Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi lansia (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Intinya sih...

  • Afasia dan disartria adalah gangguan komunikasi yang disebabkan oleh kerusakan otak, namun memiliki gejala dan pendekatan pengobatan yang berbeda.
  • Afasia memengaruhi kemampuan menggunakan bahasa, sementara disartria memengaruhi otot-otot yang digunakan untuk berbicara.
  • Penyebab afasia antara lain stroke, cedera kepala, atau demensia, sedangkan disartria dapat disebabkan oleh berbagai kondisi.

Afasia dan disartria adalah dua gangguan komunikasi yang dapat memengaruhi kemampuan bicara. Kedua kondisi ini disebabkan oleh kerusakan pada otak, tetapi jika afasia menyebabkan kesulitan dalam mengekspresikan dan memahami pembicaraan, disartria menyebabkan kesulitan mengendalikan otot-otot yang diperlukan untuk berbicara. Kerusakan otak yang menyebabkan kondisi ini dapat terjadi secara tiba-tiba atau secara bertahap.

Kedua gangguan komunikasi ini adalah kondisi yang berbeda dengan penyebab, gejala, dan pendekatan pengobatan yang berbeda.

Lewat artikel ini akan dibahas secara lebih mendalam mengenai perbedaan antara afasia dan disartria.

1. Pengertian

Afasia adalah gangguan yang memengaruhi kemampuan untuk memahami atau menggunakan bahasa. Seseorang dengan afasia mungkin mengalami kesulitan berbicara, memahami, membaca, atau menulis. Afasia disebabkan oleh kerusakan pada pusat bahasa otak. Namun, afasia tidak memengaruhi kecerdasan.

Sementara itu, disartria adalah gangguan bicara motorik yang memengaruhi otot-otot yang digunakan untuk berbicara, seperti bibir, lidah, dan kotak suara. Disartria dapat membuat seseorang sulit mengucapan sesuatu dengan jelas. Ini juga dapat memengaruhi kerasnya, tinggi rendahnya nada, dan irama bicara.

Individu yang mengalami disartria mungkin mengalami kesulitan menghasilkan bunyi bicara, mungkin berbicara lambat atau dengan irama yang tidak normal, atau mungkin cadel. Disartria bergantung pada penyebab dan tingkat keparahan kondisi tersebut.

2. Gejala

ilustrasi orang berbicara (pexels.com/Antoni Shkraba)

Gejala afasia dapat sangat bervariasi, berdasarkan lokasi dan tingkat keparahan cedera otak awal. Individu dengan afasia mungkin menunjukkan gejala berikut:

  • Berbicara dalam kalimat yang pendek atau tidak lengkap.
  • Berbicara dalam kalimat yang tidak masuk akal.
  • Mengganti satu kata dengan kata lain atau satu bunyi dengan bunyi lain.
  • Mengucapkan kata-kata yang tidak dapat dikenali.
  • Kesulitan menemukan kata-kata.
  • Tidak memahami pembicaraan orang lain.
  • Tidak memahami apa yang mereka baca.
  • Menulis kalimat yang tidak masuk akal.

Gejala disartria sangat bervariasi, bergantung pada bagian otak mana yang rusak. Gejala-gejala tersebut dapat meliputi:

  • Kesulitan menggerakkan lidah atau bibir.
  • Berbicara terlalu cepat atau terlalu lambat.
  • Suara terdengar lemah atau terengah-engah.
  • Kata-kata bergumam, terputus-putus, atau seperti robot.

3. Penyebab

Afasia terjadi karena adanya kerusakan pada pusat bahasa di otak. Kerusakan ini dapat disebabkan oleh stroke, cedera kepala, atau demensia. Stroke terjadi saat pasokan darah ke otak terputus. Cedera kepala terjadi saat kepala terbentur oleh suatu benda. Sementara demensia adalah penurunan kemampuan berpikir.

Disartria merupakan gangguan bicara motorik yang memengaruhi otot-otot yang digunakan untuk berbicara, seperti bibir, lidah, dan pita suara. Disartria dapat membuat seseorang sulit berbicara dengan jelas. Disartria juga dapat memengaruhi kerasnya suara, nada, dan irama bicara.

4. Jenis

Ilustrasi mengobrol. (pexels.com/Liza Summer)

Ada tiga kategori utama afasia, termasuk:

  • Afasia Wernicke: Akibat dari kerusakan pada bagian samping belahan otak kiri. Pengidapnya biasanya akan kesulitan memahami apa yang dikatakan orang lain, tetapi dapat berbicara dalam kalimat panjang yang sering kali tidak masuk akal.
  • Afasia Broca: Akibat dari kerusakan pada bagian depan belahan otak kiri. Orang dengan kondisi ini biasanya memahami apa yang dikomunikasikan orang lain, tetapi mengalami kesulitan memilih dan mengucapkan kata-kata. Mereka sering kali frustrasi karena tidak dapat berkomunikasi secara efektif.
  • Afasia global: Individu dengan kondisi ini mengalami kesulitan memahami dan mengekspresikan ucapan. Ini biasanya merupakan akibat dari cedera otak atau penyakit yang parah dan sering kali disertai dengan kondisi lain, seperti kebutaan atau kelumpuhan.

Disartria dapat dikategorikan berdasarkan jenis pola bicara yang abnormal:

  • Disartria flaccid: Disebabkan kerusakan pada neuron motorik bawah (saraf yang menghubungkan otak dan sumsum tulang belakang ke otot)
  • Disartria spastic: Disebabkan kerusakan pada neuron motorik atas (saraf yang terdapat di dalam otak) dari korteks motorik
  • Disartria ataxic: Disebabkan kerusakan pada koneksi antara otak kecil (area yang bertanggung jawab untuk koordinasi) dan area otak lainnya
  • Disartria hiperkinetik dan hipokinetik: Disebabkan kerusakan pada bagian otak yang mengendalikan otot-otot kepala, leher, dan anggota badan

5. Pengobatan

Beberapa penyebab afasia dapat bersifat sementara, seperti infeksi, kejang, atau migrain. Dalam kasus ini, mengobati penyebab yang mendasarinya dapat menyembuhkan masalah bicara sepenuhnya.

Jika penyebabnya adalah kerusakan otak, gejala dapat membaik dengan berbagai jenis terapi wicara dan bahasa. Terapi ini juga dapat meningkatkan kemampuan berbicara dan memahami.

Sementara, disartria dapat diatasi dengan terapi wicara dan bahasa. Terapi ini dapat membantu seseorang:

  • Memperkuat otot-otot yang diperlukan untuk berbicara.
  • Belajar mengendalikan kecepatan bicara.
  • Mempelajari teknik untuk mengendalikan volume bicara.
  • Belajar berkomunikasi secara efektif dengan cara lain, seperti gerakan tangan dan menulis.

Jadi, walaupun afasia dan disartria sama-sama merupakan kondisi yang memengaruhi kemampuan bicara, tetapi keduanya memiliki penyebab yang berbeda. Karenanya, keduanya memiliki gejala dan membutuhkan pengobatan yang berbeda.

Referensi

"Dysarthria vs Aphasia – What is the Difference?" Better Speech. Diakses pada Januari 2025. 
"Dysarthria vs. Aphasia Disorders: A Complete Guide." Connected Speech Pathology. Diakses pada Januari 2025. 
"Aphasia vs. Dysarthria: What is the Difference?" Medical News Today. Diakses pada Januari 2025.
"What Is the Difference Between Aphasia and Dysarthria?" MedicineNet. Diakses pada Januari 2025. 

Editorial Team