Korioamnionitis: Penyebab, Gejala, Diagnosis, Pengobatan

Merupakan alasan utama terjadinya kelahiran prematur

Korioamnionitis (chorioamnionitis) adalah infeksi bakteri serius yang dapat menyerang perempuan hamil. Perempuan bisa mengalami kondisi ini sebelum ketubannya pecah atau setelah melahirkan. Korioamnionitis juga disebut sebagai infeksi intra amniotik.

Infeksi ini dapat memengaruhi jaringan mana pun di sekitar janin, termasuk plasenta, membran luar (chorion), membran dalam (amnion), dan ketuban.

‌Kondisi medis ini memengaruhi sekitar 1 hingga 5 persen kelahiran cukup bulan, tetapi dapat memengaruhi 40 hingga 70 persen kelahiran prematur, dilansir WebMD. Hal ini sering kali menjadi alasan utama terjadinya kelahiran prematur. Korioamnionitis dapat menyebabkan infeksi serius pada ibu dan bayi jika tidak ditangani.

Penyebab

Korioamnionitis sering kali disebabkan oleh bakteri yang biasanya ditemukan di vagina. Ketika bakteri masuk ke dalam kantung ketuban, infeksi dapat terjadi. Hal ini lebih mungkin terjadi ketika kantong ketuban (kantong berisi air) pecah dalam waktu lama sebelum melahirkan, dilansir Stanford Children’s Health.

Menurut studi, berikut ini faktor risiko korioamnionitis (Vaccine, 2019):

  • Ketuban pecah sebelum persalinan.
  • Usia kehamilan lebih dari 40 minggu.
  • Pemeriksaan vagina yang sering.
  • Persalinan lama.
  • Infeksi menular seksual (IMS).
  • Pemantauan janin internal.
  • Penggunaan alkohol atau tembakau.
  • Streptokokus grup B positif.
  • Infeksi vaginosis bakterialis.

Gejala

Korioamnionitis: Penyebab, Gejala, Diagnosis, Pengobatanilustrasi korioamnionitis atau chorioamnionitis (my.clevelandclinic.org)

Gejala korioamnionitis bisa bermacam-macam dan biasanya berupa demam saat hamil. Tanda-tanda lainnya antara lain:

  • Leukositosis ibu (jumlah sel darah putih tinggi).
  • Nyeri atau nyeri tekan pada rahim.
  • Peningkatan detak jantung (pada ibu dan/atau bayi).
  • Cairan ketuban berbau busuk.
  • Nanah pada drainase serviks.

Baca Juga: Ketuban Pecah Dini: Penyebab, Gejala, Penanganan

Diagnosis

Korioamnionitis adalah komplikasi kehamilan yang jarang namun serius yang memerlukan evaluasi dan pengobatan segera.

Korioamnionitis biasanya terjadi setiap kali perempuan hamil mengalami demam. Jadi, kalau kamu mengalaminya sebaiknya segera temui dokter. Proses diagnosis biasanya dimulai dengan pemeriksaan fisik dan riwayat menyeluruh.

Dokter mungkin mendiagnosis korioamnionitis hanya dari gejalanya saja. Faktor-faktor yang digunakan untuk mendiagnosis korioamnionitis termasuk demam di atas 38 derajat Celcius setidaknya satu kali dan satu dari dua temuan klinis lainnya tergantung pada kriteria yang digunakan.

Menurut American College of Obstetricians and Gynecologists, gejala klasik korioamnionitis yang digunakan untuk diagnosis meliputi:

  • Takikardia pada ibu hamil.
  • Takikardia janin.
  • Leukositosis pada ibu hamil (jumlah sel darah putih tinggi).
  • Nyeri tekan rahim.
  • Cairan ketuban berbau busuk.

Amniosentesis adalah prosedur yang dapat mendiagnosis korioamnionitis namun biasanya tidak digunakan karena diketahui adanya risiko pada bayi. Ini melibatkan penggunaan jarum untuk mengeluarkan sejumlah kecil cairan ketuban untuk pengujian.

Pengobatan

Korioamnionitis: Penyebab, Gejala, Diagnosis, Pengobatanilustrasi obat-obatan (pexels.com/Karolina Grabowska)

Apabila kamu didiagnosis dengan korioamnionitis, kamu akan segera dirawat untuk mencegah komplikasi.

Perawatan dini dapat menurunkan demam, mempersingkat waktu pemulihan, dan menurunkan risiko infeksi dan komplikasi pada bayi.

Antibiotik biasanya digunakan dan umumnya diberikan melalui infus dan dilanjutkan sampai kamu melahirkan bayi.

Kamu mungkin menerima beberapa antibiotik ini:

  • Ampicillin
  • Penicillin
  • Gentamicin
  • Clindamycin
  • Metronidazole

Ketika infeksinya merespons pengobatan, dokter akan menghentikan pemberian antibiotik. Kamu akan bisa meninggalkan rumah sakit setelah tidak lagi demam dan dokter merasa kamu sudah pulih.

Mengutip dari Healthline, kebanyakan pasien rawat jalan tidak memerlukan antibiotik oral.

Komplikasi yang bisa terjadi

Ada komplikasi serius pada ibu dan bayi yang berhubungan dengan korioamnionitis. Bagi perempuan hamil, korioamnionitis dapat menyebabkan:

  • Kelahiran prematur (melahirkan sebelum usia kehamilan 37 minggu).
  • Intervensi persalinan.
  • Transfusi darah.
  • Atonia uteri (kegagalan rahim berkontraksi).
  • Abses panggul.
  • Peritonitis.
  • Pendarahan.
  • Endometritis pascapersalinan.
  • Sepsis.
  • Sindrom gangguan pernapasan akut (ARDS).
  • Dirawat di unit perawatan intensif (ICU).

Kemungkinan komplikasi pada bayi antara lain:

  • Pneumonia.
  • Meningitis.
  • Sepsis.
  • Perdarahan intraventrikular.
  • Sindrom respons inflamasi janin (FIRS).
  • Kebutuhan akan ventilasi mekanis.

Komplikasi jangka panjang pada bayi mungkin termasuk:

  • Displasia bronkopulmoner (penyakit paru-paru pada bayi prematur).
  • Periventricular leukomalacia (cedera otak yang menyerang bayi prematur).
  • Cerebral palsy (kecacatan motorik pada anak).

Pencegahan

Korioamnionitis: Penyebab, Gejala, Diagnosis, Pengobatanilustrasi pemeriksaan prenatal rutin (pexels.com/MART PRODUCTION)

Dokter akan melakukan segala upaya untuk mencegah berkembangnya infeksi. Ini bisa dilakukan dengan beberapa cara, seperti:

  • Skrining untuk vaginosis bakterialis pada trimester kedua.
  • Skrining untuk infeksi streptokokus grup B setelah kamu mencapai usia kehamilan 35 hingga 37 minggu.
  • Mengurangi jumlah pemeriksaan vagina yang dilakukan selama persalinan.
  • Meminimalkan frekuensi pemantauan internal.

Penting untuk menghadiri pemeriksaan rutin kehamilan dengan dokter dan menjawab pertanyaan serta kekhawatiran mengenai korioamnionitis atau masalah kehamilan atau persalinan lainnya.

Baca Juga: Plasenta Previa: Gejala, Penyebab, Diagnosis, Pengobatan

Topik:

  • Nurulia R F

Berita Terkini Lainnya