Jarak kehamilan yang terlalu dekat membuat ibu lebih mungkin mengalami depresi pascapersalinan. Ibu dengan depresi pascapersalinan cenderung mengalami pasang surut emosional, seperti sering menangis, kelelahan, rasa bersalah, kecemasan, dan mungkin mengalami kesulitan merawat bayi mereka.
Depresi pascapersalinan dapat memengaruhi bayi dengan cara berikut:
- Ibu kesulitan menjalin ikatan dengan bayi.
- Anak mungkin memiliki masalah perilaku atau belajar.
- Ibu lebih mungkin melewatkan janji temu dengan dokter anak.
- Anak mungkin mengalami masalah makan dan tidur.
- Anak berisiko lebih tinggi mengalami obesitas atau gangguan perkembangan.
- Ibu mungkin mengabaikan perawatan anak atau tidak menyadari ketika anak sakit.
- Anak mungkin mengalami gangguan keterampilan sosial.
Jadi, jika kamu baru saja melahirkan dan ingin memiliki anak lagi, konsultasikan dengan dokter seputar kapan sebaiknya kamu dapat memulai program hamil lagi. Jika saat ini kamu sedang hamil dan memiliki jarak yang cukup dekat dengan persalinan sebelumnya, tidak perlu panik. Diskusikan kondisimu dengan dokter dan ikuti semua saran yang diberikan agar kamu memiliki kehamilan yang sehat.
Referensi
March of Dimes. Diakses pada September 2024. How long should you wait before getting pregnant again?
WHO. Diakses pada September 2024. Low birth weight.
Mayo Clinic. Diakses pada September 2024. Family planning: Get the facts about pregnancy spacing.
University of Utah Health. Diakses pada September 2024. Baby Spacing: The Optimal Amount of Time Between Pregnancies.
Healthline. Diakses pada September 2024. Pregnancy Complications: Uterine Rupture.
Backley, Sami, Alex Knee, et al. “Prenatal Depression and Risk of Short Interpregnancy Interval in a Predominantly Puerto Rican Population.” Journal of Women S Health 29, no. 11 (November 1, 2020): 1410–18.
KEMENTERIAN KESEHATAN RI PUSAT PROMOSI KESEHATAN 2014. Diakses pada September 2024. Peningkatan Kesehatan Ibu dan Anak Bagi Bidan dan Perawat (PDF).