ilustrasi sulit tidur (freepik.com/jcomp)
Dilansir Verywell Health, ada hubungan antara nyeri artritis dan kurang tidur. Nyeri para artritis atau radang sendi bisa membuat pasien sulit untuk mendapatkan istirahat malam yang berkualitas; dan semakin buruk kualitas tidur pasien, makin banyak rasa sakit yang dirasakan.
Dikatakan bahwa bila pasien artritis bisa meningkatkan atau memperbaiki kualitas tidurnya, gejala nyeri yang dirasakan pun bisa berkurang. Namun, sayangnya masalah tidur pada pasien artritis cenderung diabaikan.
Artritis diketahui dapat menimbulkan nyeri, kekakuan, dan pembengkakan di sekitar sendi yang terdampak. Jenis paling umum artritis adalah osteoartritis (OA), artritis reumatoid (RA), artritis psoriatik (PsA), dan gout—semua dapat memengaruhi tidur dan menyebabkan kelelahan.
Menurut sebuah laporan dalam jurnal Arthritis Care & Research tahun 2015 mencatat bahwa hingga 31 persen orang dengan OA lutut melaporkan masalah untuk tertidur, dengan 81 persen sulit mempertahankan tidur, dan 77 persen melaporkan masalah tidur secara keseluruhan. Masalah tidur pada pasien OA juga dihubungkan dengan suasana hati depresi dan disabilitas fungsional.
Sebuah studi dalam Journal of Clinical Medicine tahun 2018 meneliti kualitas tidur orang dengan RA dan hubungannya dengan sejumlah faktor, termasuk peradangan, nyeri, dan disablitas fungsional. Peserta studi RA, kebanyakan perempuan, 57 persen dari mereka mengalami masalah tidur. Mereka juga mengalami tingkat nyeri yang tinggi dan insiden disabilitas fungsional yang lebih tinggi.
Laporan dalam jurnal Reumatologia tahun 2019 menemukan bahwa 68 persen orang dengan PsA melaporkan kualitas tidur yang buruk. Tim peneliti juga menggarisbawahi bahwa orang dengan PsA yang mengalami gangguan tidur mengalami kualitas hidup dan tingkat kelelahan sehari-hari yang parah.
Sementara itu, berdasarkan laporan dalam jurnal Arthritis Research & Therapy tahun 2019, 23 persen partisipan dengan gout yang disurvei memiliki gangguan tidur yang terdiagnosis dokter. Gangguan tidur yang paling banyak dilaporkan adalah sleep apnea, yang dilaporkan sebanyak 17 persen responden. Selain itu, 86 persen melaporkan mendengkur dan 45 persen melaporkan mengalami mendengus, terengah-engah, atau berhenti bernapas saat tidur.