Yang Harus Diketahui Individu Transgender tentang Kanker Payudara

Disarankan untuk melakukan skrining rutin

Kanker payudara sering kali diasosiasikan dengan warna merah jambu dan istilah "kesehatan perempuan". Padahal, jenis kelamin apa pun bisa terkena penyakit ini, termasuk laki-laki transgender, perempuan transgender, laki-laki cisgender, dan individu non-biner.

Skrining kanker payudara pada populasi transgender memiliki kebutuhan yang unik. Oleh karena itu, penting bagi penyedia layanan kesehatan dan pasien untuk mengetahui kapan dan bagaimana melakukan skrining, terutama dengan cara yang nyaman bagi pasien.

Berikut informasi penting yang harus diketahui tentang kanker payudara untuk individu transgender.

1. Prevalensi kanker payudara untuk individu transgender

Yang Harus Diketahui Individu Transgender tentang Kanker Payudarailustrasi kanker payudara (pexels.com/Klaus Nielsen)

Studi dalam jurnal Translational Andrology and Urology menunjukkan bahwa tingkat kanker dada pada laki-laki transgender dan orang yang terlahir sebagai laki-laki relatif sama.

Selain itu, studi dalam jurnal BMJ tahun 2019 menunjukkan bahwa perempuan trans dan laki-laki trans memiliki tingkat kanker payudara yang lebih rendah daripada perempuan cisgender.

Meskipun risiko kanker payudara perempuan trans meningkat saat mereka menggunakan terapi hormon estrogen, tetapi risikonya tetap lebih rendah daripada individu yang terlahir sebagai perempuan.

2. Kapan harus melakukan skrining?

Yang Harus Diketahui Individu Transgender tentang Kanker Payudarailustrasi pemeriksaan payudara oleh dokter (intermountainhealthcare.org)

Dalam pernyataan terbaru U.S. Preventive Services Task Force (USPSTF), mereka merekomendasikan semua perempuan melakukan skrining kanker payudara setiap dua tahun sekali setelah usia 40 tahun.

Individu yang terlahir sebagai perempuan yang belum melakukan operasi rekonstruksi dada disarankan mengikuti rekomendasi tersebut. 

Namun, American College of Radiology menyarankan untuk melakukan pemeriksaan mamogram setiap tahun.

Mereka juga mengatakan bahwa pemeriksaan mamogram mungkin cocok untuk perempuan trans yang sudah menggunakan hormon selama lima tahun atau lebih, khususnya jika mereka memiliki faktor risiko dan berusia 40 tahun atau lebih. 

Baca Juga: WHO Tetapkan Aspartam Berpotensi Sebabkan Kanker

3. Skrining untuk individu yang pernah melakukan top surgery

Yang Harus Diketahui Individu Transgender tentang Kanker Payudarailustrasi skrining kanker (pexels.com/Anna Shvets)

Lebih lanjut, untuk individu transgender dan non-biner yang jaringan payudaranya diangkat dalam operasi rekonstruksi dada, beberapa jaringan payudara akan tetap ada tergantung pada jenis operasinya.

Untuk pasien yang pernah menjalani prosedur ini, biasanya laki-laki trans, disarankan agar mereka melakukan pemeriksaan dada.

Jika seseorang menjalani operasi rekonstruksi pengangkatan dada, biasanya mamogram tidak mungkin dilakukan. Ini karena tidak cukup jaringan dada yang tersedia untuk pemeriksaan tersebut.

Orang yang pernah melakukan operasi pengangkatan payudara (top surgery) direkomendasikan untuk berkonsultasi dengan dokter terkait riwayat kanker payudara. 

Kanker payudara bisa menyerang siapa saja, termasuk termasuk laki-laki transgender, perempuan transgender, laki-laki cisgender, dan individu non-biner. Melakukan skrining rutin bisa menjadi cara untuk mencegah kanker payudara.

Baca Juga: Mamografi: Prosedur, Manfaat, Risiko, Persiapan, Hasil

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya