencegah janin di dalam kandungan tertular oleh virus. Sebuah laporan di The American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG) tahun 2000 menyebutkan bahwa operasi sesar perlu untuk dilakukan terutama bila jumlah virus di dalam tubuh ibu lebih dari 1000 copies/mL. Operasi sesar umumnya dilakukan saat usia kehamilan 38 minggu.

Baca Juga: Kemenkes: Ibu Hamil Tak Perlu Khawatir Melahirkan di RS Saat Pandemik

4. Cephalopelvic Disproportion (CD)

6 Alasan Dokter Menganjurkan Operasi Sesar, Bukan Asal Sebutilustrasi dokter membahas hasil evaluasi dengan pasien (pexels.com/MART PRODUCTION)

Cephalopelvic Disproportion atau CPD adalah sebuah kondisi dimana kepala atau tubuh bayi tidak bisa keluar melewati panggul ibu dikarenakan ukuran bayi yang terlalu besar.

Dilansir birthinjuryhelpcenter.org, ada beberapa situasi yang membantu dokter untuk memastikan bahwa janin mengalami kondisi CPD, yaitu:

  • Kondisi CPD didiagnosa saat proses kelahiran bukan sebelum kelahiran.
  • Dokter menggunakan alat tes bernama pelvimeter untuk mengukur dimensi pelvis ibu guna memprediksi atau mendiagnosa CPD.
  • Dokter memperhatikan posisi bayi di serviks, kontraksi, dan pembukaan saluran serviks. Apabila bayi tidak bergerak atau sulit keluar meskipun sudah diberikan obat untuk menstimulasi proses lahir, maka dokter akan melakukan operasi sesar.

5. Plasenta previa

6 Alasan Dokter Menganjurkan Operasi Sesar, Bukan Asal Sebutilustrasi tes ultrasound (pexels.com/MART PRODUCTION)

Kondisi medis lainnya yang menyebabkan dokter memutuskan untuk melakukan operasi adalah plasenta previa. Ini adalah sebuah kondisi dimana plasenta berada di bawah rahim (low lying placenta) yang kemudian menutupi jalan untuk lahir.

Dikutip dari nhs.uk, posisi plasenta akan diamati melalui tes ultrasound di usia kehamilan 18 hingga 21 minggu. Dokter akan mengamati posisi plasenta lagi di usia kehamilan 32 minggu, terutama bila menemukan tanda-tanda yang mengarah kepada plasenta previa di tes sebelumnya. Operasi sesar akan dilakukan apabila kondisi tidak membaik guna mencegah pendarahan.

6. Cord prolapse

6 Alasan Dokter Menganjurkan Operasi Sesar, Bukan Asal Sebutilustrasi dokter memotong tali pusar bayi (pexels.com/Vidal Balielo Jr.)

Melansir Cleveland Clinic, kondisi cord prolapse umumnya terjadi mendekati atau sewaktu proses kelahiran. Peluang calon ibu untuk mengalami hal ini adalah 1 dari setiap 300 bayi yang lahir.

Yang dimaksud dengan cord prolapse adalah tali pusar terjepit di antara tubuh bayi dan serviks yang kemudian mengakibatkan bayi kehilangan oksigen dan meninggal di dalam kandungan (stillbirth). Untuk menyelamatkan bayi yang ada di dalam kandungan, maka dokter akan melakukan operasi sesar.

Itulah 6 kondisi medis yang membuat dokter memutuskan untuk melakukan operasi sesar kepada ibu yang akan melahirkan. Terkadang, keputusan yang dibuat oleh dokter dibuat secara mendadak di hari kelahiran yang sering dikenal dengan nama emergency c-section.

Salah satu contohnya adalah proses melahirkan secara normal berjalan terlalu lama dan belum ada tanda-tanda pelebaran serviks. Apabila tidak segera dioperasi, risiko infeksi pun akan tinggi. Keputusan ini dibuat untuk menyelamatkan nyawa sang bayi dan ibu. 

Baca Juga: Pengalaman Adit Dampingi Istri Lahiran di Tengah Pandemik COVID-19

Maria  Sutrisno Photo Verified Writer Maria Sutrisno

"Less is More" Ludwig Mies Van der Rohe.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Kidung Swara Mardika

Berita Terkini Lainnya