Spinal Stenosis: Penyebab, Gejala, Diagnosis, Penanganan

Waspadai nyeri leher dan punggung

Bagi kebanyakan orang, mengalami sakit punggung dan leher saat kelelahan adalah hal wajar. Namun dua kondisi tersebut bisa menjadi pertanda adanya gangguan saraf pada tulang belakang yang disebut dengan spinal stenosis atau stenosis spinal.

Meski demikian, ternyata tidak semua orang akan mengalami gejala tertentu ketika mengalami spinal stenosis. Lalu apa saja hal yang harus diketahui dari kelainan tersebut?

Artikel ini akan mengulik lebih jauh tentang spinal stenosis mulai dari penyebab, gejala, dan pengobatannya. Simak terus di sini, ya!

1. Apa itu spinal stenosis?

Spinal Stenosis: Penyebab, Gejala, Diagnosis, Penangananilustrasi spinal stenosis atau stenosis spinal (commons.wikimedia.org/Bruce Blaus)

Sebagaimana diketahui, tulang belakang berperan dalam memberikan stabilitas dan dukungan untuk tubuh bagian atas. Tulang dan jaringan di sekitarnya melindungi saraf di sumsum tulang belakang. Apabila pelindung itu rusak, maka dapat memengaruhi fungsi seperti keseimbangan, berjalan, dan rasa sensasi.

Dilansir Cleveland Clinic, spinal stenosis atau stenosis tulang belakang adalah kondisi terjadinya penyempitan pada satu ruang atau lebih di dalam tulang belakang. Penyempitan itu mengurangi jumlah ruang yang tersedia untuk sumsum tulang belakang dan saraf di dalamnya. Akibatnya, sumsum tulang belakang atau saraf bisa teriritasi, tertekan, atau terjepit.

Tergantung pada lokasi penyempitannya, spinal stenosis dapat mengakibatkan rasa sakit, kesemutan, mati rasa, dan/atau kelemahan. Spinal stenosis biasanya berkembang perlahan seiring waktu karena bertambahnya usia.  

2. Jenis

Spinal stenosis dapat terjadi di mana saja di sepanjang tulang belakang, tetapi paling sering terjadi di dua area: 

  • Cervical spinal stenosis: Dalam kondisi ini, saraf tulang belakang keluar dari kanal tulang belakang (foramen intervertebralis) menjadi menyempit di leher. Ketika terlalu banyak penyempitan, maka akan menyebabkan kompresi dan/atau peradangan, akan muncul rasa sakit yang menyebar dari leher ke lengan. 
  • Lumbar spinal stenosis: Penyempitan terjadi pada bagian tulang belakang di punggung bawah. Mengutip Spine Health, penyebab spinal stenosis jenis ini umumnya terkait dengan perubahan degeneratif, atau juga dikenal spondylosis yang terjadi akibat dari penuaan. 

3. Gejala

Spinal Stenosis: Penyebab, Gejala, Diagnosis, Penangananilustrasi sakit punggung saat bangun tidur dan cara mengatasinya (backtohealthphysio.com.au)

Banyak orang memiliki bukti spinal stenosis pada MRI atau CT scan mungkin tidak memiliki gejala. Namun, ketika muncul gejala, gejalanya mulai secara bertahap dan memburuk dari waktu ke waktu. Gejalanya bervariasi tergantung lokasi stenosis dan saraf mana yang terdampak, mengutip Mayo Clinic.

Di leher (cervical spinal)

  • Mati rasa atau kesemutan di tangan, lengan, atau kaki.
  • Kelemahan di tangan, lengan, kaki, atau tungkai.
  • Masalah dengan berjalan dan keseimbangan
  • Sakit leher.
  • Dalam kasus yang parah, disfungsi usus atau kandung kemih (urgensi urine dan inkontinensia).

Di punggung bawah (lumbar spinal)

  • Mati rasa atau kesemutan di kaki atau tungkai.
  • Kelemahan pada kaki atau tungkai.
  • Nyeri atau kram pada satu atau kedua kaki saat berdiri dalam waktu lama atau saat berjalan, yang biasanya mereda saat membungkuk atau duduk.
  • Sakit punggung.

Periksakanlah dirimu ke dokter bila mengalami gejala-gejala di atas.

Baca Juga: Stenosis Aorta: Penyebab, Gejala, Diagnosis, dan Pengobatan

4. Penyebab dan faktor risiko

Tulang punggung atau tulang belakang membentang dari leher ke punggung bawah. Tulang-tulang tulang belakang membentuk kanal tulang belakang, yang melindungi sumsum tulang belakang (saraf).

Beberapa orang dilahirkan dengan kanal tulang belakang yang kecil. Akan tetapi, kebanyakan spinal stenosis terjadi ketika suatu hal mempersempit ruang terbuka di dalam tulang belakang. Penyebab spinal stenosis mungkin termasuk: 

  • Pertumbuhan tulang yang berlebihan: Kerusakan akibat keausan karena osteoartritis pada tulang belakang dapat memicu pembentukan taji tulang, yang dapat tumbuh ke dalam kanal tulang belakang. Penyakit Paget, penyakit tulang yang biasanya menyerang orang dewasa, juga dapat menyebabkan pertumbuhan tulang yang berlebihan di tulang belakang.
  • Hernia nukleus pulposus (HNP): Bantalan lembut yang berfungsi sebagai peredam kejut di antara tulang belakang cenderung mengering penuaan. Retakan di bagian luar cakram memungkinkan beberapa bahan bagian dalam yang lembut keluar dan menekan sumsum tulang belakang atau saraf.
  • Penebalan ligamen: Jaringan ikat yang kuat yang mengikat tulang pada persendian bisa menjadi kaku dan menebal seiring waktu. Ligamen yang menebal ini bisa menonjol ke kanal tulang belakang.
  • Tumor: Pertumbuhan abnormal dapat terbentuk di dalam sumsum tulang belakang, di dalam selaput yang menutupi sumsum tulang belakang atau di ruang antara sumsum tulang belakang dan tulang belakang. Ini jarang terjadi dan dapat diidentifikasi pada pencitraan tulang belakang dengan MRI atau CT.
  • Cedera tulang belakang: Kecelakaan mobil dan trauma lainnya dapat menyebabkan dislokasi atau patah tulang pada satu atau lebih tulang belakang. Tulang yang tergeser dari patah tulang belakang dapat merusak isi kanal tulang belakang. Pembengkakan jaringan di dekatnya setelah operasi punggung juga dapat memberi tekanan pada sumsum tulang belakang atau saraf.

Kebanyakan orang dengan spinal stenosis berusia di atas 50 tahun. Meskipun perubahan degeneratif dapat menyebabkan kondisi ini pada usia yang lebih muda, penyebab lainnya perlu dipertimbangkan. Ini termasuk trauma, kelainan bentuk tulang belakang bawaan seperti skoliosis, dan penyakit genetik yang memengaruhi perkembangan tulang dan otot di seluruh tubuh. Pencitraan tulang belakang dapat membedakan penyebab ini.

5. Diagnosis

Spinal Stenosis: Penyebab, Gejala, Diagnosis, Penangananilustrasi sinar-X atau X-ray (pexels.com/Towfiqu barbhuiya)

Untuk menegakkan diagnosis, dokter akan meninjau riwayat kesehatan, gejala, dan melakukan pemeriksaan fisik pada pasien.

Selama pemeriksaan, dokter akan menyentuh tulang belakang, menekan area yang berbeda untuk melihat apakah ini menyebabkan rasa sakit. Dokter mungkin akan meminta pasien untuk membungkuk ke arah yang berbeda untuk melihat apakah posisi tulang belakang yang berbeda menyebabkan rasa sakit atau gejala lainnya. Dokter juga akan memeriksa keseimbangan dan melihat bagaimana pasien bergerak dan berjalan, serta melihat kekuatan lengan dan kaki.

Pasien kemudian akan menjalani tes pencitraan untuk memeriksa tulang belakang dan menentukan lokasi, jenis, dan tingkat masalahnya. Tes pencitraan yang diperlukan mungkin termasuk:

  • Sinar-X: Sinar-X menggunakan sejumlah kecil radiasi dan dapat menunjukkan perubahan struktur tulang, seperti hilangnya tinggi cakram dan perkembangan taji tulang yang mempersempit ruang di tulang belakang.
  • MRI: Menggunakan gelombang radio dan magnet yang kuat untuk membuat gambar penampang tulang belakang. Tes ini memberikan gambar rinci dari saraf, diskus, sumsum tulang belakang dan keberadaan tumor apa pun.
  • CT atau CT myelogram: Pemindaian CT adalah kombinasi sinar-X yang menghasilkan gambar penampang tulang belakang. CT myelogram menambahkan pewarna kontras untuk lebih jelas melihat sumsum tulang belakang dan saraf.

6. Penanganan

Dilansir Rheumatology, tidak ada obat yang bisa menyembuhkan spinal stenosis. Namun, dengan olahraga teratur, penggunaan obat-obatan dan pembedahan bisa membantu.

  • Olahraga: Olahraga teratur dapat membantu membangun dan mempertahankan kekuatan pada oto-otot lengan dan kaki bagian atas. Ini akan meningkatkan keseimbangan, kemampuan berjalan, membungkuk, bergerak dan mengontrol rasa sakit. 
  • Obat-obatan: Obat yang dijual bebas seperti asetaminofen, atau obat antiinflamasi nonsteroid seperti ibuprofen atau naproxen juga dapat membantu meredakan nyeri.
  • Suntikan steroid: Ini tidak akan memperbaiki stenosis, tetapi dapat membantu mengurangi peradangan dan meredakan sebagian rasa sakit. Akan tetapi, pengobatan ini tidak bekerja untuk semua orang suntikan steroid berulang dapat melemahkan tulang dan jaringan ikat di sekitarnya. 
  • Prosedur dekompresi: Instrumen seperti jarum digunakan untuk mengangkat sebagian ligamen yang menebal di bagian belakang tulang belakang untuk meningkatkan ruang kanal tulang belakang dan menghilangkan benturan akar saraf. Hanya pasien dengan spinal stenosis lumbal dan ligamen yang menebal yang memenuhi syarat untuk jenis dekompresi ini. Prosedur ini disebut percutaneous image-guided lumbar decompression (PILD), juga kadang disebut dekompresi lumbal minimal invasif (MILD). Karena PILD dilakukan tanpa anestesi umum, ini mungkin menjadi pilihan bagi beberapa orang dengan risiko bedah tinggi dari masalah medis lainnya.

Pembedahan

Pembedahan dapat dipertimbangkan jika perawatan lain tidak membantu atau jika gejala berdampak besar pada pasien. Tujuan operasi termasuk menghilangkan tekanan pada sumsum tulang belakang atau saraf dengan menciptakan lebih banyak ruang di dalam kanal tulang belakang. Pembedahan untuk dekompresi area stenosis adalah cara paling pasti untuk mencoba mengatasi gejala spinal stenosis.

Penelitian menunjukkan bahwa operasi tulang belakang menghasilkan lebih sedikit komplikasi bila dilakukan oleh ahli bedah yang sangat berpengalaman. Jangan ragu untuk bertanya tentang pengalaman ahli bedah dengan operasi spinal stenosis. Jika ragu, carilah pendapat kedua.

Contoh prosedur bedah untuk mengobati stenosis tulang belakang meliputi:

  • Laminektomi: Prosedur ini menghilangkan bagian belakang (lamina) dari vertebra yang terkena. Laminektomi kadang disebut operasi dekompresi karena meringankan tekanan pada saraf dengan menciptakan lebih banyak ruang di sekitarnya. Dalam beberapa kasus, tulang belakang itu mungkin perlu dihubungkan ke tulang belakang yang bersebelahan dengan perangkat keras logam dan cangkok tulang (fusi tulang belakang) untuk mempertahankan kekuatan tulang belakang.
  • Laminotomi. Prosedur ini menghilangkan hanya sebagian dari lamina, biasanya mengukir lubang yang cukup besar untuk menghilangkan tekanan di tempat tertentu.
  • Laminoplasti. Prosedur ini dilakukan hanya pada tulang belakang di leher (tulang belakang leher). Ini membuka ruang di dalam kanal tulang belakang dengan membuat engsel pada lamina. Perangkat keras logam menjembatani celah di bagian tulang belakang yang terbuka.
  • Bedah minimal invasif. Pendekatan pembedahan ini menghilangkan tulang atau lamina dengan cara yang mengurangi kerusakan pada jaringan sehat di dekatnya. Ini menghasilkan lebih sedikit kebutuhan untuk melakukan fusi. Meskipun fusi adalah cara yang berguna untuk menstabilkan tulang belakang dan mengurangi rasa sakit, dengan menghindarinya, pasien dapat mengurangi potensi risiko, seperti rasa sakit dan peradangan pascaoperasi serta penyakit di bagian tulang belakang terdekat. Selain mengurangi kebutuhan akan fusi tulang belakang, pendekatan bedah minimal invasif telah terbukti menghasilkan waktu pemulihan yang lebih singkat.

Dalam kebanyakan kasus, operasi penciptaan ruang ini membantu mengurangi gejala spinal stenosis. Namun, gejala pada beberapa pasien mungkin tetap sama atau memburuk setelah operasi. Risiko bedah lainnya termasuk infeksi, robekan pada membran yang menutupi sumsum tulang belakang, bekuan darah di vena kaki, dan kerusakan neurologis.

Uji klinis sedang dilakukan untuk menguji penggunaan sel induk untuk mengobati penyakit tulang belakang degeneratif, suatu pendekatan yang kadang disebut pengobatan regeneratif. Uji coba pengobatan genomik juga sedang dilakukan, yang dapat menghasilkan terapi gen baru untuk spinal stenosis.

Ada pula pilihan pengobatan alternatif. Pengobatan integratif dan terapi alternatif dapat digunakan dengan perawatan konvensional untuk membantu mengatasi nyeri spinal stenosis. Contohnya adalah pijat, perawatan kiropraktik, dan akupunktur. 

Bicarakan dengan dokter mengenai pengobatan spinal stenosis yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan.

7. Pencegahan

Spinal Stenosis: Penyebab, Gejala, Diagnosis, Penangananilustrasi yoga (freepik.com/freepik)

Karena sebagian besar penyebab spinal stenosis adalah kondisi "keausan" terkait usia yang normal, seperti osteoartritis dan hilangnya massa tulang dan otot, kondisi ini tidak bisa 100 persen dicegah. Namun, kamu bisa menurunkan risiko atau memperlambat perkembangannya dengan cara:

  • Menerapkan pola makan sehat bergizi seimbang dan menjaga berat badan ideal.
  • Tidak merokok. Jika merokok, berhentilah. Bila kesulitan, minta bantuan dokter.
  • Pertahankan postur tubuh yang baik.
  • Olahraga. Hindari latihan fisik yang menyebabkan rasa sakit tetap usahakan untuk tetap aktif. Tanyakan kepada dokter atau terapis fisik sebelum memulai program latihan di rumah. Terlalu banyak istirahat bisa lebih berbahaya daripada mendatangkan manfaat.

Itulah fakta seputar spinal stenosis, kondisi penyempitan ruang di dalam tulang belakang yang dapat memberi tekanan pada saraf yang berjalan melalui tulang belakang. Walaupun spinal stenosis belum ada obat, tetapi gejala-gejalanya bisa berhasil dikelola dengan opsi bedah maupun nonbedah, seperti yang sudah dijelaskan di atas. Bila mengalami gejala-gejala yang mengarah ke kondisi ini, sebaiknya periksakan dirimu ke dokter, ya.

Penulis: Dian Rahma Fika Alnina

Baca Juga: 10 Penyebab Sakit Punggung Sebelah Kiri dan Cara Mengatasinya

Topik:

  • Bella Manoban
  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya