5 Gangguan Kejiwaan yang Lebih Sering Dialami Laki-Laki

Dua di antaranya adalah skizofrenia dan bipolar

Data yang dirangkum oleh Our World in Data pada tahun 2017 menunjukkan bahwa secara keseluruhan, perempuan lebih sering mendapatkan diagnosis penyakit kejiwaan dibandingkan laki-laki karena seperti yang disebutkan di jurnal Frontiers in Public Health tahun 2021, perempuan lebih sering melaporkan masalah kejiwaan mereka.

Meskipun demikian, laki-laki juga tidak luput dari gangguan kejiwaan. Beberapa dari mereka tidak tahu kalau dirinya mempunyai masalah kejiwaan yang memerlukan pertolongan. Bahkan ada pula sejumlah gangguan kejiwaan yang cenderung lebih sering dialami kaum adam.

Nah, kondisi mental apakah yang rentan dialami oleh laki-laki? Lalu, adakah cara pencegahannya? Berikut ulasannya.

1. Skizofrenia

5 Gangguan Kejiwaan yang Lebih Sering Dialami Laki-Lakiilustrasi gejala kehilangan semangat pada penderita Skizofrenia (pexels.com/Andrew Neel)

Gejala skizofrenia mulai tampak pada laki-laki saat orang tersebut berusia 18 hingga 25 tahun. Munculnya gejala ini lebih cepat dibandingkan dengan perempuan yang umumnya baru terlihat saat usia 25-35 tahun.

Laman PsychCentral menambahkan penyebab gejala skizofrenia pada perempuan lebih lambat dibandingkan laki-laki karena tingginya hormon estrogen yang dimiliki oleh perempuan.

Perihal gejala, sebuah laporan di jurnal Schizophrenia Research and Treatment tahun 2012 menjelaskan bahwa laki-laki mengalami gejala negatif yang lebih berat dibandingkan dengan perempuan. Contoh gejala negatif yaitu tidak bisa mengekspresikan diri, tidak semangat, dan kurang interaksi dengan sesama.

Laki-laki yang mempunyai skizofrenia juga cenderung menunjukkan disorganization, misalnya seperti berbicara tapi tidak jelas dan menunjukkan emosi yang berlebihan. Merujuk dari sumber yang sama, laki-laki dengan skizofrenia berisiko tinggi untuk komorbid dengan penyalahgunaan zat terutama ganja.

2. Penyalahgunaan zat terlarang

5 Gangguan Kejiwaan yang Lebih Sering Dialami Laki-Lakiilustrasi ganja (unsplash.com/ Kilian Seiler)

Penyalahgunaan zat terlarang mempunyai keterkaitan dengan trauma, PTSD, dan skizofrenia. The PEW Charitable Trusts menyebutkan bahwa trauma menjadi faktor risiko utama yang memicu seseorang untuk menyalahgunakan obat-obatan dan imbas terberat dari hal ini dialami oleh  laki-laki.

Mengacu kepada sumber yang sama, tingkat bunuh diri laki-laki  yang terkait dengan masalah ini mencapai empat kali lebih besar dibandingkan dengan perempuan. Kemudian berdasarkan data yang dirangkum pada tahun 2014 didapati bahwa 40 persen dari mereka yang melakukan bunuh diri menggunakan minuman beralkohol, 30 persen menggunakan opioid, dan 21 persen menggunakan ganja (marijuana).

Baca Juga: 5 Penyakit Medis yang Kerap Dialami oleh Penyandang Autisme

3. Gangguan obsesif kompulsif (OCD)

5 Gangguan Kejiwaan yang Lebih Sering Dialami Laki-Lakiilustrasi salah satu gejala kompulsif pada penderita OCD (pixabay.com/Couleur)

Tidak jauh berbeda dari kondisi skizofrenia, laki-laki lebih cepat menunjukkan gejala OCD dibandingkan dengan perempuan. Contoh gejala OCD antara lain seperti mencuci tangan berkali-kali karena takut tubuh terkontaminasi oleh virus. Namun secara keseluruhan perempuan lebih sering mendapatkan diagnosis OCD dari dokter.

Dilansir Men's Health, diperkirakan 50 persen dari total populasi yang memiliki OCD adalah laki-laki. Penyebab perempuan lebih sering mendapatkan diagnosis OCD karena laki-laki cenderung untuk mengelak bahwa dirinya mengalami kesulitan.

Mengutip laman VeryWell Mind, laki-laki yang mengalami early-onset OCD berpotensi mengalami gejala yang lebih berat dibandingkan dengan mereka yang gejalanya baru muncul di atas usia 10 tahun. Gejala OCD pada kasus early-onset muncul secara bertahap dan berpeluang tinggi untuk komorbid dengan tics disorder.

4. Post traumatic stress disorder (PTSD)

5 Gangguan Kejiwaan yang Lebih Sering Dialami Laki-Lakiilustrasi gangguan mental yang rentan dialami pria (pexels.com/ RODNAE Productions)

Laman PsychCentral menyebutkan bahwa gejala post traumatic stress disorder (PTSD) pada laki-laki sedikit berbeda dari yang dialami oleh perempuan. Laki-laki yang mengalami PTSD memiliki riwayat pekerjaan yang sangat berisiko dan/atau pernah mengikuti perang. Kemudian gejala tersebut biasanya muncul belakangan.

Karakteristik utama dari PTSD adalah penderita mengalami flashback akan suatu peristiwa yang tidak menyenangkan. Flashback tersebut terjadi secara mendadak. Akibatnya penderita mencoba untuk menjauhi aktivitas atau hal yang akan mengingatkan mereka akan peristiwa buruk tersebut.

Mengutip laman Psychiatric Times, laki-laki yang mempunyai PTSD umumnya mudah marah dan sulit untuk mengendalikan emosi. Mereka menganggap gejala PTSD yang mereka alami adalah sebuah masalah yang harus diselesaikan sendiri. Hal ini menyebabkan gejala PTSD pada kaum adam tidak terdeteksi.

Gejala PTSD yang tidak segera ditangani dapat memburuk. Akibatnya orang tersebut mengonsumsi obat terlarang dan minum minuman keras.

5. Gangguan bipolar

5 Gangguan Kejiwaan yang Lebih Sering Dialami Laki-Lakiilustrasi gejala depresi pada gangguan bipolar (unsplash.com/Nick Shuliahin)

Laman Psycom menyebutkan gejala mania di gangguan bipolar akan sulit dideteksi pada laki-laki karena stereotip gender. Laki-laki yang menunjukkan sikap terlalu percaya diri dinilai oleh masyarakat merupakan sesuatu yang normal, tapi tidak untuk perempuan.

Beberapa perilaku mania pada laki-laki yang patut diwaspadai misalnya terlalu semangat hingga tidak bisa tidur, hiperaktif, dan suka melakukan tindakan yang berisiko tinggi. Kemudian mengutip dari Psychiatry Times, laki-laki yang mempunyai gangguan bipolar berpotensi untuk mempunyai masalah dengan penyalahgunaan zat terlarang, OCD, dan gangguan kecemasan.

Dari informasi di atas dapat kita simpulkan bahwa gejala penyakit kejiwaan pada laki-laki kerap tidak terdeteksi. Keterlambatan dalam intervensi dapat mengakibatkan orang tersebut melakukan tindakan yang berbahaya misalnya melukai diri dan mengonsumsi obat atau minuman terlarang.

Untuk mencegah kondisi kejiwaan seseorang semakin memburuk kita dapat meminta bantuan dari psikolog atau psikiater apabila mendapati anggota keluarga atau orang dekat mengalami masalah yang sifatnya emosional. Kita juga dapat menunjukkan sikap empati kepada orang tersebut sembari memberitahu bahwa kita dapat membantu bila dibutuhkan.

Baca Juga: Ilmiah, 5 Sikap Meminta Maaf yang Tepat Secara Psikologis

Maria  Sutrisno Photo Verified Writer Maria Sutrisno

"Less is More" Ludwig Mies Van der Rohe.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Izza Namira

Berita Terkini Lainnya