Hipertensi Renovaskular: Penyebab, Gejala, Pengobatan

Jenis tekanan darah tinggi yang dimulai di ginjal

Hipertensi renovaskular atau hipertensi ginjal adalah tekanan darah tinggi yang disebabkan oleh penyempitan arteri yang membawa darah ke ginjal. Kondisi ini kadang juga disebut stenosis arteri ginjal.

Karena ginjal tidak mendapatkan pasokan darah yang cukup, ginjal bereaksi dengan membuat hormon yang membuat tekanan darah meningkat. Hipertensi renovaskular adalah jenis tekanan darah tinggi yang bisa diobati bila didiagnosis dengan tepat. Tanpa pengobatan, peningkatan tekanan darah dapat menyebabkan kerusakan ginjal dan komplikasi lainnya.

1. Apa itu hipertensi renovaskular?

Mengutip publikasi StatPearls, hipertensi renovaskular terjadi ketika pembuluh darah di ginjal menyempit atau tersumbat. Biasanya, ini terjadi karena penyumbatan di arteri ginjal, yang merupakan arteri yang memasok sebagian besar darah ke ginjal.

Hipertensi renovaskular adalah salah satu penyebab paling umum dari hipertensi sekunder, yaitu tekanan darah tinggi yang berasal dari kondisi medis yang berbeda. Selain itu, dapat menyebabkan tekanan darah tinggi yang resistan terhadap pengobatan.

Menambahkan dari Stanford Medicine, hipertensi ginjal menempatkan stres dan peningkatan tekanan pada ginjal, dan merupakan penyebab utama penyakit ginjal stadium akhir, juga dikenal sebagai penyakit ginjal kronis, pada orang tua.

Penyakit pembuluh darah, juga dikenal sebagai aterosklerosis, lazim ditemui dan seiring bertambahnya usia populasi, jumlah orang dengan penyakit pembuluh darah akan meningkat. Demikian juga jumlah penderita hipertensi renovaskular dan penyakit ginjal stadium akhir.

National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Diseases (NIDDK) mendefinisikan tekanan darah sebagai peningkatan jumlah kekuatan yang diberikan darah pada pembuluh saat bergerak ke seluruh tubuh.

Seiring waktu, tekanan darah dapat merusak dan melemahkan pembuluh darah di seluruh tubuh, termasuk yang ada di ginjal. Ketika pembuluh darah di ginjal menjadi rusak, hal itu dapat memengaruhi fungsi ginjal.

Ketika ginjal tidak berfungsi dengan baik, itu dapat menyebabkan kelebihan cairan dan penumpukan limbah dalam aliran darah. Hal ini pada gilirannya dapat menyebabkan tekanan darah tinggi, yang mengakibatkan kerusakan lebih lanjut pada ginjal. Seiring waktu, seseorang dapat mengalami gagal ginjal.

2. Penyebab dan faktor risiko

Hipertensi Renovaskular: Penyebab, Gejala, Pengobatanilustrasi ginjal (IDN Times/Aditya Pratama)

Setiap kondisi yang mempengaruhi aliran darah ke ginjal dapat menyebabkan hipertensi renovaskular.

Menurut laporan dalam jurnal Endocrinology and Metabolism Clinics of North America (2020), penyebab paling umum dari hipertensi renovaskular adalah bentuk stenosis arteri ginjal. Aterosklerosis, yang merupakan penumpukan plak di arteri, berada di bertanggung jawab terhadap 90 persen kasus. Displasia fibromuskular, yang merupakan kondisi yang menyebabkan penyempitan arteri, menyumbang 9 persen kasus.

Penyebab potensial lainnya termasuk:

  • Inflamasi atau peradangan pada arteri yang disebabkan oleh kondisi: arteritis Takayasu, sindrom antibodi antifosfolipid, dan sindrom aorta tengah.
  • Fibrosis radiasi, yang merupakan efek samping dari terapi radiasi.
  • Kompresi arteri ginjal.
  • Diseksi arteri ginjal, yang dapat terjadi setelah cedera pada pembuluh darah.
  • Obstruksi akibat operasi pada arteri.

Pasien yang memiliki aterosklerosis di beberapa bagian lain dari tubuh sebanyak 30 persen hingga 50 persen lebih mungkin untuk mengembangkan stenosis arteri ginjal, mengutip laman UC Davis Vascular Center.

Penelitian dalam jurnal Cellular and Molecular Life Sciences (2012) mengindikasikan bahwa orang-orang dengan kerabat dekat yang mengembangkan hipertensi renovaskular lebih mungkin mengembangkannya dibanding orang-orang tanpa riwayat kondisi tersebut dalam keluarga. Kemungkinan penyebabnya adalah variasi genetik atau mutasi.

Studi lainnya dalam jurnal Physiological Reports (2020) menemukan bahwa gen mungkin berperan dalam pengembangan penyakit ginjal karena hipertensi. Para ilmuwan mencatat bahwa memahami varian gen tersebut dapat membantu mengarahkan perawatan yang ditargetkan lebih baik di masa depan.

3. Gejala

Meskipun hipertensi ginjal sulit didiagnosis dan biasanya tidak memiliki gejala, tetapi, dilansir Cleveland Clinic, waspadai tanda dan gejala ini:

  • Tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol setelah tiga atau lebih obat pada dosis maksimalnya, termasuk diuretik.
  • Tekanan darah tinggi pada usia muda.
  • Tekanan darah tinggi yang stabil yang tiba-tiba memburuk atau sulit dikendalikan.
  • Ginjal yang tidak bekerja dengan baik, yang mungkin terjadi secara tiba-tiba.
  • Penyempitan arteri lain di tubuh, seperti ke kaki, otak, mata dan di tempat lain.
  • Penumpukan cairan secara tiba-tiba di dalam paru-paru (edema paru).

Menambahkan dari WebMD, sebagian besar orang dengan hipertensi ginjal tidak pernah mengalami gejala-gejala di atas, atau gejala apa pun. Tekanan darah tinggi berbahaya. Ini karena tidak menimbulkan gejala hingga tahu-tahu kerusakan organ terjadi secara perlahan tanpa disadari.

Hipertensi renovaskular dapat menyebabkan penyakit ginjal kronis. Ini adalah kondisi penurunan fungsi ginjal yang lambat. Sampai kondisinya sudah lanjut, penyakit ginjal kronis juga tidak menimbulkan gejala.

Karena biasanya tidak ada gejala, dokter dapat mencurigai hipertensi renovaskular ketika seseorang memiliki tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol meskipun telah menggunakan beberapa obat atau memiliki penyakit ginjal kronis yang tidak dapat dijelaskan.

Baca Juga: Arteritis Takayasu: Penyebab, Gejala, Pengobatan

4. Diagnosis

Hipertensi Renovaskular: Penyebab, Gejala, Pengobatanilustrasi konsultasi dokter (pexels.com/cottonbro)

Temui dokter secara teratur untuk memastikan angka tekanan darah diperiksa dan berada dalam kisaran normal. Dokter mungkin merekomendasikan tes darah.

Dokter dapat mengumpulkan petunjuk bahwa penyakit vaskular mungkin ada dengan mengambil riwayat menyeluruh dan melakukan pemeriksaan fisik. Jika memiliki riwayat penyakit pembuluh darah lainnya, seperti serangan jantung atau stroke, kamu berisiko lebih tinggi mengalami stenosis arteri ginjal.

Pemeriksaan dengan mendengarkan leher atau perut dengan stetoskop dapat membantu mengidentifikasi arteri yang menyempit. Ketika darah mengalir melalui arteri yang menyempit, terkadang mengeluarkan suara seperti mendesing (bruit).

Dokter dapat memesan salah satu tes pencitraan di bawah ini untuk mencari arteri ginjal yang menyempit. Namun, hanya menemukannya tidak berarti bahwa tekanan darah tinggi disebabkan oleh hipertensi ginjal. Banyak orang mengalami penyempitan pembuluh darah ginjal tanpa tekanan darah tinggi atau dengan tekanan darah tinggi yang tidak disebabkan oleh penyempitan (hipertensi esensial). Dokter perlu menggunakan petunjuk klinis lain untuk membantu menentukan apakah keduanya berhubungan.

Tes pencitraan yang dapat dilakukan untuk melihat apakah arteri ginjal telah menyempit meliputi:

  • Ultrasonografi (USG) duplex: Gambar dari tes ini dapat menunjukkan penyumbatan di arteri ginjal atau darah yang bergerak melalui arteri terdekat dengan kecepatan lebih tinggi dari normal. USG ini bersifat non-invasif, artinya tidak ada instrumen medis yang masuk ke tubuh dan tidak membuat kamu terpapar radiasi. Namun, metode ini tidak menemukan semua kasus stenosis arteri ginjal, tidak selalu dapat mengetahui seberapa menyempit arteri, dan mungkin kurang akurat jika teknisi yang melakukan tes tidak terampil.
  • Angiografi tomografi terkomputerisasi (CTA): Prosedur ini menggunakan sinar-X dan teknologi komputer untuk membuat gambar. Media kontras disuntikkan ke pembuluh darah di lengan untuk melihat struktur arteri dengan lebih baik. Prosedur ini mungkin bukan pilihan bagi mereka dengan fungsi ginjal yang buruk karena pewarna kontras.
  • Magnetic resonance angiogram (MRA): Gambar dari tes ini menunjukkan aliran darah dan fungsi organ tanpa menggunakan sinar-X. Media kontras dapat disuntikkan ke pembuluh darah di lengan untuk lebih melihat struktur arteri. Pelemas otot dapat digunakan jika diperlukan. Tidak ada paparan radiasi dengan tes ini.
  • Angiogram kateter: Jenis sinar-X khusus ketika kateter dimasukkan melalui arteri besar ke arteri ginjal. Ini sering berasal dari celah kecil di selangkangan. Pasien biasanya terjaga, meskipun pelemas otot dapat diberikan untuk mengurangi kecemasan selama prosedur. Media kontras disuntikkan melalui kateter, sehingga arteri ginjal terlihat lebih jelas pada sinar-X. Tes ini lebih akurat daripada tes lainnya dan jika penyempitan yang signifikan terlihat, dapat didilatasikan dengan balon (angioplasti) atau stent pada waktu yang bersamaan. Angiogram kateter adalah prosedur invasif sehingga biasanya dilakukan untuk pasien yang memiliki hasil positif dari salah satu tes lain dan rencana dibuat untuk melebarkan pembuluh darah.

5. Pengobatan

Tujuan utama pengobatan hipertensi renovaskular adalah untuk menurunkan tekanan darah. Ini dapat membantu mencegah kerusakan ginjal dan memberi efek positif pada aspek kesehatan lainnya.

Obat-obatan

Individu dengan hipertensi renovaskular biasanya memerlukan beberapa obat untuk mengobati kondisi tersebut.

Ada dua jenis obat tekanan darah yang dapat membantu memperlambat perkembangan penyakit ginjal, yaitu angiotensin converting enzyme (ACE) inhibitor dan angiotensin receptor blocker (ARB).

Dokter mungkin meresepkan obat lain untuk membantu ginjal atau tekanan darah tinggi. Salah satu jenis obat yang mungkin diresepkan adalah diuretik. Ini membantu ginjal memproses dan mengeluarkan lebih banyak cairan.

Operasi

Untuk mengobati penyakit arteri ginjal secara langsung, dokter dapat merekomendasikan menjalani salah satu dari dua prosedur berbeda, yaitu angioplasti atau operasi bypass ginjal.

  • Angioplasti: Melibatkan balon yang dimasukkan melalui selangkangan untuk membantu memperlebar arteri di ginjal yang telah menutup atau menyempit.
  • Operasi bypass ginjal: Melibatkan penempatan stent untuk memotong arteri yang tersumbat.

Keduanya adalah prosedur berisiko rendah. Kamu dapat menjalani salah satunya sebagai pasien rawat jalan atau rawat inap. 

Obat-obatan vs operasi

Obat-obatan dan perubahan gaya hidup umumnya merupakan pengobatan lini pertama. Studi dalam jurnal Current Hypertension Reviews (2020) tidak menunjukkan bahwa operasi lebih bermanfaat daripada obat-obatan.

Dokter dapat merekomendasikan prosedur seperti pemasangan stent untuk meningkatkan aliran darah jika obat-obatan, pola makan, dan olahraga tidak membantu memperbaiki hipertensi renovaskular.

Dokter juga dapat mempertimbangkan operasi jika pasien mengalami:

  • Memburuknya fungsi ginjal secara progresif.
  • Gagal jantung akut.
  • Edema paru akut berulang.
  • Kebutuhan untuk peningkatan pesat dalam pengobatan untuk tekanan darah tinggi yang sebelumnya terkontrol.

Perawatan rumah sekaligus pencegahan

Selain obat-obatan dan kemungkinan prosedur, ada beberapa langkah yang bisa kamu praktikkan untuk mengoptimalkan perawatan dari dokter, sekaligus membantu mencegah tekanan darah tinggi.

  • Mencapai atau mempertahankan berat badan sedang.
  • Memperbanyak aktivitas fisik.
  • Mengikuti pola makan rendah natrium yang sehat.
  • Berhenti merokok.
  • Berlatih untuk mengelola stres dengan baik.

6. Komplikasi yang dapat terjadi

Hipertensi Renovaskular: Penyebab, Gejala, Pengobatanilustrasi ginjal (IDN Times/Aditya Pratama)

Jika memiliki hipertensi renovaskular, kamu bisa mengalami komplikasi yang disebabkan oleh tekanan darah tinggi berikut ini:

  • Gagal ginjal.
  • Infark miokard atau serangan jantung.
  • Stroke.
  • Edema paru.
  • Retinopati.
  • Hipertrofi ventrikel kiri.
  • Gagal jantung kongestif.
  • Aneurisme. 
  • Demensia vaskular.

Hipertensi renovaskular atau hipertensi ginjal adalah penyakit yang sangat serius, terjadi ketika arteri di ginjal tersumbat atau menyempit, sehingga terjadi tekanan darah tinggi. Tanpa pengobatan, kondisi ini dapat menyebabkan beberapa komplikasi, termasuk gagal ginjal.

Perawatan biasanya melibatkan penggunaan obat penurun tekanan darah, diuretik, operasi jika diperlukan, dan perubahan gaya hidup, seperti berolahraga lebih banyak dan mengikuti pola makan seimbang. Bekerja samalah dengan dokter untuk mencari tahu pengobatan terbaik dan pastikan untuk menggunakan semua obat sesuai instruksi, khususnya pascaoperasi.

Baca Juga: Perbedaan Gagal Ginjal Akut dan Penyakit Ginjal Kronis

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya