Mengenal Deep Brain Stimulation, Pengobatan Penyakit Parkinson

Memberikan impuls listrik untuk meningkatkan fungsi motorik

Penyakit Parkinson merupakan gangguan neurologis yang umum terjadi pada populasi usia lanjut. Kondisi ini menyerang sistem saraf dan menyebabkan beberapa gejala seperti gerakan melambat, gemetar (tremor), dan kekakuan pada sendi (rigiditas).

Gejala-gejala tersebut bisa makin parah seiring bertambahnya usia. Penyakit Parkinson bisa diatasi dengan operasi deep brain stimulation (DBS). Ini merupakan salah satu prosedur yang dapat membantu memperbaiki gejala penyakit dan meningkatkan kualitas hidup pasien.

Dalam sebuah rilis yang diterima IDN Times, tiga dokter dari Grup RS Siloam menjelaskan tentang operasi DBS dan penyakit Parkinson. 

1. Deep brain stimulation pada pasien penyakit Parkinson

Mengenal Deep Brain Stimulation, Pengobatan Penyakit Parkinsonilustrasi deep brain stimulation (Dok. RS Siloam)

Dokter spesialis saraf RS Siloam Kebon Jeruk, dr. Frandy Susatia, SpS, RVT, mengatakan bahwa DBS atau pemasangan stimulasi saraf di dalam otak merupakan sebuah prosedur medis yang digunakan untuk menangani berbagai kondisi neurologis, seperti penyakit Parkinson.

Prosedur ini melibatkan pemasangan elektroda tipis pada bagian tertentu dari otak. Elektroda ini kemudian memberikan impuls listrik untuk meningkatkan fungsi motorik atau menghambat aktivitas yang berlebihan pada saraf.

"Elektroda ini terhubung ke generator yang ditanam di bawah kulit di dada. Generator ini mengirimkan sinyal listrik ke otak yang membantu mengurangi gejala penyakit Parkinson. Metode DBS adalah salah satu dari beberapa pengobatan yang tersedia untuk penyakit Parkinson dan telah terbukti efektif dalam mengurangi gejala”, dr. Frandy menjelaskan.

2. Bagaimana DBS memengaruhi otak pasien penyakit Parkinson?

Mengenal Deep Brain Stimulation, Pengobatan Penyakit Parkinsonilustrasi deep brain stimulation (Dok. RS Siloam)

Lebih lanjut, dr. Frandy menjelaskan bahwa elektroda DBS memancarkan impuls listrik yang bertujuan untuk mengatasi gejala penyakit Parkinson. Elektroda DBS bekerja dengan memberikan stimulus ke daerah otak tertentu yang terlibat dalam mengatur gerakan tubuh.

Sinyal ini membantu mengurangi tremor, kekakuan, dan kesulitan bergerak yang terkait dengan penyakit Parkinson. Operasi DBS juga dapat membantu mengurangi efek samping dari obat untuk penyakit Parkinson yang digunakan untuk mengontrol gejala.

3. Keuntungan operasi DBS

Mengenal Deep Brain Stimulation, Pengobatan Penyakit Parkinsonilustrasi pasien penyakit Parkinson (unsplash.com/Sven Mieke)

Dokter Frandy turut menjelaskan ada beberapa keuntungan operasi DBS untuk orang yang mengalami Parkinson. Manfaat ini meliputi:

  • Menurunkan intensitas gejala: Beberapa tanda penyakit seperti tremor, kaku, gerakan lambat, dan ketidakmampuan untuk bergerak dapat dikurangi dengan DBS.
  • Mengurangi dosis obat: Dosis obat yang dikonsumsi bisa menjadi lebih sedikit sehingga dapat meminimalkan efek samping obat. Hal ini juga membantu meningkatkan kualitas hidup pasien.
  • Prosedur yang lebih aman: Pemasangan DBS tidak memengaruhi kondisi kesehatan pasien secara keseluruhan. Area otak yang distimulasi terbatas pada lokasi tertentu yang memengaruhi gerakan.
  • Efektif dalam jangka waktu lama: Terapi DBS dapat terus efektif selama bertahun-tahun. Dokter umumnya akan melakukan pemeriksaan rutin untuk memastikan stimulasi DBS berjalan lancar.
  • Prosedur yang bisa disesuaikan: Terapi DBS dapat dengan mudah diatur sesuai dengan kebutuhan pasien. Ketika suatu program dimulai, pasien dapat memantau hasilnya dan berbicara dengan dokter tentang tingkat stimulasi yang diperlukan.

Baca Juga: Peran IVUS dan OCT dalam Pengobatan Penyakit Jantung Koroner

4. Kriteria pasien yang bisa melakukan operasi DBS

Mengenal Deep Brain Stimulation, Pengobatan Penyakit Parkinsonilustrasi pasien penyakit Parkinson (unsplash.com/Steven HWG)

Walaupun memiliki beragam manfaat, tetapi ada beberapa syarat untuk pasien penyakit Parkinson bisa melakukan operasi DBS. Dokter spesialis saraf akan melakukan evaluasi untuk memastikan pasien memenuhi syarat.

Beberapa kriteria tersebut meliputi:

  • Penegakan diagnosis penyakit Parkinson: Pasien harus memiliki diagnosis Parkinson yang ditegakkan dengan jelas. Tipe Parkinson yang lebih berat seperti Parkinson refraktori dapat menjadi indikasi untuk menjalani terapi DBS.
  • Telah maksimal dalam menggunakan obat: Pasien harus sudah mencoba dan memaksimalkan obat-obatan penyakit Parkinson yang tersedia.
  • Tidak ada efek samping yang signifikan dari obat: Pasien harus mampu menoleransi efek samping dari obat obatan yang diberikan.
  • Kondisi medis lain yang stabil: Pada pasien yang menderita penyakit medis lain, seperti epilepsi yang tidak terkontrol atau terapi kanker sistemik, sebaiknya menunda operasi DBS.
  • Usia: Umur pasien tidak lebih dari 75 tahun, tetapi tetap diperlukan diskusi antara pasien, dokter, dan keluarga.
  • Kualitas hidup pasien: Pasien harus memiliki keinginan untuk memperbaiki kualitas hidup dan memperbaiki cara hidup sehat.

"Melihat dari beberapa keuntungan di atas, DBS dapat menawarkan pengobatan yang aman dan efektif untuk gejala penyakit Parkinson. Namun, setiap pasien memiliki kondisi yang unik, oleh karena itu sangat ditekankan untuk berkonsultasi dengan dokter sebelum memulai terapi DBS,” lanjut dr. Frandy. 

5. Proses pemasangan elektroda DBS pada pasien penyakit Parkinson

Mengenal Deep Brain Stimulation, Pengobatan Penyakit Parkinsonilustrasi operasi Deep Brain Stimulation (dok. RS Siloam)

Spesialis bedah saraf RS Siloam, Dr. dr. Made Agus Mahendra Inggas, SpBS, secara singkat memberi penjelasan terkait proses pemasangan elektroda DBS pada pasien.

Sebelum melakukan operasi, pasien penyakit Parkinson harus menjalani beberapa langkah. Ini meliputi pemeriksaan MRI, memasang frame penyangga kepala, dan pemetaan otak. Pemetaan otak dilakukan untuk menentukan rute yang tepat agar dapat memasukkan elektroda ke otak.

Setelah itu, dokter akan memasukkan elektroda DBS ke otak melalui lubang kecil pada tengkorak. Setelah elektroda dipasang, dokter akan mengaktifkan stimulator yang berfungsi untuk mengirimkan sinyal elektrik yang akan memengaruhi sistem saraf yang mengendalikan gerakan.

Ketika prosedur selesai, pasien akan dipindahkan ke ruang pemulihan untuk dipantau oleh dokter dan tim medis. Pasien akan menjalani beberapa sesi pemrograman dan disarankan untuk melakukan beberapa aktivitas fisik saat tangan dan kaki distimulasi oleh DBS.

6. Perawatan pascaoperasi DBS pada pasien penyakit Parkinson

Mengenal Deep Brain Stimulation, Pengobatan Penyakit Parkinsonilustrasi pasien (flickr.com/NIH Clinical Center)

Setelah pemasangan elektroda DBS, menurut Dr. dr. Rocksy Fransisca V. Situmeang, SpN, dokter spesialis saraf RS Siloam Lippo Village Karawaci, pasien tidak memerlukan pengobatan khusus.

Umumnya, pasien melaporkan kondisi yang lebih baik pascaoperasi dan bisa mulai beraktivitas seperti biasa. Ia menjelaskan bahwa alat akan baru dinyalakan setelah 1–2 minggu pascaoperasi. Selama masa pemulihan, pasien akan melakukan pemeriksaan medis secara teratur.

"Agar stimulasi dapat berfungsi dengan baik, voltage (voltase) dari elektroda tersebut harus diatur secara tepat. Setiap pasien mungkin memiliki pengaturan stimulasi DBS yang berbeda-beda , tergantung respons terhadap stimulasi, keparahan gejala penyakit, dan seiring bertambahnya usia pasien,” lanjut dr. Rocksy.

Baca Juga: Mengenal Metode Cryoablation untuk Pengobatan Aritmia

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya