Mengenal COVID-19 Varian JN.1, Masih Keluarga Omicron

Diperkirakan akan menyebabkan lebih banyak infeksi

Hingga detik ini, SARS-CoV-2, virus penyebab COVID-19, masih belum musnah. Malah, ada beberapa sedang mendominasi, salah satunya adalah JN.1. Ini adalah keturunan langsung dari subvarian Omicron BA.2.86 atau Pirola.

Berdasarkan studi yang diterbitkan pada bioRxiv pada Desember 2023, JN.1 diperkirakan akan menyebabkan lebih banyak infeksi di masa depan.

1. JN.1 pertama kali diidentifikasi di Luksemburg

Dilansir Global Times, JN.1 atau BA.2.86.1.1 adalah keturunan dari varian BA.2.86, namun dengan tambahan mutasi L455S di wilayah domain pengikatan reseptor (RBD). JN.1 pertama kali diidentifikasi di Luksemburg sebelum menyebar ke Inggris, Islandia, Prancis, dan Amerika Serikat (AS).

Menurut penelitian terbaru, mutasi L455S pada JN.1 membuat kemampuan penghindaran kekebalan varian tersebut meningkat, sehingga lebih mungkin lolos dari respons imun humoral. Sangat mungkin JN.1 menjadi varian dominan di seluruh dunia di masa depan.

2. Dari seluruh varian yang beredar di AS, 15–29 persen di antaranya adalah JN.1

Mengenal COVID-19 Varian JN.1, Masih Keluarga Omicronilustrasi alat untuk mendiagnosis COVID-19 (pixabay.com/Alexandra_Koch)

Pada akhir Oktober 2023, kurang dari 0,1 persen virus SARS-CoV-2 yang beredar di AS adalah JN.1. Akan tetapi, menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC), jumlahnya meningkat menjadi 15–29 persen pada 8 Desember di tahun yang sama.

Melihat bukti yang sudah ada, varian JN.1 diprediksi akan meningkatkan jumlah orang yang terjangkit COVID-19 dalam beberapa waktu ke depan. Namun, varian JN.1 tidak menunjukkan peningkatan patogenisitas, sehingga tidak akan meningkatkan keparahan penyakit dan kematian.

3. Sangat dianjurkan untuk melakukan vaksinasi ulang

Vaksinasi masih menjadi cara yang efektif untuk meningkatkan kecepatan dan intensitas produksi antibodi serta melindungi diri dari COVID-19. Disarankan untuk mendapatkan vaksin COVID-19, terutama yang menargetkan varian XBB.

Banyak orang yang berbulan-bulan atau bahkan setahun lebih tidak mendapatkan vaksin COVID-19. Sentra vaksinasi yang disediakan pemerintah juga makin berkurang dari waktu ke waktu. Padahal, efektivitas vaksin turun menjadi 14 persen dalam enam bulan. Bahkan, sembilan bulan pasca vaksinasi, efektivitasnya hanya tersisa 9 persen!

Baca Juga: Lonjakan Kasus COVID-19 di Indonesia Disebabkan Omicron XBB 1.5 

Topik:

  • Nurulia R F
  • Delvia Y Oktaviani

Berita Terkini Lainnya