Fakta Fetus in Fetu, Kondisi Langka Ada Janin dalam Perut Bayi

Terjadi pada sekitar 1 dari 500.000 kelahiran hidup

Perut bayi laki-laki usia 5 bulan di Pesisir Selatan, Sumatra Barat (Sumbar), membengkak, diduga karena berisi janin saudara kembarnya. Cerita tentang bayi berinisial AA ini ramah dibicarakan di media sosial.

Diberitakan Kompas.com, Selasa (24/10/2023), sang ayah, Hendi, mengatakan bahwa pembengkakan perut anaknya berawal sekitar tiga bulan lalu. Saat itu, Hendi dan istrinya memeriksakan anaknya yang sering menangis ke puskesmas. Dari situ, diketahui ada benjolan di perut bayi.

Diduga tumor, Hendi kemudian membawa bayinya ke rumah sakit di Painan, Pesisir Selatan, yang kemudian memberi rujukan ke Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) M Djamil, Padang, Sumbar. 

Hasil pemeriksaan awal menunjukkan dua dugaan penyebab perut bayi AA bengkak. Ahli Radiologi RSUP M Djamil, Tuti Handayani mengatakan, dugaan pertama adalah adanya tumor di dalam perut bayi.

Dugaan kedua adalah di dalam perut bayi AA terdapat janin yang merupakan saudara kembarnya, tetapi janin tersebut telah mati. Dalam kacamata radiologi, kasus ini dikenal sebagai fetus in fetu atau janin dalam bayi, atau juga dikenal sebagai kembar parasit (parasitic twin).

Dalam artikel ini akan dibahas mengenai fetus in fetu atau janin dalam janin atau bayi.

1. Apa itu fetus in fetu?

Fetus in fetu adalah anomali yang sangat langka pada kembar monokorionik-diamniotik (kembar identik yang berada di dalam satu plasenta yang sama tetapi kantung ketuban yang berbeda), yang mana janin yang cacat berada dalam tubuh saudara kandungnya yang normal selama masa perkembangan.

Kelainan bawaan langka ini terjadi pada sekitar 1 dari 500.000 kelahiran hidup dan kurang dari 200 kasus telah dilaporkan dalam literatur medis (BMJ Case Reports, 2019). Kondisi ini diperkirakan memiliki dominasi laki-laki 2:1 (Radiology, 2000).

Fetus in fetu pertama kali didefinisikan pada awal abad ke-19 oleh Meckel. Meskipun prevalensinya terjadi pada bayi dan anak-anak, tetapi terdapat laporan mengenai kasus-kasus yang mana kelainan ini tidak menunjukkan gejala hingga usia lanjut (Journal of Indian Association of Pediatric Surgeons, 2008).

2. Penyebab

Fakta Fetus in Fetu, Kondisi Langka Ada Janin dalam Perut Bayiilustrasi USG bayi (pexels.com/Pavel Danilyuk)

Menurut International Society of Ultrasound in Obstetrics and Gynecolog, ada dua teori umum yang dikemukakan untuk pengembangan fetus in fetu.

Salah satu teori menyatakan bahwa fetus in fetu adalah bentuk teratoma (kumpulan sel abnormal) yang sangat berdiferensiasi tinggi.

Teori lainnya adalah teori kembar parasit. Teori ini menyatakan bahwa janin yang cacat terbentuk di dalam tubuh kembarannya yang normal dan berbagi suplai darah yang sama. Kebanyakan orang berpikir bahwa teori kembar parasit adalah penyebabnya.

Menambahkan dari Cleveland Clinic, kembar parasit adalah suatu kondisi langka yang terjadi ketika kembar siam berhenti berkembang. Kembar parasit tidak pernah berkembang sepenuhnya, tetapi tetap melekat pada kembarannya, yang terus berkembang hingga lahir.

Kembar parasit terjadi pada awal perkembangan embrio, sehingga organ atau anggota tubuhnya hampir tidak dapat dikenali. Hal ini mengakibatkan kembaran yang sehat dan berkembang (kembaran dominan atau autositik) dilahirkan dengan anggota tubuh, organ, atau jaringan tambahan dari kembaran parasitnya. Kembaran dominan berisiko tinggi mengalami komplikasi medis dan memerlukan perawatan medis setelah lahir.

Kembaran parasit juga dikenal sebagai:

  • Kembar siam asimetris atau tidak setara.
  • Kembar sisa atau kembar vestigial.
  • Fetus in fetu.
  • Kembar heteropagus.

Kembar parasit adalah jenis kembar siam. Ini menyumbang sekitar 10 persen dari semua kembar siam. Kembar siam adalah dua janin yang sudah berkembang sempurna dan terhubung saat lahir. Kembar siam berbagi satu atau lebih organ dan biasanya menempel di punggung, dada, atau badan. Kembar parasit adalah satu janin yang sudah berkembang sempurna dan satu lagi janin yang belum berkembang. Janin yang belum berkembang tidak berfungsi dan tidak dapat bertahan selama kehamilan.

Baca Juga: Bolehkah Menyedot Ingus Bayi dengan Mulut? Ini Kata Dokter Anak

3. Tes yang diperlukan

Pengujian tambahan untuk menilai massa dan anomali terkait bisa ditawarkan oleh dokter. Ini dapat meliputi:

  • Pemeriksaan ultrasonografi (USG) mendetail: Ini bertujuan untuk memeriksa bayi secara cermat untuk mengetahui jika ada kelainan lainnya.
  • Terkadang, MRI janin dapat dilakukan untuk memastikan diagnosis dan membantu ahli bedah anak dalam perencanaan pembedahan. Tes ini dapat dilakukan, jika tersedia, jika hal ini akan mengubah penatalaksanaan kehamilan.

4. Hal yang perlu diperhatikan selama kehamilan terkait fetus in fetu

Fakta Fetus in Fetu, Kondisi Langka Ada Janin dalam Perut Bayiilustrasi ibu menggendong bayi (pexels.com/Kristina Paukshtite)

Bayi dengan fetus in fetu berisiko mengalami beberapa masalah selama kehamilan. Itu sebabnya, sebagian besar dokter spesialis akan merekomendasikan pemeriksaan USG secara rutin.

Dokter akan mendiskusikan seberapa sering tes ini diperlukan. USG akan membantu mengidentifikasi apakah bayi mengalami kelebihan cairan di ginjal atau perut, atau lingkar perut yang besar karena tekanan di perut akibat fetus in fetu yang makin besar.

Kadang-kadang, terjadi komplikasi akibat bocornya isi kantung, atau kelebihan cairan ketuban yang terkumpul di dalam rahim, suatu kondisi yang disebut polihidramnion. Persalinan sesar mungkin diperlukan jika perut janin menjadi terlalu besar untuk bisa melewati jalan lahir ibu.

5. Fetus in fetu pada bayi yang sudah dilahirkan

Setelah bayi lahir, tim perawatan bayi akan melakukan pemeriksaan tambahan untuk memastikan diagnosis sebelum memberi makan bayi. Pemeriksaan tersebut bisa meliputi USG, rontgen, CT, atau MRI perut, atau pemeriksaan lainnya tergantung rekomendasi dari tim perawatan bayi. Ketika bayi sudah stabil, ahli bedah akan mengangkat massa tersebut dan akan dikirim ke departemen patologi untuk pemeriksaan lebih lanjut.

Meskipun janin dalam janin biasanya tidak dikaitkan dengan masalah jangka panjang, tetapi bayi mungkin dipantau dengan USG, MRI, atau CT scan. Tes darah seperti alpha-fetoprotein (AFP) dan human chorionic gonadotropin (hCG) mungkin diperlukan selama dua tahun setelah kelahiran untuk mendeteksi kekambuhan maligna. Sebagian besar laporan sebelumnya menunjukkan hasil normal setelah kembar parasit dihilangkan.

Baca Juga: 7 Tanda Autisme pada Bayi, Segera Sadari!

Topik:

  • Nurulia
  • Bayu Nur Seto

Berita Terkini Lainnya