5 Risiko Kesehatan dari Penggunaan Produk Kosmetik yang Berbahaya

Infertilitas dan gangguan tumbuh kembang adalah contohnya

Kosmetik tidak terbatas untuk produk make-up atau riasan wajah saja, tetapi juga berlaku untuk produk perawatan kulit dan tubuh seperti krim wajah, minyak wangi, cat kuku, dan produk bercukur untuk orang laki-laki.

Laman Government of Canada mendefinisikan kosmetik sebagai senyawa yang digunakan untuk membersihkan, meningkatkan atau mengubah warna kulit muka, kulit tubuh, rambut, kuku, dan gigi.

Dikarenakan begitu luasnya efek dari penggunaan kosmetik sebaiknya kita lebih cermat dan berhati-hati sebelum membeli produk kosmetik.Toxic make-up atau toxic cosmetic adalah sebutan untuk produk kosmetik atau kecantikan yang mengandung senyawa yang berbahaya bagi tubuh.

Penggunaan produk kosmetik yang berbahaya akan mengakibatkan efek negatif pada tubuh. Berikut adalah jenis gangguan kesehatan yang dapat muncul akibat dari penggunaan kosmetik yang berbahaya dalam jangka waktu lama.

1. Infertilitas

5 Risiko Kesehatan dari Penggunaan Produk Kosmetik yang Berbahayailustrasi proses sperma yang akan membuahi telur (freepik.com/freepik)

Senyawa paraben dan phthalate yang ditemukan di produk kosmetik seperti shampoo, cat kuku, pewarna rambut, cairan atau gel setelah bercukur, spray rambut, dan sabun mandi. Dikutip Environmental Working Group, paraben dapat mengganggu fungsi kerja hormon dan organ reproduksi, menyebabkan infertilitas dan mempengaruhi proses persalinan.

Mengacu kepada sumber yang sama, paraben dipakai di produk seperti shampoo, lotion badan, atau pembersih wajah untuk membuat produk tahan lama dan tidak rusak. Sebuah studi yang dilakukan di Harvard T.H. Chan School of Public Health menemukan bahwa kandungan propylparaben yang ditemukan di air seni manusia diasosiasikan dengan menurunnya kesuburan seseorang.

Tidak jauh berbeda dari paraben, phthalate mengganggu keseimbangan hormon lain yang berinteraksi dengan hormon reproduksi. Dilansir laman Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA), salah satu jenis phthalate seperti DEP (diethylphthalate) masih digunakan/ditemukan dalam bentuk wewangian/aroma dan rasa.

2. Gangguan tumbuh kembang pada anak dan risiko mengalami gangguan saraf di orang dewasa

5 Risiko Kesehatan dari Penggunaan Produk Kosmetik yang Berbahayailustrasi anatomi otak (unsplash.com/Robina Weermeijer)

Sebuah studi yang dilakukan di India yang hasilnya kemudian dilaporkan di Indian Journal of Applied Research tahun 2016 menemukan kandungan senyawa kimia timbal (Pb) pada produk lipstik batang dan lipstik yang berkilau (shimmer). Timbal digunakan di produk lipstik untuk menambah warna di batang lipstik. Kadar timbal yang ditemukan di produk tersebut melebihi dari nilai batas aman yang ditetapkan oleh FDA untuk permen.

Alasan penggunaan nilai acuan dari kadar timbal di permen karena FDA belum menentukan nilai batas aman untuk produk lipstik. Pertimbangan lain karena lipstik dapat ditelan seperti permen sehingga proses penghitungan menggunakan nilai acuan untuk kadar timbal di permen.

Efek jangka panjang dari kandungan timbal yang menimbun adalah risiko melahirkan bayi dengan gangguan tumbuh kembang khususnya bila saat sedang hamil dan menyusui menggunakan produk yang mengandung timbal. Kemudian orang dewasa yang tidak sedang hamil tetapi sering menggunakan produk mengandung timbal juga dapat mengalami gangguan saraf (neurological problem).

Baca Juga: Apakah Paraben dalam Kosmetik Perlu Diwaspadai?

3. Gangguan imun dan kesehatan tubuh secara menyeluruh

5 Risiko Kesehatan dari Penggunaan Produk Kosmetik yang Berbahayailustrasi sakit (unsplash.com/Bermix Studio)

Per- and Polyfluoroalkyl Substances atau PFAS adalah kelompok senyawa yang umumnya ditemukan pada produk make-up yang mempunyai efek tahan air (waterproof ) dan tahan lama (long lasting). Kelompok senyawa ini juga dapat ditemukan pada produk kosmetik seperti cat kuku, lotion, dan gel setelah bercukur.

FDA menjelaskan bahwa industri menggunakan PFAS untuk membuat kulit menjadi halus, memberikan efek berkilau, atau untuk konsistensi produk. Industri akan mencantumkan informasi seperti perfluorodecalin dan PTFE pada label untuk hal ini. Namun, PFAS dapat muncul/terdeteksi pada kosmetik secara tidak sengaja akibat dari penguraian bahan PFAS yang kemudian membentuk jenis PFAS yang lain.

Merangkum dari laporan ilmiah di jurnal Environmental Toxicology and Chemistry tahun 2021, efek dari penimbunan PFAS dalam tubuh manusia dapat mengakibatkan gangguan pada kesehatan tubuh secara menyeluruh. PFAS dapat menyebabkan imunitas tubuh menurun, gangguan pada organ ginjal dan hati, serta menyebabkan kolesterol menjadi tinggi.

 

4. Iritasi kulit dan gangguan pernapasan

5 Risiko Kesehatan dari Penggunaan Produk Kosmetik yang Berbahayailustrasi seseorang yang sedang mengamati kondisi bibir yang terkena alergi (pexels.com/ Andrea Piacquadio)

Iritasi kulit dapat terjadi akibat dari penggunaan produk kosmetik yang mengandung bahan berbahaya dalam waktu lama. Dikutip Healthline, produk kosmetik yang dioleskan pada kulit dan mengandung senyawa toluene berpotensi menyebabkan iritasi kulit.

Laman Campaign for Safe Cosmetics (CSC) menyebutkan senyawa toluene juga dapat ditemukan pada produk cat kuku dan pewarna rambut. Efek lain yang dialami bila terekspos oleh senyawa ini dalam waktu lama adalah gangguan dalam konsentrasi, gangguan pernapasan, dan risiko gangguan pada janin di kandungan.

5. Ochronosis

5 Risiko Kesehatan dari Penggunaan Produk Kosmetik yang Berbahayailustrasi dokter memeriksa kondisi kulit pasien (freepik.com/freepik)

Ochronosis adalah salah satu penyakit langka yang menyebabkan warna permukaan kulit menjadi hitam kebiruan atau abu-abu kebiruan. Selain menyerang kulit, ochronosis juga dapat terjadi di daun telinga dan bola mata.

Mengutip sebuah artikel ilmiah di Indian Journal of Dermatology tahun 2015, salah satu penyebab seseorang dapat mengalami ochronosis adalah penggunaan obat atau perawatan kulit yang mengandung hydroquinone dalam jangka waktu lama atau secara berlebihan. Hydroquinone adalah senyawa yang umumnya digunakan di produk kosmetik untuk mencerahkan warna kulit, menghilangkan bekas jerawat dan flek hitam di wajah.

Mengacu kepada sumber yang sama, gejala ochronosis kerap tertukar dengan melasma. Dokter akan melakukan tes histopatologi untuk membedakan ochronosis dari melasma. Tes histopatologi adalah pemeriksaan sel atau jaringan di bawah mikroskop.

Itulah jenis-jenis gangguan kesehatan yang dapat muncul sebagai akibat dari penggunaan produk kosmetik dalam jangka waktu lama. Selain mengalami gangguan pernapasan, risiko iritasi kulit atau perubahan pada warna kulit juga dapat terjadi.

Orang perempuan dewasa yang berencana mempunyai anak atau sedang mengandung sebaiknya berkonsultasi dengan dokter mengenai produk kosmetik yang aman untuk digunakan. Apabila mempunyai kulit yang sensitif sebaiknya berkonsultasi dengan dokter spesialis kulit terlebih dahulu sebelum membeli produk make-up atau perawatan kulit dan wajah yang lain.

 

 

 

Baca Juga: [QUIZ] Pilih Kosmetik Favorit dan Kami Tebak Apa Keunggulanmu!

Maria  Sutrisno Photo Verified Writer Maria Sutrisno

"Less is More" Ludwig Mies Van der Rohe.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Dwi Rohmatusyarifah

Berita Terkini Lainnya