Pneumonia saat Hamil: Penyebab, Gejala, Pengobatan

Pada kehamilan, ada risiko pneumonia yang lebih tinggi

Pneumonia adalah suatu kondisi yang memengaruhi paru-paru, menyebabkan batuk, demam, dan kesulitan bernapas. Bagi banyak orang, gejalanya cukup ringan sehingga dapat ditangani di rumah. Namun, bagi sebagian orang pneumonia memerlukan perawatan di rumah sakit.

Pada kehamilan, ada risiko pneumonia yang lebih tinggi. Ini karena hamil secara alami melemahkan sistem kekebalan tubuh, membuat ibu hamil lebih rentan terhadap infeksi dan penyakit.

Jika pneumonia berkembang dan menyebabkan komplikasi, ini dapat menimbulkan risiko serius bagi ibu dan bayi. Dalam kasus parah, ini dapat menyebabkan kelahiran prematur dan berat badan lahir rendah selain risiko lainnya. Maka dari itu, ibu hamil harus segera menemui dokter jika mengalami gejala pneumonia.

1. Penyebab dan faktor risiko

Kehamilan menempatkan perempuan pada risiko untuk mengembangkan pneumonia. Ini sebagian disebabkan oleh penekanan kekebalan alami selama kehamilan, karena tubuh bekerja lebih keras untuk menopang bayi yang sedang tumbuh. 

Ibu hamil juga mungkin lebih rentan terhadap flu dan mengalami penurunan kapasitas paru-paru. Ini membuat mereka lebih rentan terhadap komplikasi seperti pneumonia.

Virus flu atau infeksi bakteri yang menyebar ke paru-paru menyebabkan pneumonia. Infeksi bakteri adalah penyebab paling umum. Ini sering disebut sebagai "pneumonia yang didapat dari komunitas." Bakteri penyebabnya meliputi:

  • Haemophilus influenzae.
  • Mycoplasma pneumoniae.
  • Streptococcus pneumoniae.

Infeksi dan komplikasi virus berikut juga dapat menyebabkan pneumonia:

  • Influenza.
  • Respiratory distress syndrome.
  • Varisela (cacar air).

Ibu hamil mungkin berada pada peningkatan risiko tertular pneumonia apabila:

  • Mengalami anemia.
  • Mengidap asma.
  • Memiliki penyakit kronis.
  • Bekerja dengan anak kecil.
  • Sering mengunjungi rumah sakit atau panti jompo.
  • Memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah.
  • Merokok.

2. Gejala

Pneumonia saat Hamil: Penyebab, Gejala, Pengobatanilustrasi gejala pneumonia saat hamil (pexels.com/Edward Jenner)

Karena gejala pneumonia sering dimulai sebagai flu atau pilek, ibu hamil mungkin akan mengalami gejala seperti sakit tenggorokan, nyeri tubuh, dan sakit kepala. Pneumonia sendiri menyebabkan gejala yang jauh lebih buruk, seperti:

  • Kesulitan bernapas.
  • Menggigil.
  • Sakit dada.
  • Batuk yang makin parah.
  • Kelelahan berlebihan.
  • Demam.
  • Kehilangan selera makan.
  • Pernapasan cepat.
  • Muntah.

Gejala pneumonia pada ibu hamil umumnya tidak berbeda antara trimester. Akan tetapi, mungkin gejalanya akan disadari di kemudian hari dalam kehamilan. Penyebabnya mungkin karena ketidaknyamanan lain yang dialami ibu hamil.

3. Kapan harus menemui dokter?

Segera hubungi dokter segera setelah mulai mengalami gejala pneumonia. Makin lama menunggu, maka makin tinggi risiko komplikasi.

Flu sering dianggap sebagai pendahulu pneumonia, terutama selama kehamilan. Jika mengidap pneumonia, segera pergi ke rumah sakit untuk mencegah infeksi makin parah. 

Ibu hamil mungkin memerlukan perawatan medis jika mengalami:

  • Sakit di perut.
  • Sakit dada.
  • Kesulitan bernapas.
  • Demam tinggi.
  • Muntah yang berlangsung selama 12 jam.
  • Pusing atau pingsan.
  • Kebingungan.
  • Kurangnya gerakan dari bayi (paling terlihat pada trimester kedua dan ketiga).

Baca Juga: Pneumonia Atipikal: Penyebab, Gejala, dan Pengobatan

4. Diagnosis

Pneumonia saat Hamil: Penyebab, Gejala, Pengobatanilustrasi pemeriksaan kehamilan ke dokter (pexels.com/MART PRODUCTION)

Untuk menegakkan diagnosis pneumonia saat hamil, dokter dapat melakukan:

  • Mendengarkan paru-paru.
  • Memesan sinar-X paru-paru (sinar-X dada dianggap aman selama kehamilan).
  • Menilai gejala dan riwayat kesehatan.
  • Mengambil sampel dahak.

5. Pengobatan

Perawatan umum untuk pneumonia virus juga dianggap aman digunakan selama kehamilan. Obat antivirus dapat mengobati pneumonia pada tahap awal. Terapi pernapasan juga dapat digunakan.

Apabila ibu hamil mengidap pneumonia bakteri, dokter mungkin meresepkan antibiotik. Antibiotik tidak dapat mengobati infeksi virus.

Dokter mungkin juga meresepkan obat pereda nyeri yang dijual bebas untuk mengurangi demam dan nyeri, misalnya asetaminofen.

Tidur dan minum cairan juga penting dalam pemulihan. Jangan minum obat atau suplemen baru tanpa berkonsultasi dengan dokter terlebih dulu.

6. Komplikasi yang dapat terjadi

Pneumonia saat Hamil: Penyebab, Gejala, Pengobatanilustrasi pneumonia saat hamil (pexels.com/Josh Willink)

Pneumonia adalah penyakit parah dan dapat menyebabkan komplikasi berbahaya bagi ibu dan bayi apabila tidak ditangani.

Adanya pneumonia pada ibu hamil dapat menyebabkan kadar oksigen tubuh turun karena paru-paru tidak dapat menangkap dan mengarahkan cukup oksigen ke seluruh tubuh. Ini berarti berkurangnya kadar oksigen bisa sampai ke rahim untuk menopang bayi.

Infeksi asli juga dapat menyebar dari paru-paru ke bagian lain dari tubuh, seperti aliran darah.

Pada kasus yang parah, pneumonia selama kehamilan dapat menyebabkan:

  • Bayi lahir prematur.
  • Berat badan lahir rendah.
  • Keguguran. 
  • Gagal napas.

Banyak ibu hamil khawatir bahwa batuk yang terlalu banyak bisa berbahaya bagi bayi. Namun, bayi dikelilingi oleh cairan ketuban, yang melindunginya dari batuk, getaran, kebisingan, tekanan, dan benturan ringan.

Komplikasi pneumonia bisa dicegah dengan pengobatan sedini mungkin. Ibu hamil yang segera menerima perawatan dapat memiliki kehamilan dan bayi yang sehat.

Menurut laporan dalam Critical Care Medicine (2005), ada peningkatan risiko kematian pada ibu hamil dengan pneumonia dibanding mereka yang tidak hamil. Akan tetapi, beberapa faktor telah mengurangi risiko ini dalam beberapa tahun terakhir, termasuk:

  • Diagnosis cepat.
  • Perawatan intensif.
  • Terapi antimikroba.
  • Vaksin.

7. Pencegahan

Ada beberapa cara untuk meminimalkan kejadian pneumonia saat hamil, di antaranya:

  • Sering cuci tangan.
  • Istirahat yang cukup.
  • Menerapkan pola makan sehat bergizi seimbang.
  • Rutin olahraga.
  • Menghindari kontak dengan orang sakit.
  • Tidak merokok.

Ibu hamil juga disarankan untuk mendapatkan vaksin flu secara berkala untuk melindungi dari infeksi influenza. Vaksin flu juga dapat melindungi bayi dari flu setelah lahir. Perlindungan ini dapat berlangsung hingga bayi berusia 6 bulan.

Siapa pun yang mengalami pilek atau flu selama kehamilan harus memberi tahu dokter sesegera mungkin untuk membantu mencegah penyakit berkembang menjadi pneumonia.

Baca Juga: Pneumonia Aspirasi: Penyebab, Gejala, Komplikasi, Pengobatan

Topik:

  • Nurulia R F
  • Delvia Y Oktaviani

Berita Terkini Lainnya