Memahami Kaitan antara Afasia dan Migrain

- Migrain dapat memicu afasia sementara, yang mengganggu kemampuan berbicara dan memahami bahasa.
- Gejala afasia meliputi kesulitan menemukan kata, berbicara tidak masuk akal, hingga kesulitan membaca atau menulis.
- Afasia yang disebabkan oleh migrain biasanya sembuh setelah serangan migrain berakhir.
Sakit kepala migrain adalah sakit kepala intens yang dapat disertai mual, kepekaan terhadap cahaya, dan gangguan penglihatan.
Dalam beberapa kasus, migrain dapat memicu afasia, suatu kondisi yang memengaruhi keterampilan komunikasi seperti berbicara, memahami pembicaraan, membaca, atau menulis. Penelitian telah menunjukkan adanya hubungan antara migrain dan afasia.
Ketahui lebih lanjut hubungan antara migrain dan afasia, beserta gejala dan pengobatan untuk afasia yang terkait dengan migrain.
Migrain dapat memicu afasia
Migrain terkadang dapat menyebabkan afasia sementara (transient aphasia), yang mengganggu kemampuan seseorang untuk berbicara atau memahami bahasa. Hal ini dapat terjadi selama migrain dengan aura, meskipun ini merupakan gejala yang jarang terjadi.
Hanya sekitar 25 persen orang dengan migrain yang mengalami aura, dan bahkan lebih sedikit lagi yang mungkin mengalami afasia sementara sebagai bagian darinya.
Afasia dapat muncul tiba-tiba, baik sebelum atau selama migrain. Jika migrain menyebabkan afasia, gejalanya biasanya hilang setelah migrain berakhir. Perawatan difokuskan pada penanganan migrain untuk mengurangi seberapa sering dan seberapa parahnya.
Hubungan lainnya
Ada hubungan tidak langsung lainnya antara migrain dan afasia. Misalnya, afasia dapat terjadi selama stroke, dan stroke terkadang dapat menyebabkan episode migrain. Namun, ini tidak berarti bahwa afasia itu sendiri dapat menyebabkan episode migrain.
Gejala afasia terkait migrain

Gejala afasia sementara yang disebabkan oleh migrain dapat meliputi:
- Kesulitan menemukan kata yang tepat.
- Berbicara dalam kalimat yang tidak lengkap atau tidak masuk akal.
- Kesulitan memahami bahasa lisan atau tulisan.
- Kesulitan membaca atau menulis.
- Mengulang kata atau frasa secara tidak sengaja.
Dalam kebanyakan kasus, gejala-gejala ini hilang dengan sendirinya setelah episode migrain berakhir. Namun, ini dapat menjadi pengalaman menakutkan, terutama karena afasia juga dapat menjadi gejala stroke.
Pengobatan
Afasia yang disebabkan oleh migrain biasanya sembuh setelah migrain berakhir. Namun, jika afasia disebabkan oleh penyebab lain, seperti stroke, terapi seperti terapi wicara dapat membantu meningkatkan keterampilan berbicara dan bahasa.
Pengobatan migrain berfokus pada pencegahan migrain, mengurangi keparahannya, dan mengelola gejala selama serangan.
Untuk migrain akut, obat-obatan seperti lasmiditan (untuk migrain tanpa aura) atau ubrogepant (untuk migrain dengan atau tanpa aura) sering diresepkan.
Pengobatan jangka pendek umum lainnya meliputi:
- Pereda nyeri (analgesik).
- Obat antiinflamasi nonsteroid.
- Triptan.
- Ergotamin.
Setiap obat memiliki potensi efek samping, jadi penting untuk memberi tahu dokter tentang kondisi kesehatan atau obat-obatan yang sedang dikonsumsi untuk memastikan keamanannya.
Obat migrain akut hanya boleh digunakan sesekali, dengan rekomendasi umum membatasi penggunaan obat ini tidak lebih dari 9 hari per bulan untuk menghindari sakit kepala berulang, yang dapat menyebabkan migrain kronis. Selalu ikuti petunjuk dokter saat mengonsumsi obat ini.
Pencegahan

Mencegah afasia yang dipicu oleh migrain melibatkan pengelolaan pemicu episode migrain dan menjaga kesehatan otak secara keseluruhan. Beberapa strategi yang dapat dipertimbangkan meliputi:
- Mengidentifikasi dan menghindari pemicu migrain, seperti makanan atau minuman tertentu, stres, dan kurang tidur.
- Mengikuti jadwal tidur teratur dan istirahat yang cukup.
- Menjaga tubuh tetap terhidrasi dan menjaga pola makan yang seimbang.
- Mengelola stres melalui teknik relaksasi seperti yoga atau meditasi.
- Menjaga berat badan yang sehat.
- Mengonsumsi obat pencegahan, seperti topiramate atau erenumab, sesuai resep dokter.
Kapan harus mencari pertolongan medis?
Meskipun afasia sementara yang terkait dengan migrain biasanya tidak berbahaya, tetapi penting untuk menyingkirkan kemungkinan kondisi serius lainnya, seperti stroke.
Segera dapatkan pertolongan medis jika mengalami:
- Afasia tiba-tiba dan tanpa peringatan.
- Gejala stroke tambahan, seperti:
- Masalah keseimbangan.
- Perubahan penglihatan.
- Wajah terkulai.
- Kelemahan pada satu sisi tubuh.
- Afasia dengan migrain untuk pertama kalinya.
Migrain dapat menyebabkan afasia sementara, yang umumnya akan hilang setelah migrain berakhir. Sebaliknya, afasia yang disebabkan oleh kerusakan otak, seperti akibat stroke, bersifat permanen namun dapat membaik dengan terapi wicara.
Perawatan migrain sering kali mencakup pengobatan, terapi, dan perubahan gaya hidup untuk mencegah serangan, mengurangi keparahannya, dan mengelola gejalanya.
Referensi
Nidhi Shankar Kikkeri and Shivaraj Nagalli, “Migraine With Aura,” StatPearls - NCBI Bookshelf, February 29, 2024, https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK554611/.
"What is the link between migraine and aphasia?" Medical News Today. Diakses Januari 2025.
"Aphasia can be symptom of migraine as well as stroke." UCLA Health. Diakses Januari 2025.
"Headache after Stroke." Stroke Association. Diakses Januari 2025.
"Connection Between Aphasia and Migraine." Healthline. Diakses Januari 2025.
"Recognizing Aphasia During a Migraine Attack." True North Neurology. Diakses Januari 2025.
"Commonly Used Acute Migraine Treatments." American Migraine Foundation. Diakses Januari 2025.