Ada beberapa alasan kenapa kulit bayi paling rentan saat terpapar air banjir:
Bayi dan anak kecil memiliki sistem tubuh yang berbeda dari orang dewasa. Kulit mereka masih sangat lembut, tipis, dan lapisan pelindung kulit (barrier kulit) belum sekuat orang dewasa. Ditambah, sistem kekebalan tubuh mereka belum matang sepenuhnya, sehingga potensi infeksi lebih tinggi jika kulit terpapar kontaminan.
Ini membuat bayi sangat rentan terhadap penyakit kulit, terutama jika kulitnya lembap, terendam air banjir, atau terkena air yang tercemar. Ketika lingkungan setelah banjir cenderung lembap dan tidak higienis, bahkan kontak ringan saja bisa memicu gangguan kulit.
Air banjir biasanya bukan air bersih. Air ini bisa tercemar oleh limbah rumah tangga, sampah, tinja, bahan kimia, bahkan kotoran dari sistem pembuangan yang meluap. Paparan terhadap air tercemar ini dapat menyebabkan infeksi kulit, iritasi, radang, maupun dermatitis, terutama jika kulit bayi mengalami luka kecil atau lecet.
Menurut pakar dan laporan kesehatan pascabanjir, banyak masalah kulit muncul: infeksi bakteri atau jamur, ruam, lecet, hingga kondisi inflamasi bila kulit terpapar terlalu lama dalam air banjir atau kelembapan tinggi.
Bayi, bukan cuma kulitnya, tetapi mereka juga lebih rentan secara keseluruhan terhadap dampak banjir. Studi menunjukkan bahwa setelah banjir, risiko sakit pada bayi dan anak meningkat, seperti penyakit kulit, infeksi saluran napas, infeksi usus, hingga malnutrisi.
Dalam konteks kulit, jika bayi terpapar air banjir, terutama dalam jangka waktu lama atau berkali-kali, kemungkinan besar mereka bisa mengalami infeksi kulit (bakteri atau jamur), ruam, bahkan luka yang sulit sembuh karena kulit dan imunitas belum optimal.