ilustrasi pilek, flu, dan bersin (pexels.com/Andrea Piacquadio)
Mengutip NBC, Direktur Kesehatan Global untuk Pengobatan Darurat di Columbia University, Craig Spencer, MD, MPH, menjelaskan perbedaan gejala Omicron sesuai status vaksinasi secara lebih mendetail lewat utas Twitter-nya.
"Setiap pasien COVID-19 yang sudah mendapatkan dosis ketiga memiliki gejala ringan. Kebanyakan adalah sakit tenggorokan dengan kelelahan dan nyeri otot. Tidak ada sesak napas. Sedikit tidak nyaman, tetapi baik-baik saja," cuit Craig lewat akun @Craig_A_Spencer pada 27 Desember 2021 silam.
Sementara itu, mereka yang sudah divaksinasi dua dosis (terutama vaksin mRNA seperti Pfizer/BioNTech dan Moderna) memiliki gejala yang ringan juga, tetapi lebih banyak. Craig mengatakan bahwa mereka "lebih lelah dan lebih banyak mengeluhkan demam dan batuk", tetapi tidak ada sesak napas.
Sayangnya, hal yang sama tidak berlaku pada mereka yang menerima vaksin dosis tunggal (seperti Janssen) dan tidak mendapatkan booster.
"Kebanyakan pasien COVID-19 yang sebelumnya disuntik J&J dosis tunggal lebih buruk. Mengalami deman beberapa hari, merasa lemah, lelah, sesak napas, dan batuk. Akan tetapi, tidak butuh rawat inap atau bantuan oksigen. Memang buruk, tetapi tidak mengancam nyawa," imbuhnya.
Seorang pasien COVID-19 meletakkan kedua tangan di kepalanya. (ANTARA FOTO/REUTERS/Baz Ratner)
Kemudian, Craig menjelaskan beda gejala varian Omicron pada yang tidak divaksinasi. Tentu saja gejalanya jauh lebih berat dibanding yang sudah divaksinasi dua dan tiga dosis, bahkan sampai butuh rawat inap.
"Dan, hampir setiap pasien COVID-19 yang dirawat inap ternyata belum divaksin. Mereka mengalami sesak napas, dan saat berjalan, kadar oksigen mereka menurun. Setiap pasien butuh bantuan oksigen untuk bisa bernapas," kata Craig sebagai peringatan.
Craig menyerukan bahwa tiap orang harus divaksinasi dan mendapatkan booster jika bisa. Menurutnya, gelombang Omicron akan jauh lebih baik jika orang-orang sudah divaksinasi.