Pleuritis: Gejala, Penyebab, Diagnosis, Pengobatan, Pencegahan

Gejala pleuritis bisa mirip serangan jantung

Pleurisy atau pleuritis adalah peradangan pada pleura atau selaput dada. Pleura adalah selaput tipis yang melapisi bagian luar paru-paru dan bagian dalam rongga dada. Pleuritis merupakan kondisi peradangan (pembengkakan atau iritasi) dari dua lapisan jaringan ini. Pleuritis juga merupakan jenis dari nyeri dada, yang memengaruhi pleura.

Ruang pleura adalah area tipis antara lapisan dada dan selaput yang melapisi paru-paru. Cairan melumasi lapisan pleura sehingga mereka meluncur dengan mulus di samping satu sama lain saat bernapas. Ketika selaput meradang, mereka bergesekan dengan melukai satu sama lain.

1. Penyebab

Dokter tidak selalu tahu apa yang menyebabkan pleuritis. Infeksi biasanya menyebabkan gangguan tersebut. Infeksi ini bisa viral (akibat virus), misalnya influenza, atau bakterial (disebabkan oleh bakteri), seperti pneumonia. Sementara infeksi dapat menyebabkan pleuritis, kondisi pleuritis itu sendiri tidak menular, mengutip Cleveland Clinic.

Kondisi lainnya yang dapat menyebabkan pleuritis antara lain:

  • Asbestosis, yaitu penyakit paru-paru yang disebabkan oleh inhalasi asbestos.
  • Gangguan autoimun seperti lupus dan artritis reumatoid.
  • Emboli paru, yaitu adanya pembekuan darah dalam paru-paru.
  • Trauma atau operasi pada paru-paru.
  • Penyakit radang usus.
  • Reaksi terhadap obat-obatan termasuk hydralazine (untuk mengobati tekanan darah tinggi), isoniazid (obat untuk tuberkulosis), dan procainamide (untuk mengobati irama jantung yang tidak normal).
  • Tumor yang disebabkan oleh kanker pada sistem pernapasan, seperti kanker paru-paru.

Pleuritis dapat memengaruhi orang dengan kondisi medis tertentu yang mendasarinya, seperti infeksi atau penyakit autoimun. Pleuritis bisa dialami semua usia, tetapi paling sering berkembang pada usia di atas 65 tahun. Orang-orang ini lebih mungkin untuk mengembangkan infeksi dada.

Orang-orang keturunan Mediterania memiliki risiko lebih tinggi untuk radang selaput dada karena kondisi keturunan yang disebut demam Mediterania familial. Dengan demam Mediterania familial, mutasi genetik (perubahan) menyebabkan peradangan di dada dan perut.

2. Gejala

Kebanyakan orang dengan radang selaput dada mengalami nyeri dada yang tajam atau menusuk, yang dikenal sebagai nyeri pleuritik. Rasa sakit ini sering memburuk saat batuk atau menarik napas dalam-dalam. Terkadang, rasa sakit bisa menyebar ke bahu atau punggung.

Nyeri yang mirip dengan nyeri pleuritik juga bisa menjadi gejala kondisi medis darurat, seperti serangan jantung atau emboli paru. Apabila kamu mengalami nyeri dada yang tajam, penting untuk segera mencari perhatian medis.

Tanda dan gejala pleuritis lainnya dapat meliputi:

  • Batuk.
  • Kelelahan (kelelahan ekstrem).
  • Demam.
  • Sesak napas.
  • Penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan.

Menambahkan dari Mayo Clinic, pleuritis dapat disertai dengan efusi pleura, atelektasis, atau empiema.

  • Efusi pleura. Dalam beberapa kasus radang selaput dada, cairan menumpuk di ruang kecil antara dua lapisan jaringan (efusi pleura). Ketika ada cukup banyak cairan, nyeri pleuritik berkurang atau hilang karena kedua lapisan pleura tidak lagi bersentuhan dan tidak saling bergesekan.
  • Atelektasis. Sejumlah besar cairan di ruang pleura dapat menciptakan tekanan, menekan paru-paru ke titik di mana sebagian atau seluruhnya kolaps (atelektasis). Hal ini membuat sulit bernapas dan bisa menyebabkan batuk.
  • Empiema. Cairan ekstra juga bisa terinfeksi, mengakibatkan akumulasi nanah (empiema). Empiema sering disertai demam.

Baca Juga: Kanker Paru-Paru, Penyebab Utama Kematian akibat Kanker di Indonesia

3. Diagnosis

Pleuritis: Gejala, Penyebab, Diagnosis, Pengobatan, Pencegahanilustrasi pleuritis (clevelandclinic.org)

Dokter akan menanyakan riwayat medis pasien dan beberapa tes untuk mengevaluasi pleuritis. Tes ini bisa meliputi:

  • Biopsi: Dalam beberapa kasus, dokter akan mengambil sampel kecil jaringan paru-paru untuk menentukan apakah ada kanker atau tuberkulosis.
  • Tes darah: Dokter menggunakan tes darah untuk mencari tanda-tanda infeksi atau gangguan autoimun seperti lupus atau artritis reumatoid.
  • Elektrokardiogram (EKG atau ECG): Tes ini menggunakan elektroda kecil yang ditempatkan di dada untuk mengukur aktivitas listrik jantung. Ini membantu dokter menyingkirkan masalah atau defek jantung.
  • Tes pencitraan: Tes pencitraan seperti sinar-X, CT scan, dan ultrasound (USG) memungkinkan dokter melihat kelainan pada rongga pleura, termasuk udara, gas, atau bekuan darah.
  • Pemeriksaan fisik: Mendengarkan paru-paru dengan stetoskop memungkinkan dokter mendengar suara gesekan di paru-paru yang mungkin merupakan tanda pleuritis.
  • Ekstraksi cairan (thoracentesis): Dokter memasukkan jarum kecil ke dalam rongga pleura dan mengeluarkan cairan untuk mencari tanda-tanda infeksi atau penyebab lain dari radang selaput dada.

Baca Juga: Efusi Pleura: Penyebab, Gejala, Komplikasi, dan Pengobatan

4. Pengobatan

Pengobatan pleuritis akan bergantung pada kondisi yang mendasari yang menyebabkannya. Dalam beberapa kasus, radang selaput dada hilang dengan sendirinya tanpa pengobatan.

Pilihan perawatan pleuritis mungkin termasuk:

  • Menguras ruang pleura (drainase): Dokter mengeluarkan udara, darah, atau cairan dari ruang pleura. Tergantung seberapa banyak zat yang perlu dikeringkan, dokter akan menggunakan jarum suntik (thoracentesis) atau selang dada untuk menyedot cairan keluar dari area tersebut.
  • Obat: Dokter mungkin meresepkan antibiotik, antijamur, atau antiparasit untuk mengobati infeksi. Obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID) seperti ibuprofen dapat meredakan rasa sakit yang terkait dengan radang selaput dada. Kortikosteroid dapat mengurangi peradangan, tetapi dapat menghasilkan banyak efek samping. Dokter mungkin meresepkan bronkodilator untuk memudahkan pasien bernapas.
  • Perawatan radiasi atau kemoterapi: Dalam beberapa kasus, dokter menggunakan perawatan kanker untuk mengecilkan tumor yang menyebabkan radang selaput dada.

Selain itu, langkah-langkah di bawah ini bisa dilakukan di rumah untuk membantu meredakan gejala yang berhubungan dengan pleuritis:

  • Minum obat-obatan yang diresepkan dokter untuk meredakan nyeri dan inflamasi.
  • Istirahat cukup. Cari posisi yang paling nyaman saat beristirahat. Bahkan ketika pasien mulai merasa lebih baik, berhati-hatilah untuk tidak berlebihan dalam beraktivitas.
  • Tidak merokok, karena kebiasaan buruk ini dapat menyebabkan iritasi yang lebih banyak pada paru-paru. Bila kamu merokok dan sulit untuk berhenti, mintalah bantuan dokter.

5. Komplikasi yang bisa ditimbulkan

Beberapa orang dengan pleuritis dapat menyebabkan komplikasi. Ini bisa termasuk:

  • Hemotoraks: Darah menumpuk di rongga pleura.
  • Efusi pleura: Terlalu banyak cairan terkumpul di rongga pleura. Efusi pleura dapat menyebabkan kesulitan bernapas.
  • Penyakit parah, karena tidak mengobati infeksi atau kondisi yang menyebabkan pleuritis.

6. Pencegahan

Pleuritis: Gejala, Penyebab, Diagnosis, Pengobatan, Pencegahanilustrasi puntung rokok (pexels.com/Basil MK)

Karena ada banyak kondisi berbeda yang dapat menyebabkan pleuritis, cara pencegahan terbaik melibatkan pemantauan ketat kondisi kesehatan dan melakukan pemeriksaan tepat waktu. Artinya, segera temui dokter bila mengalami gejala pernapasan untuk menyingkirkan infeksi bakteri di paru-paru, penyakit akibat virus yang memengaruhi paru-paru, atau beberapa penyebab yang kurang umum seperti infeksi jamur.

Selain itu, jangan mengabaikan gejala jantung atau cedera di area dada. Bila kamu merokok, berusahalah untuk berhenti. Ini bisa menjadi strategi pencegahan utama lainnya.

Pleuritis adalah peradangan pada pleura paru yang kadang disertai nyeri pleuritik. Dalam beberapa kasus, kondisi ini dapat berkembang menjadi efusi pleura, yaitu ketika cairan menumpuk di dalam paru-paru.

Karena berbagai penyebab dapat menyebabkan radang selaput dada, prospek pasien akan tergantung pada penyebab yang mendasarinya. Tindakan terbaik adalah menemui dokter untuk mendapatkan diagnosis dan pengobatan tepat. 

Baca Juga: Hemotoraks: Gejala, Penyebab, Diagnosis, Pengobatan

Topik:

  • Bella Manoban
  • Nurulia
  • Bayu Aditya Suryanto

Berita Terkini Lainnya