Sirosis: Penyebab, Gejala, Diagnosis, Komplikasi, dan Pengobatan

Kondisi organ hati terluka dan rusak secara permanen

Sirosis adalah kondisi ketika organ hati atau lever terluka dan rusak secara permanen. Jaringan parut menggantikan jaringan hati yang sehat, yang akhirnya menghalangi organ ini bekerja secara normal. Saat sirosis makin parah, hati akan mulai mengalami kegagalan.

Di bawah ini akan dijabarkan penjelasan seputar pengertian, gejala, penyebab, diagnosis, pengobatan, serta potensi komplikasi dari sirosis yang dapat terjadi. Simak, ya!

1. Apa itu sirosis?

Sirosis adalah penyakit hati stadium akhir saat jaringan hati yang sehat diganti dengan jaringan parut dan hati rusak secara permanen. Jaringan parut membuat organ ini tidak mampu bekerja dengan baik.

Ada banyak penyakit dan kondisi hati yang merusak sel-sel hati yang sehat, menyebabkan kematian sel, dan peradangan atau inflamasi. Ini diikuti dengan perbaikan sel dan akhirnya terbentuk jaringan parut sebagai akibat dari proses perbaikan tersebut.

Terbentuknya jaringan parut ini akan menghalangi aliran darah melalui hati dan memperlambat kemampuan hati untuk memproses nutrisi, hormon, obat-obatan, dan racun. Ini juga mengurangi produksi protein dan zat lain yang dibuat oleh hati. Sirosis akhirnya membuat hati tidak bekerja sebagaimana mestinya. Sirosis stadium akhir dapat mengancam jiwa penderitanya, mengutip Cleveland Clinic.

2. Penyebab dan faktor risiko

Sirosis: Penyebab, Gejala, Diagnosis, Komplikasi, dan Pengobatanilustrasi hati yang normal vs hati yang mengalami sirosis (commons.wikimedia.org/BruceBlaus)

Menurut National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Diseases (NIDDK), sirosis memiliki banyak penyebab. Beberapa orang dengan sirosis mungkin memiliki lebih dari satu penyebab kerusakan lever.

Penyebab sirosis paling umum di antaranya:

  • Penyakit hati terkait alkohol atau alcoholic liver disease, yaitu kerusakan lever dan fungsinya akibat penyalahgunaan alkohol.
  • Penyakit hati berlemak non-alkohol atau nonalcoholic fatty liver disease.
  • Hepatitis C kronis.
  • Hepatitis B kronis.

Sementara itu, penyebab sirosis yang kurang umum bisa meliputi:

  • Hepatitis autoimun.
  • Penyakit yang merusak, menghancurkan, atau menyumbat saluran empedu, seperti kolangitis bilier dan kolangitis sklerosis primer.
  • Penyakit hati yang diturunkan (dari orang tua ke anak melalui gen) yang memengaruhi cara kerja hati, seperti penyakit Wilson, hemokromatosis, dan defisiensi alfa-1-antitripsin.
  • Penggunaan jangka panjang obat-obatan tertentu.
  • Gagal jantung kronis yang membuat aliran darah yang keluar dari hati melambat.

Menambahkan dari Mayo Clinic, ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko sirosis, yakni:

  • Konsumsi alkohol yang berlebihan. Ini merupakan faktor risiko sirosis.
  • Kelebihan berat badan, karena ini meningkatkan risiko kondisi yang dapat menyebabkan sirosis, seperti penyakit hati berlemak non-alkohol dan steatohepatitis non-alkohol.
  • Menderita hepatitis virus. Tidak semua orang dengan hepatitis kronis akan berkembang menjadi sirosis, tetapi ini adalah salah satu penyebab utama penyakit hati di dunia.

Baca Juga: Mengenal Gagal Hati, Masalah Hati yang Bisa Mengancam Jiwa

3. Gejala

Kamu mungkin tidak memiliki tanda atau gejala sirosis hingga kerusakan pada lever sudah parah.

Gejala awal sirosis mungkin meliputi:

  • Merasa lemah atau lelah.
  • Nafsu makan yang buruk.
  • Kehilangan berat badan tanpa penyebab yang jelas.
  • Mual dan muntah.
  • Nyeri ringan atau ketidaknyamanan pada sisi kanan atas perut.

Seiring fungsi hati yang memburuk, penderitanya mungkin akan memiliki gejala lainnya yang dapat mencakup:

  • Mudah memar dan berdarah.
  • Kebingungan, sulit berpikir, kehilangan memori, perubahan kepribadian, atau gangguan tidur.
  • Pembengkakan atau edema di kaki bagian bawah, pergelangan kaki, atau telapak kaki.
  • Perut membesar akibat penumpukan cairan di perut (asites).
  • Kulit gatal yang parah.
  • Warna urine menggelap.
  • Warna kekuningan pada bagian putih mata dan kulit (penyakit kuning atau jaundice)

4. Diagnosis

Sirosis: Penyebab, Gejala, Diagnosis, Komplikasi, dan Pengobatanilustrasi konsultasi dokter (pexels.com/cottonbro)

Diagnosis untuk sirosis akan diawali dengan wawancara seputar riwayat kesehatan lengkap dan pemeriksaan fisik.

Pemeriksaan riwayat kesehatan akan termasuk penggunaan alkohol secara berlebihan dalam jangka panjang, paparan hepatitis C, riwayat keluarga dengan penyakit autoimun, atau faktor risiko lainnya.

Pemeriksaan fisik dapat menunjukkan gejala seperti:

  • Kulit pucat.
  • Bagian putih mata menguning.
  • Telapak tangan berwarna merah.
  • Tremor di tangan.
  • Pembesaran hati dan limpa.
  • Testis kecil.
  • Jaringan payudara berlebih (pada laki-laki).
  • Penurunan kewaspadaan.

Beberapa tes dapat menunjukkan seberapa parah kerusakan pada hati, beberapa di antaranya yang mungkin dibutuhkan antara lain:

  • Tes darah lengkap, untuk melihat bila ada anemia.
  • Tes koagulasi darah, untuk melihat seberapa cepat darah membeku.
  • Tes albumin, untuk menguji protein yang diproduksi di hati.
  • Tes fungsi hati.
  • Alpha fetoprotein, untuk skrining kanker hati.

Tes tambahan yang bisa dilakukan untuk mengevaluasi lever termasuk:

  • Endoskopi pencernaan bagian atas, untuk melihat bila ada varises esofagus.
  • Ultrasound hati.
  • MRI perut.
  • CT scan perut.
  • Biopsi hati, yang merupakan tes definitif untuk sirosis.

5. Komplikasi yang dapat terjadi

Komplikasi yang dapat ditimbulkan dari sirosis antara lain:

  • Tekanan darah tinggi pada vena yang menyuplai hati (hipertensi portal). Sirosis memperlambat aliran normal darah melalui hati, sehingga meningkatkan tekanan dalam vena yang membawa darah ke hati dari usus dan limpa.
  • Pembesaran limpa atau splenomegali. Hipertensi portal juga dapat menyebabkan perubahan dan pembengkakan limpa, serta terperangkapnya sel darah putih dan trombosit. Penurunan sel darah putih dan trombosit dalam darah bisa menjadi tanda awal sirosis.
  • Pembengkakan pada kaki dan perut. Peningkatan tekanan di vena portal dapat menyebabkan cairan menumpuk di kaki (edema) dan di perut (asites). Keduanya juga bisa terjadi akibat ketidakmampuan hati untuk membuat cukup protein darah tertentu, seperti albumin.
  • Infeksi. Adanya sirosis membuat tubuh lebih mungkin mengalami kesulitan dalam melawan infeksi. Asites dapat menyebabkan peritonitis bakteri yang merupakan infeksi serius.
  • Pendarahan. Hipertensi portal bisa menyebabkan darah dialihkan ke vena yang lebih kecil. Karena adanya tekanan ekstra, pembuluh darah yang lebih kecil ini bisa pecah dan menyebabkan pendarahan serius. Hipertensi portal dapat menyebabkan pembesaran vena (varises) di kerongkongan (varises esofagus) atau perut (varises lambung) dan menyebabkan perdarahan yang mengancam jiwa. Jika hati tidak dapat membuat faktor pembekuan darah yang cukup, ini juga dapat menyebabkan pendarahan yang berkelanjutan.
  • Malnutrisi. Sirosis dapat mempersulit tubuh memproses nutrisi, yang menyebabkan kelemahan dan penurunan berat badan.
  • Penyakit kuning. Ini terjadi ketika hati yang sakit tidak mengeluarkan cukup bilirubin, produk limbah darah, dari darah. Penyakit kuning menyebabkan kulit dan bagian putih mata menguning dan urine menjadi gelap.
  • Penumpukan racun di otak atau ensefalopati hepatik. Hati yang rusak akibat sirosis tidak mampu membersihkan racun dari darah sebaik hati yang sehat. Racun ini kemudian dapat menumpuk di otak dan menyebabkan kebingungan mental dan sulit konsentrasi. Seiring waktu, ensefalopati hepatik dapat berkembang menjadi tidak responsif atau koma.
  • Penyakit tulang. Beberapa orang dengan sirosis kehilangan kekuatan tulang dan lebih berisiko mengalami patah tulang.
  • Peningkatan risiko kanker hati. Sebagian besar orang yang mengembangkan kanker hati memiliki sirosis yang sudah ada sebelumnya.
  • Sirosis akut-kronis. Beberapa pasien pada akhirnya mengalami kegagalan multiorgan. Para peneliti percaya ini adalah komplikasi yang berbeda pada beberapa pasien sirosis, tetapi penyebabnya belum sepenuhnya dipahami.

6. Pengobatan

Sirosis: Penyebab, Gejala, Diagnosis, Komplikasi, dan Pengobatanilustrasi obat-obatan (IDN Times/Aditya Pratama)

Dilansir Better Health Channel, sirosis tidak bisa disembuhkan. Namun, dalam beberapa kasus pengobatan dapat membantu mengurangi kemungkinan kondisi memburuk.

Pilihan pengobatan yang tersedia meliputi:

  • Mengobati penyebab yang mendasari kerusakan hati. Misalnya mengobati infeksi virus hepatitis (B atau C) yang mendasarinya, atau pengambilan darah untuk menurunkan kadar zat besi pada hemokromatosis.
  • Perubahan pola makan dan gaya hidup. Pola makan rendah lemak dan tinggi protein, serta rutin olahraga, dapat membantu mencegah malnutrisi.
  • Menghindari alkohol. Alkohol dapat merusak hati dan membahayakan jaringan hati yang masih sehat.
  • Konsumsi obat-obatan tertentu. Contohnya beta-blocker untuk mengurangi tekanan darah dan menurunkan risiko pendarahan, atau obat diuretik untuk mengeluarkan cairan yang berlebihan dari tubuh.
  • Mencegah penggunaan obat-obatan tertentu yang dapat memperburuk gejala. Misalnya obat antiinflamasi nonsteroid, opiat, atau obat penenang.
  • Cek kesehatan secara rutin. Ini termasuk pemeriksaan untuk kanker hati.
  • Rutin menjalani prosedur endoskopi. Tujuannya adalah untuk memeriksa apakah ada varises di dalam kerongkongan atau perut.
  • Tranplantasi hati. Bila memungkinkan, opsi ini bisa dipertimbangkan pada kasus sirosis yang parah.

7. Pencegahan

Ada banyak cara untuk menjaga lever tetap sehat dan mencegah sirosis, yaitu dengan:

  • Tidak mengonsumsi alkohol secara berlebihan. Minumlah dalam jumlah sedang, yaitu maksimal satu gelas untuk perempuan dan dua gelas untuk laki-laki. Akan tetapi, yang paling baik adalah dengan menjauhi alkohol.
  • Hindari terlibat dalam perilaku seks yang berisiko, seperti seks tanpa pengaman dengan banyak pasangan.
  • Berhati-hatilah saat menggunakan produk pembersih, pestisida, dan bahan kimia lainnya. Orang-orang yang menggunakan produk-produk tersebut secara rutin harus menggunakan pakaian pelindung, termasuk sarung tangan dan masker, saat melakukannya.
  • Dapatkan vaksin untuk hepatitis B.
  • Terapkan pola makan sehat bergizi seimbang.
  • Lakukan cek kesehatan secara rutin dan ikuti rekomendasi dokter untuk mengontrol berat badan, tekanan darah, kolesterol darah, dan gula darah bila punya diabetes.  

Mengingat sirosis tidak bisa dipulihkan atau diperbaiki setelah mencapai tahap tertentu, pencegahan dianggap sebagai bentuk pengobatan terbaik. Dengan melakukan tips pencegahan di atas dan menerapkan pola hidup bersih dan sehat, kamu dapat mencegah berbagai penyakit dan kondisi hati yang bisa menyebabkan sirosis. Hidup sehat, yuk!

Baca Juga: Mengenal Hepatomegali, Pembesaran Hati Melebihi Ukuran Normal

Topik:

  • Nurulia R F

Berita Terkini Lainnya