Hyperdontia: Penyebab, Gejala, Komplikasi, dan Penanganan

Kondisi yang ditandai dengan jumlah gigi berlebihan

Masalah kesehatan gigi dan mulut tidak hanya sebatas gigi berlubang atau rahang yang menonjol. Memiliki jumlah gigi yang lebih dari seharusnya juga tidak baik untuk penampilan dan kemampuan untuk mengunyah makan. Ini dikenal sebagai hiperdonsia atau hyperdontia, atau juga dikenal dengan supernumerary teeth, kondisi yang mendeskripsikan jumlah gigi dewasa atau permanen yang berlebihan.

Kita memiliki dua set gigi dalam hidup. Anak memiliki 20 gigi susu. Gigi tersebut kemudian rontok dan 32 gigi permanen atau gigi dewasa menggantikannya. Namun, orang-orang dengan hyperdontia memiliki lebih dari 32 gigi.

1. Penyebab

Hyperdontia: Penyebab, Gejala, Komplikasi, dan Penangananilustrasi hyperdontia atau hiperdonsia (unsplash.com/Kev Bation)

Dilansir Medical News Today, hyperdontia dapat berkembang karena faktor lingkungan maupun genetik. Dalam beberapa kasus, penyebabnya tidak jelas. 

Memiliki gigi ekstra bisa dikaitkan dengan kelainan dan sindrom genetik. Ini termasuk:

  • Sindrom Gardner: Penyakit langka yang menyebabkan tumbuhnya tumor jinak di berbagai area di dalam tubuh.
  • Cleidocranial dysplasia: Penyakit genetik langka yang memengaruhi gigi dan tulang seperti tulang tengkorak dan tulang selangka. 
  • Bibir sumbing (cleft lip) dan celah langit-langit (cleft palate): Terjadi ketika bibir atau mulut bayi tidak terbentuk dengan benar di dalam rahim.
  • Penyakit Fabry: Penyakit yang disebabkan oleh kurangnya enzim alpha-galactosidase A. Kekurangan enzim ini memengaruhi area di dalam tubuh seperti gigi, kulit, otak dan sistem saraf.
  • Sindrom Ellis van Creveld: Penyakit langka yang menyebabkan tubuh menjadi kerdil dan memiliki jari tangan dan kaki yang lebih. Penyakit ini juga memengaruhi jantung.
  • Sindrom Rubinstein-Taybi: Menyebabkan bentuk dan struktur tubuh yang tidak proporsional. Sindrom ini juga menyebabkan gangguan kecerdasan serta masalah pada gigi, mata, jantung, dan ginjal.
  • Sindrom trichorhinophalangeal: Menyebabkan malformasi tulang dan sendi, fitur wajah yang khas, dan kelainan pada kulit, rambut, dan gigi.

2. Gejala

Hyperdontia: Penyebab, Gejala, Komplikasi, dan Penangananilustrasi hyperdontia atau hiperdonsia (yellow.co.ke)

Gejala utama hyperdontia adalah tumbuhnya gigi ekstra tepat di belakang atau dekat gigi sulung atau permanen yang biasa. Gigi tambahan ini biasanya muncul pada orang dewasa, dan lebih umum dialami laki-laki daripada perempuan.

Gigi ekstra dikategorikan berdasarkan bentuk atau lokasinya di dalam mulut. Bentuk gigi ekstra meliputi:

  • Suplemental: Bentuk gigi mirip jenis gigi yang tumbuh di dekatnya.
  • Tuberkel: Biasanya gigi tipe ini mempunyai lebih dari satu cusp atau tuberkel dan
    sering digambarkan sebagai barrel-shaped dan berinvaginasi.
  • Odontoma majemuk. Gigi terdiri dari beberapa pertumbuhan kecil seperti gigi di dekat satu sama lain.
  • Odontoma kompleks. Alih-alih satu gigi, area jaringan seperti gigi tumbuh dalam kelompok yang tidak teratur.
  • Conical. Berbentuk seperti pasak, giginya lebar di pangkal dan menyempit di bagian atas sehingga membuatnya terlihat tajam.

Lokasi gigi ekstra meliputi:

  • Paramolar. Gigi ekstra tumbuh di bagian belakang mulut, di sebelah salah satu geraham.
  • Distomolar. Gigi ekstra tumbuh sejajar dengan geraham yang lain, bukan di sekitarnya.
  • Mesiodens. Sebuah gigi ekstra tumbuh di belakang atau di sekitar gigi seri, empat gigi rata di depan mulut digunakan untuk menggigit. Ini adalah jenis gigi ekstra yang paling umum pada orang dengan hyperdontia.

Hyperdontia biasanya tidak menyakitkan. Namun, terkadang gigi ekstra bisa memberi tekanan pada rahang dan gusi, membuatnya bengkak dan nyeri. Kepadatan yang disebabkan oleh hyperdontia juga bisa membuat gigi permanen terlihat bengkok.

Baca Juga: Banyak Dialami Masyarakat Indonesia, Ini 5 Fakta Abses Gigi

3. Diagnosis

Hyperdontia: Penyebab, Gejala, Komplikasi, dan Penangananilustrasi dokter gigi mengamati hasil x-ray gigi (unsplash.com/Jonathan Borba)

Hyperdontia mudah didiagnosis jika gigi ekstra telah tumbuh. Jika belum sepenuhnya tumbuh, mereka masih akan terlihat pada rontgen gigi rutin. Dokter gigi juga dapat menggunakan CT scan untuk melihat lebih detail pada mulut, rahang, dan gigi.

Tanda lain yang patut dicurigai adalah gigi yang seharusnya muncul namun tidak kunjung muncul. Kondisi ini perlu diwaspadai karena bisa jadi gigi tambahan tersebut menghambat pertumbuhan gigi yang lain.

Laporan dalam Pediatric Dental Journal tahun 2021 menjelaskan bahwa penghambatan ini akan menimbulkan konsekuensi pada susunan gigi rahang atas dan bawah. Apabila gigi ekstra yang menghambat itu diambil, maka gigi yang seharusnya muncul akan tumbuh dengan sendirinya dengan lancar.

4. Penanganan

Hyperdontia: Penyebab, Gejala, Komplikasi, dan Penangananilustrasi operasi gigi (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Perawatan hyperdontia disesuaikan dengan kondisi gigi masing-masing pasien. Penanganan juga tergantung pada efeknya pada gigi di dekatnya. Dalam beberapa kasus, hyperdontia tidak membutuhkan perawatan jika gigi ekstra tersebut tidak berpotensi menyebabkan komplikasi dan tidak mengganggu fungsi gigi yang lain. Sebagai gantinya, dokter gigi akan mengawasi pasien dan melakukan rontgen bila dibutuhkan.

Dokter gigi mungkin menyarankan pencabutan gigi ekstra jika gigi tersebut:

  • Mencegah gigi di dekatnya masuk atau memindahkannya dari tempatnya.
  • Menyebabkan masalah untuk jenis perawatan gigi lainnya, seperti kawat gigi.
  • Menyebabkan masalah terkait seperti kista atau kerusakan pada akar gigi terdekat.
  • Datang secara tiba-tiba (erupsi spontan).
  • Menghalangi pencangkokan tulang atau penempatan implan.
  • Menyulitkan flossing atau menyikat gigi dengan baik karena gigi ekstra berada dalam posisi yang tidak normal. Ini dapat meningkatkan risiko gigi berlubang.
  • Mengganggu penampilan.

Belum ada kesepakatan dari para ahli tentang kapan pencabutan harus dilakukan, terutama pada anak-anak. Beberapa ahli mengatakan bahwa gigi ekstra harus dicabut segera setelah diagnosis, sementara beberapa ahli lain mengatakan bahwa pencabutan harus ditunda sampai anak berusia antara 8 dan 10 tahun. Ini akan memungkinkan akar gigi biasa terbentuk. Dan ini, pada gilirannya, akan meminimalkan kerusakan pada gigi biasa saat gigi ekstra dicabut, mengutip WebMD.

Menurut laporan dalam jurnal Clinical and Experimental Dentistry tahun 2014, pengambilan gigi ekstra ini harus dilakukan dengan hati-hati agar tidak melukai saraf dan pembuluh darah. Kemudian, sebelum mengambil ekstra gigi tersebut, harus dipastikan bahwa akar gigi yang berada di sebelahnya sudah tumbuh dengan sempurna.

5. Komplikasi yang bisa muncul

Hyperdontia: Penyebab, Gejala, Komplikasi, dan Penangananilustrasi persiapan untuk implan gigi (unsplash.com/Quang Tri NGUYEN)

Dirangkum dari laman WebMD dan Verywell Health, berikut ini adalah komplikasi yang dapat terjadi akibat gigi ekstra yang tidak ditangani dengan baik:

  • Gigi ekstra akan menekan gigi lain keluar dari tempat yang seharusnya.
  • Ekstra gigi mengakibatkan kerusakan pada akar gigi yang lain dan membuat gigi menjadi berantakan.
  • Kista juga dapat terbentuk di sekitar ekstra gigi tersebut.
  • Kesulitan dalam mengunyah makanan. 
  • Kesulitan dalam melakukan transplantasi tulang yang berkaitan dengan implan gigi. 

Itulah informasi mengenai hyperdontia. Deteksi dini yang diikuti perencanaan perawatan dapat mencegah seseorang dengan kondisi ini mengalami kerusakan struktur gigi secara keseluruhan. Metode perawatan dan penanganan setiap orang berbeda-beda, disesuaikan dengan kondisi pasien dan evaluasi dari dokter gigi.

Tidak semua kasus hyperdontia membutuhkan perawatan. Beberapa orang mungkin membutuhkan beberapa gigi ekstranya dicabut untuk mencegah masalah lain. Pastikan untuk memberi tahu dokter gigi mengenai rasa sakit, ketidaknyamanan, pembengkakan, atau kelemahan di mulut jika memiliki hyperdontia.

Baca Juga: 15 Obat Ampuh Obati Sakit Gigi karena Gigi Berlubang

Maria  Sutrisno Photo Verified Writer Maria Sutrisno

"Less is More" Ludwig Mies Van der Rohe.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya