BQ.1.1, Subvarian Omicron, Sumbang Kasus COVID-19 Baru di AS

Apakah lebih berbahaya?

Berdasarkan data dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC), saat ini BA.5 masih menjadi varian dominan yang bertanggung jawab atas sekitar 68 persen kasus baru COVID-19. Namun, akhir-akhir ini muncul BQ.1.1, subvarian Omicron baru yang diturunkan dari BA.5.

Apa yang membuat para ilmuwan khawatir terhadap BQ.1.1? Apakah vaksin booster masih cukup untuk melindungi kita dari subvarian Omicron baru ini? Let's find out together!

1. Bisa menghindari antibodi monoklonal

Varian BQ.1.1 diketahui mampu menghindari antibodi monoklonal. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Biomedical Pioneering Innovation Center, Peking University, China, BQ.1.1 lolos dari kekebalan dari Bebtelovimab (obat antibodi monoklonal yang efektif pada semua varian) dan Evusheld (kurang efektif terhadap beberapa subvarian Omicron).

Ini karena terapi antibodi monoklonal dikembangkan pada awal pandemi, sehingga kurang efektif terhadap subvarian Omicron, yang sangat berbeda dengan strain asli COVID-19.

Hal yang sama ditegaskan oleh Andy Pekosz, profesor mikrobiologi di Johns Hopkins Bloomberg School of Public Health. Menurutnya, BQ.1.1 memiliki kemampuan paling besar untuk menghindari kekebalan yang diinduksi vaksin serta beberapa perawatan antibodi.

2. Menyumbang sekitar 11 persen kasus COVID-19 baru di AS

BQ.1.1, Subvarian Omicron, Sumbang Kasus COVID-19 Baru di ASilustrasi tes usap (pixabay.com/lukasmilan)

Mengutip Verywell Health, varian BQ.1.1 dan saudaranya, BQ.1, telah terdeteksi di Amerika Serikat (AS) dan beberapa negara lain. BQ.1.1 menyumbang sekitar 11 persen kasus COVID-19 baru di AS. Bahkan, mungkin lebih, mengingat adanya penurunan testing dan tracing COVID-19.

Tidak hanya di AS, BQ.1.1 juga melonjak di negara-negara Eropa seperti Jerman. Apalagi, Oktoberfest, festival bir terbesar di dunia, telah dilaksanakan dan berpotensi menjadi super-spreader COVID-19.

BQ.1.1 dan BQ.1 (yang pertama kali terdeteksi pada pertengahan Juli tahun ini) merupakan keturunan dari BA.5, dengan beberapa mutasi yang mirip. Karena subvarian baru ini saling bersaing, salah satunya bisa menjadi dominan dan lebih tahan terhadap vaksin.

"Lebih banyak varian COVID-19 yang beredar tanpa terdeteksi. Apalagi, upaya pengurutan (sequencing) telah diminimalkan selama beberapa bulan terakhir," Andy melanjutkan.

3. Vaksin booster masih bisa melindungi kita dari BQ.1.1

Jangan khawatir, sebab komposisi BQ.1.1 mirip dengan BA.5. Secara teori, seharusnya vaksin booster bivalen (yang diformulasi khusus guna melawan varian Omicron) masih efektif untuk melindungi kita dari varian BQ.1.1.

Pfizer mengumumkan bahwa tujuh hari setelah pemberian suntikan booster bivalen, terjadi peningkatan respons antibodi penetral Omicron BA.4 dan BA.5. Artinya, antibodi yang dihasilkan oleh vaksin akan tetap mengenali varian yang beredar saat ini.

Andy mengatakan bahwa vaksin booster yang diperbarui merupakan senjata terbaik yang tersedia untuk melawan COVID-19. Vaksin tidak hanya mengurangi risiko infeksi, tetapi juga mencegah rawat inap dan kematian.

Namun, kita tetap perlu waspada. Beberapa ahli, salah satunya dari Institute for Health Metrics and Evaluation di University of Washington, memprediksi peningkatan kasus COVID-19, yang akan mencapai puncaknya pada akhir Desember 2022 atau awal Januari 2023.

Baca Juga: 5 Cara Mencegah Infeksi COVID-19 Varian Omicron, Lakukan yuk!

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya