Kena Penyakit Tertentu saat Masih Bayi Bisa Pengaruhi Kognitifnya?

Dikaitkan dengan skor kognitif yang lebih rendah

Perkembangan kognitif anak dipengaruhi oleh banyak faktor. Mulai dari rendahnya imunitas hingga kurangnya nutrisi dan stimulasi. Bahkan, riwayat penyakit tertentu saat masih bayi dikaitkan dengan skor kognitif yang lebih rendah.

Hal ini dikupas tuntas oleh dr. Molly Dumakuri Oktarina, SpA(K), dokter spesialis anak konsultan alergi imunologi, dalam webinar Bicara Gizi yang mengangkat tema "Bekali Anak Indonesia jadi Pemenang dengan Imunitas dan Stimulasi" pada Rabu (26/7/2023). Berikut pemaparan lengkapnya!

1. Kemampuan kognitif anak Indonesia masih tertinggal dibandingkan dengan negara-negara lain

Dokter Molly mengawali dengan memaparkan hasil tes Programme for International Student Assessment (PISA) tahun 2018. Indonesia berada di urutan ke-74 untuk tes literasi, urutan ke-73 untuk matematika, dan urutan ke-71 untuk sains.

Mirisnya, Indonesia tertinggal dari beberapa negara tetangga, seperti Singapura, Malaysia, Brunei, dan Thailand.

"Ini menunjukkan bahwa pendidikan Indonesia secara umum masih belum berhasil membentuk peserta didik yang memiliki daya nalar, literasi, dan numerik yang baik," ungkapnya.

2. Penyakit tertentu yang dialami saat masih bayi bisa pengaruhi kognitifnya

Kena Penyakit Tertentu saat Masih Bayi Bisa Pengaruhi Kognitifnya?ilustrasi bayi (pixabay.com/blankita_ua)

Semua jenis infeksi, seringan apa pun itu, bisa membuat anak kehilangan nutrisi. Apalagi jika infeksi tersebut terjadi dalam kurun waktu yang lama. Padahal, anak membutuhkan nutrisi untuk tumbuh kembangnya. Dilansir Medical News Today, kekurangan nutrisi dikaitkan dengan penurunan kemampuan kognitif.

Menurut dr. Molly, kejadian penyakit pernapasan akut, demam, dan influenza saat bayi dikaitkan dengan skor kognitif yang lebih rendah saat anak berusia 2 tahun, mengacu pada studi dalam jurnal Influenza and Other Respiratory Viruses tahun 2022.

3. Oleh karena itu, sistem imun anak perlu dijaga dengan baik

Mengutip Cleveland Clinic, sistem imun adalah sistem yang terdiri dari organ, sel darah putih, protein (antibodi), dan bahan kimia lainnya yang bekerja sama untuk melindungi tubuh dari bakteri, virus, parasit, dan jamur. Sama seperti orang dewasa, sistem imun anak juga harus dijaga dengan baik.

Sistem imun yang baik akan mendukung perkembangan otak. Ini membuat anak mudah menerima dan menanggapi rangsangan atau stimulasi. Sebaliknya, jika sistem imun terganggu, perkembangan otak akan terhambat karena infeksi, alergi, atau penyakit.

Baca Juga: Studi: Sayur dan Buah Berwarna Turunkan Risiko Penurunan Kognitif

4. ASI bisa membantu mengembangkan sistem imun anak

Kena Penyakit Tertentu saat Masih Bayi Bisa Pengaruhi Kognitifnya?ilustrasi ibu menyusui anaknya (pexels.com/Wendy Wei)

Sistem imun anak bisa dibentuk sejak masih berada di dalam kandungan. Ini bisa dicapai dengan menjaga higienitas atau kebersihan diri, mencegah infeksi selama hamil, mengonsumsi makanan yang nutrisinya lengkap dan seimbang, serta menghindari stres, alkohol, dan asap rokok. Selain itu, disarankan untuk memilih metode persalinan secara pervaginam jika tidak ada indikasi medis.

Setelah melahirkan, bayi perlu mendapatkan air susu ibu (ASI) eksklusif hingga berusia 6 bulan. ASI bisa diberikan sampai anak berusia 2 tahun, sembari diberi makanan padat (MPASI).

Menurut dr. Molly, ASI memberikan perlindungan terhadap infeksi dan alergi. Selain itu, ASI bisa membantu mengembangkan sistem imun anak dan membuatnya tidak mudah jatuh sakit.

5. Nutrisi yang baik berdampak positif pada kemampuan kognitif anak

Terakhir, orang tua perlu memberikan nutrisi yang baik untuk anaknya. Ini penting untuk meningkatkan kematangan sistem kekebalan tubuh dan meningkatkan fungsi kognitifnya. Jangan asal memberikan makanan kepada anak dengan prinsip "yang penting kenyang".

Berikut ini nutrisi yang berpengaruh terhadap kognitif anak:

  • Asam lemak tak jenuh ganda (AA, DHA): Berfungsi untuk meningkatkan perkembangan dan fungsi otak. Sumbernya adalah ikan laut, cumi-cumi, dan kerang.
  • Protein: Berdampak positif pada kemampuan kognitif anak. Bisa didapatkan dari telur, dada ayam, tahu, tempe, ikan, daging sapi, susu sapi, keju, dan yoghurt.

Batasi asupan lemak jenuh karena bisa meningkatkan risiko disbiosis (ketidakseimbangan jumlah mikroorganisme dalam saluran pencernaan) serta merusak fungsi kognitif seperti memori dan pembelajaran.

Baca Juga: Agar Kognitif Anak Berkembang Optimal, Orang Tua Perlu Memahami Ini

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya