Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

6 Penyebab Bilirubin Tinggi pada Bayi, Menyebabkan Penyakit Kuning

ilustrasi bayi dengan bilirium tinggi (pexels.com/Antoni Shkraba Studio)

Kadar bilirubin yang meningkat pada bayi bisa menyebabkan kondisi yang dikenal sebagai penyakit kuning. Meskipun kondisi ini cukup sering terjadi pada bayi baru lahir, tetap diperlukan diwaspadai. Penyebab utamanya adalah organ hati bayi yang belum sepenuhnya berkembang, sehingga belum mampu membuang bilirubin secara efektif dari tubuh.

Penyakit kuning biasanya terlihat dari perubahan warna noda pada wajah, dada, perut, kaki, hingga bagian putih mata. Jika kadar bilirubin terlalu tinggi dan tidak segera ditangani, hal ini bisa berujung pada komplikasi serius. Itulah mengapa penting bagi orang tua untuk memahami penyebab bilirubin tinggi pada bayi. Yuk, cari tahu lebih lanjut melalui penjelasan di bawah ini!

1. Ketidakcocokan golongan darah

ilustrasi golongan darah (pexels.com/Charlie-Helen Robinson)

Ketidakcocokan golongan darah antara ibu dan bayi menjadi salah satu penyebab tingginya bilirubin. Kondisi tersebut sering disebut sebagai inkompatibilitas ABO atau Rh. Misalnya, jika ibu memiliki golongan darah O dan bayi A atau B, atau ibu memiliki Rh negatif dan bayi Rh positif.

Ketika terjadi inkompatibilitas, sistem kekebalan sang ibu akan memproduksi antibodi. Kemudian masuk melalui plasenta dan menghancurkan sel darah merah bayi. Penghancuran sel darah merah dalam jumlah besar inilah yang menyebabkan tubuh menghasilkan terlalu banyak bilirubin.

2. Infeksi

Bayi (pexels.com/Pixabay)

Infeksi pada bayi bisa memicu penyakit kuning dan kasar bilirubin tinggi. Biasanya disebabkan oleh virus (seperti virus CMV) atau bakteri (seperti infeksi saluran kemih). Dalam beberapa kasus, penyakit kuning juga bisa menjadi tanda infeksi yang lebih serius, seperti herpes simpleks atau sepsis.

Selain memicu gejala tersebut, infeksi juga bisa mengganggu fungsi hati bayi. Ketika hati tidak bekerja optimal, proses pengolahan dan pengeluaran bilirubin menjadi terhambat. Akibatnya, bilirubin yang belum diproses dan sudah diproses tidak bisa keluar dan menumpuk di dalam darah.

3. Masalah genetik

Bayi (pexels.com/HIGHER VIBRATION)

Masalah genetik turut memengaruhi cara tubuh bayi memproduksi, memproses, atau membuang bilirubin. Kondisi ini menyebabkan Sel darah merah lebih mudah rusak. Salah satu contohnya adalah defisiensi G6PD, yaitu kelainan genetik yang terjadi karena tubuh kekurangan enzim glucose-6-phosphate dehydrogenase (G6PD).

Ada juga sindrom Gilbert, kelainan genetik yang umum terjadi dan biasanya ringan. Disebabkan karena hati tidak memproduksi cukup enzim UGT1A1, sehingga kesulitan memproses bilirubin secara efisien. Tak hanya itu, masih ada berbagai penyakit genetik lainnya yang dapat memicu tingginya kadar bilirubin dalam tubuh bayi.

4. Kelahiran prematur

ilustrasi bayi lahir prematur (pexels.com/Lemniscate)

Kelahiran prematur terjadi ketika bayi lahir 3 minggu lebih awal dari perkiraan hari kelahirannya. Kondisi ini membuat bayi tidak memiliki cukup waktu untuk tumbuh dan berkembang sebaik yang seharusnya sebelum lahir. Bahkan bayi prematur kurang siap untuk memproses bilirubin.

Ada kemungkinan juga bayi prematur memiliki kadar bilirubin yang lebih rendah dibandingkan bayi yang lahir pada waktunya. Ditambah, bayi prematur mungkin menyusu lebih sedikit dan buang air besar lebih jarang, sehingga bilirubin yang dikeluarkan melalui tinja juga lebih sedikit.

5. Gangguan ASI

ilustrasi bayi menyusui (pexel.com/Blond Fox)

Ada dua jenis gangguan ASI yang dapat berhubungan dengan bilirubin tinggi pada bayi, yaitu ikterus akibat kurangnya asupan ASI atau adanya enzim tertentu dalam ASI yang dapat meningkatkan kadar bilirubin dalam darah. Kurangnya ASI yang seharusnya diterima bayi bisa memengaruhi fungsi hati dan membuat bayi dehidrasi.

Selain itu, enzim tertentu yang mungkin terdapat dalam ASI juga memicu penyakit kuning ASI. Kondisi ini biasanya tidak berbahaya dan berlangsung selama beberapa minggu saja.

6. Fungsi hati yang buruk

Bayi (pexels.com/Sunvani Hoàng)

Bayi yang baru lahir umumnya memproduksi lebih banyak bilirubin dibandingkan orang dewasa. Ini disebabkan oleh tingginya produksi bilirubin serta cepatnya proses pemecahan sel darah merah di awal masa kehidupan mereka. Organ utama yang berperan dalam membuang bilirubin dari tubuh adalah hati.

Dalam kondisi normal, hati akan menyaring bilirubin dari darah dan mengalirkannya ke usus untuk dikeluarkan. Namun, karena hati bayi belum sepenuhnya berkembang, proses ini bisa berjalan lambat, sehingga bilirubin menumpuk di dalam tubuh. Akibatnya, bayi bisa mengalami kondisi yang dikenal sebagai penyakit kuning.

Kadar bilirubin yang tinggi adalah kondisi yang umum karena bayi tidak bisa menangani kelebihan zat tersebut di dalam tubuhnya. Jika kondisi ini terjadi, memberi bayi susu lebih sering adalah cara terbaik. Pastikan untuk tetap memantau gejala dan segera hubungi dokter jika kondisinya semakin parah.

Referensi

“Infant jaundice”. Mayo Clinic. Diakses Juli 2025.
“Jaundice in Children”. Nationwide Children's Hospital. Diakses Juli 2025.
“Jaundice in babies”. Better Health Channel. Diakses Juli 2025.
“Jaundice”. KidsHealth. Diakses Juli 2025.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Izza Namira
EditorIzza Namira
Follow Us