Studi: Gejala COVID-19 Parah Tingkatkan Risiko Long COVID

Orang yang pernah terkena COVID-19 perlu dimonitor

Walaupun pandemi COVID-19 sudah dinyatakan selesai, tetapi virus ini masih ada dan membawa dampak kesehatan yang mengancam, termasuk long COVID. Pada pertengahan Oktober 2023, lebih dari 771 juta kasus COVID-19 telah dilaporkan ke Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal The Lancet Regional Health – Europe pada 26 Oktober 2023 menemukan bahwa orang yang terinfeksi COVID-19 dengan gejala parah akan lebih mungkin terkena long COVID.

1. Melibatkan hampir 65.000 partisipan

Studi: Gejala COVID-19 Parah Tingkatkan Risiko Long COVIDilustrasi pasien COVID-19 (ANTARA FOTO/REUTERS/Marko Djurica)

Dalam penelitian ini, para peneliti meneliti prevalensi gejala fisik yang persisten pada orang dengan tingkat keparahan COVID-19 yang berbeda-beda. Mereka kemudian membandingkannya dengan orang yang belum terkonfirmasi COVID-19.

Penelitian ini melibatkan 64.880 orang dewasa dari Swedia, Denmark, Norwegia, dan Islandia. Gejala fisik yang dilaporkan sendiri antara April 2020 hingga Agustus 2022.

Lebih dari 22.000 peserta didiagnosis dengan COVID-19 selama periode tersebut. Hampir 10 persen di antaranya harus terbaring di tempat tidur setidaknya selama tujuh hari. 

2. Gejala parah COVID-19 tingkatkan risiko long COVID

Studi: Gejala COVID-19 Parah Tingkatkan Risiko Long COVIDilustrasi long COVID (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Prevalensi gejala kronis seperti sesak napas, nyeri dada, pusing, sakit kepala, dan kelelahan 37 persen lebih tinggi pada mereka yang pernah terdiagnosis COVID-19 dibandingkan mereka yang tidak terdiagnosis COVID-19.

Pasien yang terbaring di tempat tidur setidaknya selama tujuh hari selama infeksi SARS-CoV-2 memiliki prevalensi beban gejala fisik parah tertinggi. Ini lebih dari dua kali lipat dibandingkan pasien yang tidak terdiagnosis COVID-19. Mereka juga mengalami gejala yang paling persisten hingga dua tahun setelah diagnosis.

Baca Juga: Studi: Perasaan Marah Bisa Bantu Capai Tujuan Kamu

3. Orang yang pernah terkena COVID-19 perlu dimonitor

Studi: Gejala COVID-19 Parah Tingkatkan Risiko Long COVIDilustrasi batuk (freepik.com/jcomp)

Emily Joyce, salah satu penulis utama penelitian tersebut, menyatakan bahwa COVID-19 yang berkepanjangan telah berkembang menjadi masalah yang harus diwaspadai. Ini karena sebagian besar populasi global telah terdampak oleh kondisi ini.

“Hasil kami menunjukkan konsekuensi kesehatan jangka panjang dari pandemi ini dan menyoroti pentingnya memantau gejala fisik hingga dua tahun setelah diagnosis, terutama pada orang yang mengalami COVID-19 parah," ucap Emily dalam keterangan tertulis.

Mayoritas peserta penelitian tersebut telah menerima vaksinasi lengkap atau sebagian. Sebagian besar hasilnya menunjukkan kondisi yang sama terhadap individu yang telah mendapatkan vaksinasi eksklusif.

Studi menemukan bahwa orang yang pernah mengalami gejala parah COVID-19 memiliki risiko lebih tinggi untuk terkena long COVID. Para peneliti masih terus melakukan penelitian terhadap dampak COVID-19 jangka panjang.

Baca Juga: Studi: Fruktosa Jadi Penyebab Utama Meningkatnya Kasus Obesitas

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya