7 Mitos dan Fakta seputar Anemia, Kondisi Kurang Darah

Benarkah orang dengan anemia tak boleh olahraga?

Anemia atau kurang darah adalah kondisi yang ditandai dengan kurangnya jumlah sel darah merah. Kondisi ini bisa terjadi saat sel-sel darah merah tidak mengandung kadar hemoglobin secara cukup, yaitu protein kaya akan zat besi yang memberi warna merah pada darah.

Hemoglobin berperan dalam membantu sel darah merah mengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh. Bila tubuhmu kekurangan zat besi, hemoglobin akan terganggu.

Jumlah sel darah merah atau eritrosit normal manusia adalah 4,32-5,72 juta sel/mcL pada laki-laki dan 3,90-5,02 juta sel/mcL pada perempuan. Sementara itu, tingkat hemoglobin normal adalah 132-166 gram/L untuk laki-laki dan 116-150 gram/L untuk perempuan. Jika kurang dari itu, bisa dibilang kamu mengalami anemia. Pemeriksaan dokter diperlukan untuk memastikannya.

Karena merupakan kondisi yang sering dijumpai, ada banyak informasi seputar anemia yang mungkin benar, mungkin juga salah. Yuk, kenali mitos yang beredar mengenai kondisi kurang darah ini beserta faktanya.

1. "Anemia selalu disebabkan oleh kondisi defisiensi zat besi"

7 Mitos dan Fakta seputar Anemia, Kondisi Kurang DarahIlustrasi lelah akibat anemia. menusano.com

Ini mitos!

Dilansir Cleveland Clinic, penyebab paling sering anemia adalah rendahnya kadar zat besi dalam tubuh. Namun, ini bukan satu-satunya penyebab.

Kondisi lainnya yang dapat menyebabkan anemia antara lain:

  • Pola makan rendah vitamin B12 atau kondisi tubuh seseorang tak bisa menggunakan atau menyerap vitamin B12 (seperti anemia pernisiosa)
  • Pola makan rendah asam folat atau tubuh tak mampu menggunakan asam folat dengan semestinya (seperti anemia defisiensi folat)
  • Kelainan darah bawah (seperti anemia sel sabit atau talasemia)
  • Kondisi yang menyebabkan sel darah merah rusak terlalu cepat (seperti anemia hemolitik)
  • Kondisi kronis yang menyebabkan tubuh tidak memiliki cukup hormon untuk membuat sel darah merah, seperti hipertiroidisme, hipotiroidisme, penyakit ginjal tahap lanjut, lupus, dan penyakit kronis lainnya
  • Kehilangan darah yang berhubungan kondisi tertentu seperti tukak lambung, wasir, atau gastritis

2. "Vegetarian lebih rentan mengalami anemia"

7 Mitos dan Fakta seputar Anemia, Kondisi Kurang DarahIlustrasi vegetarian. unsplash.com/Julius Yls

Dilansir News24, menjadi vegetarian maupun vegan berarti menghindari perbagai produk hewani yang kebanyakan merupakan sumber tinggi zat besi yang lebih mudah diserap, contohnya daging merah. Tidak mengonsumsi daging merah dan produk susu memang bisa meningkatkan risiko anemia defisiensi zat besi, tetapi ini tak selalu terjadi.

Selain itu, pelaku pola makan vegetarian maupun vegan juga bisa mengalami anemia kekurangan vitamin B12 yang banyak bersumber dari daging merah, daging unggas, dan produk susu.

Meski demikian, bila vegan dan vegetarian memperhatikan asupan nutrisinya, ini bisa dibantu dokter ahli spesialis gizi, maka anemia bisa dihindari.

Baca Juga: 10 Gejala Anemia, Mulai Tubuh Lelah sampai Tampak Pucat

3. "Mayoritas anemia diderita oleh anak-anak"

7 Mitos dan Fakta seputar Anemia, Kondisi Kurang DarahIlustrasi anak yang mengalami anemia. freepik.com/jcomp

Anemia defisiensi zat besi memang lebih sering dialami bayi dan anak-anak, tetapi bukan berarti tak bisa terjadi pada usia lain. Ibu hamil juga rentan mengalami anemia, dan pada dasarnya anemia bisa dialami siapa pun, berapa pun usianya.

4. "Penderita anemia tidak boleh berolahraga"

7 Mitos dan Fakta seputar Anemia, Kondisi Kurang DarahIlustrasi olahraga. freepik.com/tirachardz

Dilansir Medscape, pada orang-orang dengan anemia kronis, olahraga bisa membuat mereka cepat lelah dan sesak napas. Ini karena darah kekurangan zat besi dan membawa lebih sedikit oksigen ke otot yang bekerja, aktivitas fisik sedang bisa terasa jauh lebih besar.

Meski demikian, penelitian menunjukkan bahwa olahraga teratur bisa secara nyata meningkatkan daya tahan dan tingkat kebugaran tubuh secara keseluruhan. Kunci untuk memaksimalkan manfaat dari olahraga adalah mengikuti program yang dirancang dengan baik yang bisa diikuti dalam jangka panjang. Diskusikan ini dengan dokter.

5. "Anemia bisa berubah menjadi leukemia"

7 Mitos dan Fakta seputar Anemia, Kondisi Kurang DarahIlustrasi pasien yang dirawat di rumah sakit. pexels.com/Andrea Piacquadio

Tidak ada hubungannya! Meskipun keduanya terjadi pada darah, anemia yang tidak sembuh-sembuh tidak pernah berkembang menjadi leukemia yang merupakan jenis kanker darah.

Meski demikian, pasien leukemia bisa mengalami gejala seperti anemia. Proses pengobatan leukemia pun bisa menyebabkan efek samping berupa anemia.

Perlu diketahui, leukemia terjadi ketika sel darah kanker terbentuk di sumsum darah dan mengeluarkan sel darah sehat.

6. "Semua anemia bersifat genetik"

7 Mitos dan Fakta seputar Anemia, Kondisi Kurang Darahpexels.com/Andrea Piacquadio

Ya, anemia mungkin genetik. Dilansir MedicineNet, kelainan bawaan membuat hemoglobin abnormal dan bisa memperpendek masa hidup sel darah merah yang menyebabkan anemia (anemia sel sabut). Gangguan keturunan juga bisa menyebabkan anemia dengan mengganggu produksi hemoglobin normal (misalnya talasemia alfa dan talasemia beta).

Meski begitu, anemia juga bisa terjadi karena faktor lainnya seperti dari pola makan yang buruk (lihat lagi poin nomor 1).

7. "Diabetes adalah salah satu penyebab anemia"

7 Mitos dan Fakta seputar Anemia, Kondisi Kurang DarahIlustrasi konsultasi dokter. freepik.com/pressfoto

Orang dengan diabetes yang mengecek darahnya secara rutin untuk mengetahui adanya anemia, karena banyak pasien diabetes yang mengalami kondisi kurang darah ini.

Biasanya ini terjadi karena pasien tidak memiliki cukup sel darah merah, sehingga bisa meningkatkan risiko terjadinya komplikasi diabetes, seperti kerusakan mata dan saraf. Selain itu, bisa juga memperburuk penyakit ginjal, jantung, dan arteri, yang lebih sering terjadi pada pasien diabetes.

Diabetes sering menyebabkan kerusakan ginjal, dan kegagalan pada ginjal bisa menyebabkan anemia. Ginjal yang sehat tahu kapan tubuh membutuhkan sel darah merah baru. Mereka melepaskan hormon erythropoietin (EPO), yang memberi sinyal pada sumsum tulang untuk menghasilkan sel darah merah lebih banyak. Nah, ginjal yang rusak tidak mengirimkan cukup EPO untuk memenuhi kebutuhan tersebut.

Kadang seseorang tak sadar dirinya punya penyakit ginjal sampai penyakitnya sudah parah. Akan tetapi, bila kamu terdiagnosis anemia, ini bisa jadi tanda adanya masalah pada ginjal. 

Orang dengan diabetes lebih mungkin mengalami peradangan pada pembuluh darah. Ini dapat mencegah sumsum tulang mendapatkan sinyal yang mereka butuhkan untuk membuat lebih banyak sel darah merah.

Selain itu, beberapa pengobatan diabetes bisa menurunkan kadar hemoglobin, yang mana diperlukan untuk mengangkut oksigen lewat darah. Contohnya adalah ACE inhibitors, fibratesmetformin, dan thiazolidinediones. Bila pasien diabetes mengonsumsi satu di antaranya, diskusikan ke dokter tentang risiko anemia.

Pada orang dengan penyakit ginjal yang melakukan dialisis, mungkin bisa terjadi kehilangan darah, yang mana bisa menyebabkan anemia.

Nah, itulah beberapa mitos umum mengenai anemia beserta faktanya. Penting untuk mencerna sesuatu dengan baik dengan mengetahui informasi benar. Ini penting karena informasi yang salah malah bisa membuat anemia tidak tertangani dengan baik.

Baca Juga: 12 Makanan Penambah Darah untuk Mengobati Penyakit Anemia

Sherly Naswa S Photo Verified Writer Sherly Naswa S

Hobi makan cita-cita kurus:v

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya