Apa Penyebab Anak Terkena Hipertensi?

Kenali penyebab dan faktor risiko hipertensi pada anak

Tekanan darah tinggi atau hipertensi umumnya dianggap sebagai masalah kesehatan yang hanya menyerang orang dewasa. Namun, kenyataannya ini bisa terjadi pada usia berapa pun, termasuk anak-anak dan remaja.

Dalam tinjauan sistematis dan metaanalisis terhadap 47 artikel, prevalensi hipertensi pada masa kanak-kanak meningkat dari tahun 1994 hingga 2018 dan peningkatan tersebut dikaitkan dengan indeks massa tubuh yang lebih tinggi, dengan perkiraan gabungan sebesar 4 persen di antara individu berusia 19 tahun ke bawah (JAMA Pediatrics, 2019).

Pada tahun 2015, prevalensi hipertensi pada anak berkisar antara 4,32 persen pada anak usia 6 tahun hingga 3,28 persen pada usia 19 tahun dan mencapai puncaknya sebesar 7,89 persen pada anak usia 14 tahun.

1. Peningkatan kasus hipertensi pada anak-anak

Dijelaskan dalam laman Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), hipertensi pada anak dan remaja merupakan masalah kesehatan yang bermakna, bukan saja karena angka kejadiannya yang meningkat, tetapi morbiditas dan mortalitas yang diakibatkannya juga makin substansial.

Anak dengan hipertensi mempunyai risiko hampir 4 kali lebih besar untuk menderita hipertensi pada masa dewasa dibandingkan dengan anak normal.

Hipertensi pada anak memberikan dampak pada kesehatan kardiovaskular pada masa dewasa, karena pengerasan pembuluh darah (aterosklerosis) telah berlangsung sejak masa kanak-kanak.

2. Penyebab

Apa Penyebab Anak Terkena Hipertensi?ilustrasi dokter memeriksa anak (unsplash.com/Elianna Gill)

Ada dua jenis atau penyebab utama hipertensi pada anak dan remaja, yaitu hipertensi primer dan hipertensi sekunder.

Hipertensi primer

Hipertensi primer (hipertensi idiopatik atau hipertensi esensial) adalah tekanan darah tinggi yang tidak memiliki penyebab pasti. Ini adalah bentuk tekanan darah tinggi yang paling umum terjadi pada anak-anak. Ciri-ciri umum anak dengan hipertensi primer antara lain:

  • Usia 6 tahun ke atas.
  • Riwayat keluarga dengan hipertensi (orang tua kandung atau kakek nenek).
  • Kelebihan berat badan (indeks massa tubuh/IMT lebih besar dari 25) atau obesitas (IMT lebih besar dari 30).

Hipertensi sekunder

Hipertensi sekunder terjadi jika ada kondisi mendasar yang menyebabkannya.

Penyakit ginjal dan penyakit renovaskular (penyempitan arteri pada salah satu atau kedua ginjal) merupakan penyebab paling umum dari hipertensi sekunder pada anak. Jenis penyakit ginjal tertentu meliputi:

  • Penyakit parenkim ginjal, seperti glomerulonefritis, refluks nefropati, atau pielonefritis.
  • Masalah struktural ginjal, seperti uropati obstruktif, penyakit ginjal polikistik, atau ginjal displastik.

Ini mencakup sekitar 34 hingga 79 persen kasus hipertensi sekunder pada anak.

Penyebab lain dari hipertensi sekunder pada anak meliputi:

  • Kondisi jantung bawaan, seperti koarktasio aorta.
  • Ketidakseimbangan hormonal (hipertensi endokrin), seperti hipertiroidisme atau kelebihan katekolamin.
  • Sleep apnea obstruktif.
  • Obat-obatan tertentu. Obat resep umum yang dikaitkan dengan peningkatan tekanan darah termasuk pil KB, stimulan sistem saraf pusat, dan kortikosteroid.
  • Mutasi genetik (hipertensi monogenik), seperti sindrom Liddle atau neurofibromatosis tipe 1.
  • Paparan lingkungan, termasuk paparan timbal, kadmium, merkuri, dan ftalat.

3. Faktor risiko

Faktor risiko hipertensi pada anak dan remaja meliputi:

  • Kegemukan atau obesitas: Peningkatan lemak tubuh dapat meningkatkan tekanan darah dengan menekan ginjal secara fisik. Sekitar 3,8 hingga 24,8 persen remaja yang kelebihan berat badan atau obesitas memiliki tekanan darah tinggi.
  • Riwayat keluarga dengan hipertensi: Genetika dapat memengaruhi tekanan darah. Adanya satu atau lebih anggota keluarga dekat yang mengidap hipertensi sebelum usia 60 tahun berarti risiko dua kali lipat untuk kamu mengidapnya juga.
  • Pola makan tinggi sodium: Garam (natrium) membuat tubuh  menahan air. Jika kamu sering mengonsumsi garam berlebihan lewat makanan, kelebihan air dalam darah berarti ada tekanan ekstra pada dinding pembuluh darah. Ini meningkatkan tekanan darah.
  • Kurang olahraga: Olahraga teratur membuat jantung lebih kuat, yang berarti dapat memompa lebih banyak darah dengan sedikit usaha. Kalau tidak berolahraga secara teratur, jantung harus bekerja lebih keras untuk memompa darah ke seluruh tubuh. Ini dapat meningkatkan tekanan darah.
  • Diabetes: Gula darah tinggi dalam jangka panjang dapat merusak pembuluh darah dan ginjal, yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah. Antara 4 dan 16 persen anak-anak dan remaja dengan diabetes tipe 1 memiliki tekanan darah tinggi. Antara 12 dan 31 persen anak-anak dan remaja dengan diabetes tipe 2 memiliki tekanan darah tinggi.
  • Kelahiran prematur dan berat badan lahir rendah: Penelitian menunjukkan bahwa ini mungkin berhubungan dengan tekanan darah tinggi pada anak-anak.

Kalau anak tidak memiliki faktor risiko hipertensi, dokter mungkin akan mengukurnya saat pemeriksaan kesehatan tahunan, dimulai pada usia 3 tahun. Apabila anak memiliki faktor risiko, dokter mungkin akan mulai memeriksa tekanan darah saat anak masih bayi.

Baca Juga: Benarkah Hipertensi Menyebabkan Sakit Kepala?

4. Gejala

Apa Penyebab Anak Terkena Hipertensi?ilustrasi anak sakit (pexels.com/jcomp)

Tekanan darah tinggi seringkali tidak menimbulkan gejala. Inilah sebabnya mengapa sangat penting untuk memeriksa tekanan darah secara rutin saat menemui dokter. Namun, anak mungkin mengalami gejala jika tekanan darahnya tiba-tiba melonjak sangat tinggi.

Menurut IDAI, pada bayi baru lahir, hipertensi dapat memberikan gejala:

  • Sesak napas.
  • Berkeringat.
  • Gelisah.
  • Pucat atau sianosis (kondisi kulit dan selaput lendir yang membiru karena kekurangan oksigen dalam darah).
  • Muntah.
  • Kejang.

Pada anak yang lebih besar, gejala dan tanda berikut ini perlu dipikirkan kemungkinan hipertensi:

  • Rasa lelah.
  • Kejang.
  • Penurunan kesadaran.
  • Sakit kepala.
  • Penglihatan kabur mendadak.
  • Mual.
  • Pendarahan hidung (mimisan).
  • Nyeri dada.
  • Kenaikan berat badan yang tidak adekuat.
  • Perawakan pendek.
  • Kelumpuhan otot.

Idealnya setiap anak yang berusia 3 tahun atau lebih menjalani pemeriksaan tekanan darah, setidaknya setahun sekali, seperti halnya pengukuran berat dan tinggi badan yang perlu dilakukan pada setiap anak secara reguler.

Pada anak-anak dengan riwayat lahir prematur, berat lahir kurang dari 2.500 gram, atau riwayat dirawat di ruang perawatan intensif/ICU, mereka memerlukan pemeriksaan tekanan darah lebih dini.

Pada setiap anak yang menunjukkan tanda dan gejala yang disebutkan di atas perlu dilakukan pemeriksaan tekanan darah.

5. Diagnosis

Untuk anak-anak berusia kurang dari 13 tahun, rentang tekanan darah normal bervariasi berdasarkan jenis kelamin, usia, dan tinggi badan. Untuk anak usia 13 tahun ke atas, kisaran tekanan darahnya adalah:

  • Normal: Kurang dari 120/80 mmHg.
  • Peningkatan tekanan darah: 120–129/80 mmHg.
  • Hipertensi stadium 1: 130–139/80–89 mmHg.
  • Hipertensi stadium 2: 140/90 mmHg dan lebih tinggi.

Jika anak didiagnosis dengan hipertensi stadium 1 atau stadium 2, dokter akan melakukan tes darah dan urine.

Dokter mungkin juga melakukan tes pencitraan pada jantung atau ginjal anak untuk melihat apakah tekanan darah tinggi memengaruhi organ anak.

Orang tua mungkin akan diminta untuk membuat catatan harian tentang tekanan darah anak di rumah untuk memberikan informasi lebih lanjut kepada dokter.

Anak mungkin juga perlu memakai monitor tekanan darah rawat jalan, sebuah perangkat yang memungkinkan dokter memeriksa tekanan darah selama 24 jam, dirangkum dari laman Children's Health.

6. Pengobatan

Apa Penyebab Anak Terkena Hipertensi?ilustrasi obat-obat (pexels.com/Pixabay)

Perawatan untuk hipertensi bergantung pada situasi unik anak dan penyebabnya. Dalam beberapa kasus, mengobati kondisi yang mendasarinya juga dapat mengobati hipertensi.

Pilihan pengobatan utama adalah perubahan gaya hidup dan pengobatan.

Perubahan gaya hidup untuk hipertensi anak dan remaja

Dalam kebanyakan kasus, pertama-tama dokter akan merekomendasikan perubahan gaya hidup untuk mengatasi hipertensi pada anak, termasuk:

  • Dietary Approaches to Stop Hypertension (DASH): Diet DASH mencakup banyak porsi sayuran dan buah-buahan segar, biji-bijian, kacang-kacangan, dan polong-polongan dengan beberapa porsi makanan berprotein tanpa lemak. Ini melibatkan pembatasan makanan tinggi natrium, gula, dan lemak jenuh. Ahli gizi dapat membantu mengatur pola makan secara lebih mendetail.
  • Meningkatkan aktivitas fisik: Aktivitas fisik aerobik sedang hingga berat yang selama 40 menit sehari selama setidaknya tiga hingga lima hari dalam seminggu dapat membantu menurunkan tekanan darah.
  • Mengelola stres: Stres, terutama stres kronis, dapat meningkatkan tekanan darah. Alat manajemen stres seperti latihan pernapasan dan meditasi dapat membantu menurunkan tekanan darah.

Obat-obatan

Jika tekanan darah cukup tinggi atau jika perubahan gaya hidup tidak menurunkan tekanan darah anak, dokter anak mungkin akan merujuk anak ke dokter spesialis atau merekomendasikan pengobatan untuk mengatasi kondisi tersebut. Mereka biasanya memulai dengan dosis serendah mungkin.

Pilihan obat-obatannya meliputi:

  • ACE inhibitor.
  • Angiotensin II receptor blocker (ARB).
  • Penghambat reseptor angiotensin II (ARB).
  • Calcium channel blocker.
  • Beta-blocker.
  • Diuretik.

Masing-masing obat ini memiliki efek samping tertentu. Bicarakan dengan dokter anak tentang apa yang diharapkan.

7. Komplikasi yang bisa terjadi

Meskipun anak-anak dengan hipertensi kecil kemungkinannya untuk terkena serangan jantung dan stroke, tetapi penyakit ini tetap memiliki risiko yang signifikan, mengutip dari Boston Children’s.

Hipertensi menyebabkan perubahan pada struktur pembuluh darah dan jantung. Karena hipertensi pada anak-anak belum banyak diteliti, tidak banyak data yang menjelaskan secara pasti apa arti dari perubahan ini.

Namun, telah diketahui pada orang dewasa, hipertensi meningkatkan kemungkinan terjadinya komplikasi pada jantung, pembuluh darah, dan ginjal.

Ada juga bukti kuat bahwa beberapa perubahan ini terlihat pada anak-anak dengan hipertensi. Perubahan ini memengaruhi:

  • Pembuluh darah: Tekanan darah tinggi dapat merusak pembuluh darah di seluruh tubuh, sehingga mempersulit organ untuk bekerja secara efisien.
  • Ginjal: Jika pembuluh darah di ginjal rusak, ginjal mungkin berhenti mengeluarkan limbah dan cairan ekstra dari tubuh. Cairan ekstra ini dapat meningkatkan tekanan darah lebih jauh lagi.
  • Organ lain: Jika tidak diobati, hipertensi mempersulit darah mencapai berbagai bagian tubuh, termasuk mata dan otak, dan dapat menyebabkan kebutaan dan stroke.

Orang tua pasti khawatir jika anak memiliki hipertensi. Kabar baiknya, hipertensi pada anak dan remaja bisa diatasi dengan perubahan gaya hidup dan/atau pengobatan.

Baca Juga: Dampak Makan Seblak Terlalu Sering, Risiko Hipertensi Naik!

Topik:

  • Nurulia R F
  • Delvia Y Oktaviani

Berita Terkini Lainnya