Serositis: Penyebab, Gejala, Diagnosis, dan Pengobatan

Mengacu pada peradangan pada satu atau lebih membran serosa

Organ-ordan dada dan perut kita dilapisi lapisan tipis jaringan yang disebut membran serosa. Membran ini punya dua lapisan, yang mana satu terhubung ke organ sementara yang lainnya terhubung ke bagian dalam rongga tubuh.

Di antara dua lapisan, ada lapisan tipis cairan serosa yang memungkinkan organ-organ bergerak dengan lancar di dalam tubuh. Sebagai contoh, paru-paru dapat mengembang saat menarik napas dalam-dalam tanpa rusak oleh gesekan.

Nah, serositis terjadi ketika membran serosa mengalami peradangan. Ini mengakibatkan organ sulit bergerak mulus di tubuh, menyebabkan rasa sakit, dan gejala lainnya.

Serositis umumnya dialami oleh orang dengan penyakit autoimun, seperti systemic lupus erythematosus (SLE) atau lupus. Penyakit memiliki jenis dan gejala yang beragam, tergantung organ yang mengalami peradangan. 

1. Jenis

Dilansir Healthline, ada tiga jenis utama serositis tergantung pada membran serosa yang mengalami peradangan:

  • Perikarditis merupakan pembengkakan yang terjadi pada membran yang melapisi jantung bernama perikardium. Peradangan ini umumnya akan mengakibatkan nyeri dada yang tajam dan menjalar ke bahu saat penderitanya mengubah posisi. 
  • Pleuritis atau yang disebut juga dengan radang selaput dada merupakan inflamasi yang terjadi pada jaringan yang melapisi paru-paru bernama pleura. 
  • Peritonitis merupakan jenis serositis yang menyerang jaringan pelindung perut bernama peritoneum. Penderita kondisi ini umumnya akan merasakan sakit perut yang parah. 

2. Gejala

Serositis: Penyebab, Gejala, Diagnosis, dan Pengobatanilustrasi nyeri dada (pexels.com/freestocks.org)

Serositis akan menimbulkan gejala yang berbeda-beda tergantung jenis yang diderita. Dilansir Mayo Clinic, berikut beberapa gejala yang bisa ditimbulkan:

Perikarditis:

  • Sakit yang tajam pada bagian dada.
  • Kelelahan atau merasa lemah.
  • Kaki bengkak.
  • Demam ringan.
  • Jantung yang berdebar-debar.
  • Sesak napas saat berbaring. 

Pleuritis:

  • Nyeri dada yang semakin parah saat bernapas, batuk, atau bersin.
  • Sesak napas.
  • Batuk.
  • Demam. 

Peritonitis:

  • Sakit pada area perut.
  • Kembung atau perasaan begah di perut.
  • Tidak bisa buang air besar atau kentut. 
  • Mual dan muntah.
  • Urine yang sedikit. 

3. Penyebab

Serositis umum dialami oleh orang yang memiliki masalah autoimun, seperti penyakit lupus. Sebuah penelitian dalam jurnal Lupus Science & Medicine menunjukkan bahwa 22 persen pasien lupus mengalami perikarditis dan sebanyak 43 persen mengalami pleuritis

Tidak hanya lupus, kondisi imun sistem lainnya juga bisa menyebabkan serositis. Beberapa kondisi autoimun lainnya yang bisa menyebabkan serositis meliputi:

  • Artritis idiopatik juvenil.
  • Artritis reumatoid.
  • Penyakit radang usus.

Baca Juga: Gondok: Jenis, Gejala, dan Pengobatannya

4. Diagnosis

Serositis: Penyebab, Gejala, Diagnosis, dan Pengobatanilustrasi rontgen dada (unsplash.com/CDC)

Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan tes darah untuk mendiagnosis serositis. Tes darah dilakukan untuk mengidentifikasi tanda-tanda infeksi atau tanda masalah imun sistem. 

Pemeriksaan dengan metode scan atau pemindaian, seperti rontgen dada, CT scan, ultrasound, atau elektrokardiogram bisa membantu mengidentifikasi sumber gejala serositis. Jika terdapat banyak cairan pada selaput serosa, dokter akan mengambil sampel untuk menganalisis penyebabnya.

5. Pengobatan

Pengobatan serositis tergantung pada penyebab utama serta membran serosa yang mengalami peradangan. Pada awal pengobatan, dokter biasanya akan meresepkan obat anti inflamasi nonsteroid, seperti ibuprofen, untuk mengurangi peradangan. 

Saat penyebab utama telah diidentifikasi, beberapa pilihan pengobatan serositis meliputi:

  • Antibiotik.
  • Obat imunospresan.
  • Obat antivirus.
  • Kortikosteroid. 

Serositis adalah penyakit serius yang memiliki jenis dan penyebab yang berbeda-beda. Jika kamu mengalami gejala-gejala yang disebutkan di atas, segera periksa ke dokter untuk mendapatkan diagnosis dan penanganan yang tepat.

Baca Juga: 5 Fakta Penyakit Lupus, Deteksi Dini untuk Cegah Komplikasi

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya