Gejala, Penyebab, dan Pengobatan Retardasi Mental pada Anak

Anak dengan retardasi mental perlu penanganan khusus

Secara istilah, retardasi mental kerap disebut sebagai keterbelakangan mental, cacat mental, atau tuna grahita (tuna: merugi; grahita: pikiran).

Menurut Manual on Terminology and Classification in Mental Retardation, retardasi mental adalah penurunan fungsi intelektual yang menyeluruh secara bermakna dan secara langsung menyebabkan gangguan adaptasi sosial dan bermanifestasi selama masa perkembangan.

Kelainan ini muncul pada periode perkembangan, yaitu mulai dari lahir sampai usia 18 tahun. Adanya penurunan fungsi intelektual dinilai tidak hanya melalui uji intelegensia, tetapi juga berdasarkan temuan klinis, perilaku adaptif, dan hasil tes psikometrik.

1. Gejala

Gejala, Penyebab, dan Pengobatan Retardasi Mental pada Anakilustrasi anak membaca buku (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Gejala retardasi mental meliputi penurunan fungsi intelektual, gangguan berbahasa, gangguan motorik.

Berdasarkan The ICD-10 Classification of Mental and Behavioral Disorders, retardasi mental dibagi menjadi empat kategori, yaitu:

1. Retardasi mental ringan dengan IQ 50–69

Dalam kategori ini, anak mengalami gangguan berbahasa. Meskipun demikian, kebanyakan anak masih mampu menguasai komunikasi sehari-hari, sehingga anak tersebut masih bisa mengurus kebutuhan diri sendiri, seperti makan, memakai baju, dan mengontrol buang air, walaupun memiliki gangguan berbahasa.

Kesulitan utama yang dialami anak justru berkaitan dengan hal-hal yang bersifat akademik, misalnya mengenai pekerjaan sekolah yang bersifat akademik. Kesulitan ini terjadi karena anak mengalami masalah dalam membaca dan menulis.

2. Retardasi mental sedang, dengan IQ 35–49

Dalam kategori ini, anak mengalami keterlambatan perkembangan dan penggunaan bahasa. Hal ini memengaruhi kemandiriannya.

Selain itu, perkembangan motorik anak juga mengalami perlambatan, sehingga beberapa anak butuh pengawasan sepanjang hidup. Meskipun demikian, anak masih bisa mempelajari dasar-dasar membaca, menulis, dan menghitung.

Bisa juga ditemukan kondisi lain yang menyertai, seperti etiologi organik (kelainan organ), gangguan neurologis, dan gangguan jiwa lain. Namun, gangguan jiwa lain sulit ditegakkan diagnosisnya karena perkembangan bahasa anak yang terbatas.

3. Retardasi mental berat, dengan IQ 20–34

Kategori ini hampir mirip dengan kategori retardasi mental sedang dalam hal gambaran klinis, adanya etiologi organik, kondisi penyerta, dan tingkat prestasi yang rendah.

Perbedaan utamanya adalah pada retardasi mental berat ditemukan adanya kerusakan motorik yang sangat mencolok atau adanya defisit neurologis lain. Hal ini menandakan adanya kerusakan yang bermakna di susunan saraf pusat.

4. Retardasi mental sangat berat, dengan IQ<20

Dalam kategori ini, kemampuan anak dalam memahami dan menuruti perintah dasar sangat terbatas. Selain itu, anak juga mengalami gangguan mobilitas akibat disabilitas neurologis. Temuan lainnya adalah adanya epilepsi dan ketidakmampuan melihat atau mendengar.

Baca Juga: 7 Cara Melatih Fokus Anak ADHD, Bisa dari Hal Sederhana

2. Penyebab

Gejala, Penyebab, dan Pengobatan Retardasi Mental pada Anakilustrasi bayi baru lahir (pexels.com/Lisa Fotios)

Retardasi mental berkaitan erat dengan proses tumbuh kembang anak yang dapat dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan.

Faktor lingkungan merupakan penyedia kebutuhan dasar untuk tumbuh kembang anak. Kebutuhan dasar tersebut digolongkan menjadi tiga hal, yaitu kebutuhan fisis-biomedis (sandang, pangan, papan, perawatan kesehatan dasar, higiene, sanitasi, dan kesehatan jasmani); kebutuhan emosi atau kasih sayang; dan kebutuhan akan stimulasi mental. Apabila kebutuhan dasar tersebut tidak terpenuhi, maka dapat menjadi salah satu faktor penyebab retardasi mental.

Artikel berjudul "Retardasi Mental" dalam jurnal Sari Pediatri tahun 2000 menyebut bahwa retardasi mental dibagi menjadi dua tipe bila ditinjau dari penyebab secara langsung, yaitu disebabkan karena faktor biologis dan psikososial.

1. Retardasi mental tipe psikososial

Kategori ini berkaitan dengan kelas sosial yang rendah, biasanya berupa retardasi mental ringan yang diketahui pada usia sekolah dan tidak ditemukan kelainan fisik ataupun laboratorium. Hal yang mendasari terjadinya retardasi mental adalah kurangnya stimulasi mental pada anak.

2. Retardasi mental tipe biologis

Kategori ini biasanya berupa retardasi mental sedang hingga sangat berat yang telah tampak sejak lahir atau usia dini, dan disertai kelainan secara fisik. Penyebab retardasi mental tipe ini terbagi menjadi:

  • Pranatal (sebelum kelahiran): Kelainan kromosom, kelainan genetik/herediter, gangguan metabolik, sindrom dismorfik, infeksi intrauterine, dan intoksikasi.
  • Perinatal (saat proses kelahiran): Prematuritas, asfiksia, kernikterus, hipoglikemia, meningitis, hidrosefalus, dan perdarahan intraventrikular.
  • Postnatal (setelah kelahiran): Infeksi (meningitis, ensefalitis), trauma, kejang lama, dan intoksikasi (timah hitam, merkuri).

3. Pengobatan

Gejala, Penyebab, dan Pengobatan Retardasi Mental pada Anakilustrasi anak bermaim (pexels.com/Мария Воскресенская)

Tata laksana retardasi mental mencakup medis, penempatan di panti khusus, psikoterapi, konseling, dan pendidikan khusus.

  1. Tata laksana medis: Metilfenidat sering digunakan untuk menekan gejala hiperkinetik. Selain itu, untuk menaikkan kemampuan belajar bisa diberikan tioridazin (melleril), metilfenidat, amfetamin, asam glutamat, atau gamma aminobutyric acid (GABA).
  2. Penempatan di panti khusus: Ada banyak hal yang perlu dipertimbangkan, termasuk kondisi sosial keluarga, derajat retardasi mental, fasilitas perawatan, dan fasilitas membimbing orang tua dengan anak retardasi mental. Namun, kerugiannya adalah kurangnya stimulasi mental karena minimnya kontak dengan orang lain dan lingkungan yang kurang bervariasi.
  3. Psikoterapi: Bertujuan untuk mengubah sikap, perilaku, dan adaptasi sosial, walaupun tidak dapat menyembuhkan retardasi mental. Psikoterapi dapat diberikan pada anak ataupun orang tua anak tersebut. 
  4. Konseling: Bertujuan untuk menentukan ada tidaknya retardasi mental dan derajatnya, evaluasi pengaruh retardasi mental pada keluarga, dan menentukan kemungkinan penempatan di panti khusus.
  5. Pendidikan khusus: Pendidikan yang dimaksudkan bukan hanya asal sekolah, melainkan mengena bagaimana pendidikan yang cocok bagi anak dengan keterbelakangan mental. Ada beberapa pilihan, meliputi kelas khusus sebagai tambahan dari sekolah biasa, sekolah luar biasa C, panti khusus, atau pusat pelatihan kerja.

Retardasi mental termasuk kelainan mental seumur hidup. Beberapa penyebab kelainan ini dapat dicegah, misalnya infeksi, trauma, komplikasi kehamilan, atau gangguan metabolisme. Maka dari itu, penting untuk mengetahui penyebab dan gejala retardasi mental pada anak agar apabila suatu saat ditemukan kecurigaan adanya retardasi mental, maka dapat terdiagnosis lebih dini.

Baca Juga: 6 Cara Mencegah ISPA pada Anak yang Wajib Diketahui Orang Tua

Neysa Ardrasheila Cesa Photo Writer Neysa Ardrasheila Cesa

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya