Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Gejala Sindrom Koroner Akut
ilustrasi nyeri dada (vecteezy.com/armmypicca)

Intinya sih...

  • Sindrom koroner akut adalah kondisi darurat jantung yang memerlukan penanganan medis segera.

  • Ada tiga jenis utama: STEMI, non-STEMI, dan angina tidak stabil, masing-masing dengan gejala dan tingkat keparahan yang berbeda.

  • Faktor risiko sindrom koroner akut meliputi hipertensi, kolesterol tinggi, diabetes, merokok, obesitas dan gaya hidup tidak aktif, serta riwayat keluarga.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Suatu sore, kamu mengalami nyeri dada. Kamu mencoba mengabaikannya, berharap rasa sesak itu hilang seiring istirahat. Namun, rasa berat di dada justru makin kuat, seolah ada beban besar menekan dari dalam.

Kenyataannya, gejala tersebut kerap disalahpahami. Nyeri dada mendadak bukan sekadar keluhan ringan, melainkan bisa menjadi tanda masalah jantung, seperti sindrom koroner akut atau acute coronary syndrome.

Sindrom koroner akut bisa menyerang siapa saja, kapan saja, bahkan pada orang yang sebelumnya tidak pernah didiagnosis penyakit jantung. Makin cepat pasien mendapatkan penanganan medis, makin besar peluang untuk selamat. Sebaliknya, keterlambatan bisa berujung pada gagal jantung permanen atau bahkan kematian mendadak.

Sindrom koroner akut harus selalu dianggap sebagai darurat medis. Tidak ada ruang untuk menunda atau menganggapnya sepele.

Apa itu sindrom koroner akut?

Sindrom koroner akut (SKA) adalah istilah umum untuk sekelompok kondisi yang terjadi ketika aliran darah ke otot jantung tiba-tiba berkurang atau terhenti, biasanya akibat penyempitan atau sumbatan pada pembuluh darah koroner.

SKA merupakan keadaan darurat jantung yang terjadi saat aliran darah ke otot jantung terhenti mendadak, biasanya karena sumbatan di arteri koroner. Jika tidak segera ditangani, kondisi ini dapat menimbulkan kerusakan permanen pada otot jantung.

Di Indonesia, SKA termasuk salah satu penyebab utama kematian akibat penyakit kardiovaskular. Karena itu, mengenali jenis dan gejalanya sejak dini menjadi langkah penting.

Jenis sindrom koroner akut

Ada tiga jenis utama SKA:

  • STEMI (ST-elevation myocardial infarction)

Ini adalah serangan jantung yang terjadi karena sumbatan mendadak dan cukup lama pada aliran darah ke jantung. Akibatnya, bagian otot jantung yang terkena cukup luas.

Pada pemeriksaan rekam jantung (EKG), terlihat segmen ST (bagian dari EKG yang menunjukkan kondisi aliran listrik di otot jantung setelah bilik jantung berkontraksi) yang lebih tinggi dari normal.

Tes darah juga menunjukkan peningkatan zat penanda kerusakan jantung.

  • Non-STEMI (Non-ST-elevation myocardial infarction)

Serangan jantung jenis ini terjadi ketika aliran darah ke jantung tersumbat sebagian atau hanya sementara. Kerusakan otot jantung biasanya lebih kecil dibanding STEMI.

Tidak selalu terlihat perubahan pada EKG, tetapi tes darah tetap menunjukkan adanya kerusakan jantung.

  • Angina tidak stabil (unstable angina)

Angina adalah nyeri atau rasa tidak nyaman di dada akibat masalah pada jantung. Disebut “tidak stabil” karena gejalanya berubah dari angina biasa: bisa muncul lebih sering, lebih mudah terjadi, terasa lebih berat, atau berlangsung lebih lama.

Kondisi ini dianggap serius dan ditangani sama seriusnya dengan serangan jantung.

Perbedaan SKA dan serangan jantung

ilustrasi serangan jantung (freepik.com/jcomp)

SKA adalah istilah umum untuk berbagai kondisi yang terjadi ketika aliran darah ke jantung tiba-tiba berkurang. Kondisi ini mencakup serangan jantung dan angina tidak stabil.

Sementara itu, serangan jantung adalah salah satu jenis SKA. Kondisi ini terjadi ketika aliran darah ke bagian otot jantung benar-benar terhenti atau sangat berkurang, sehingga menyebabkan kerusakan pada otot jantung.

Jadi, serangan jantung termasuk dalam SKA, tetapi SKA tidak selalu berarti serangan jantung.

Penyebab

Penyebab paling umum SKA adalah terbentuknya gumpalan darah di arteri koroner yang menghambat aliran darah ke jantung.

Gumpalan ini biasanya muncul akibat aterosklerosis, yaitu proses perlahan dan progresif ketika plak terbentuk di dinding pembuluh darah. Plak tersebut terdiri dari lemak, kolesterol, dan zat lain. Seiring waktu, plak mengeras, membuat pembuluh darah menyempit, dan mengurangi aliran darah.

Jika plak pecah, maka akan terbentuk gumpalan darah yang bisa menyumbat arteri sepenuhnya. Aterosklerosis merupakan penyebab utama penyakit kardiovaskular.

Faktor risiko

Beberapa kondisi dan kebiasaan meningkatkan kemungkinan kamu mengalami SKA:

  • Hipertensi: menekan dinding arteri dan mempercepat kerusakan pembuluh darah. 

  • Kolesterol tinggi: terutama low-density lipoprotein (LDL) atau kolesterol jahat yang mempercepat pembentukan plak. 

  • Diabetes: kadar gula darah tinggi merusak pembuluh dan mempercepat aterosklerosis. 

  • Merokok: zat beracun dalam rokok mempercepat inflamasi dan pengerasan arteri. 

  • Obesitas dan gaya hidup tidak aktif (sedenter): meningkatkan risiko melalui tekanan darah tinggi, kolesterol, dan gangguan metabolik. 

  • Riwayat keluarga: faktor genetik dan pola hidup serupa menambah risiko penyakit jantung.

Gejala

Gejala SKA paling khas adalah nyeri dada mendadak, digambarkan seperti ada benda berat menekan dada atau dada diremas kuat. Nyeri ini bisa menetap lebih dari beberapa menit, atau datang dan pergi, serta sering menjalar ke lengan kiri, rahang, leher, punggung, hingga ulu hati.

Orang dengan SKA juga sering mengalami sesak napas karena jantung tidak mampu memompa darah dengan baik. Gejala lain yang dapat menyertai termasuk keringat dingin, mual, muntah, pusing, hingga rasa hampir pingsan. Jika gejala-gejala tersebut muncul secara tiba-tiba, kamu harus menganggapnya sebagai kondisi darurat medis.

Gejala yang sering salah dikenali

Di Indonesia, banyak orang keliru menganggap gejala SKA sebagai “masuk angin” atau “angin duduk”. Salah persepsi ini bisa sangat berbahaya karena membuat pasien terlambat mendapatkan perawatan. 

Gejala sindrom koroner akut pada perempuan dan lansia sering tidak khas. Alih-alih nyeri dada berat, mereka bisa saja hanya merasa lemah, cepat lelah, atau mengalami gangguan pencernaan. Keluhan ringan ini sering dianggap biasa, padahal bisa menjadi tanda awal serangan jantung. Karena itu, jangan menyepelekan gejala mendadak yang terasa berbeda dari biasanya.

Diagnosis

ilustrasi konsultasi dokter (pexels.com/Cedric Fauntleroy)

Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik, mendengarkan suara jantung dan paru dengan stetoskop, serta menanyakan riwayat kesehatan kamu.

Tes untuk SKA meliputi:

  • EKG: Biasanya ini adalah tes pertama yang dilakukan. EKG merekam aktivitas listrik jantung. Saat tes, beberapa elektroda kecil ditempelkan di dada dan bagian tubuh lain.

  • Tes darah: Tes darah membantu mencari penyebab nyeri dada dan menilai risiko serangan jantung. Tes troponin dapat menunjukkan apakah sel-sel jantung mengalami kerusakan. Jika hasilnya positif, berarti serangan jantung sedang terjadi.

  • Ekokardiogram: Tes ini menggunakan gelombang suara (USG) untuk melihat kondisi jantung. Hasilnya bisa menunjukkan apakah jantung mengalami kerusakan dan mendeteksi beberapa jenis gangguan jantung.

  • Angiografi koroner: Bisa dilakukan segera atau setelah kondisi pasien lebih stabil. Tes ini menggunakan zat pewarna khusus dan sinar-X untuk melihat aliran darah di jantung, dan ini membantu dokter menentukan langkah pengobatan selanjutnya.

Tes lain yang mungkin dilakukan selama dirawat di rumah sakit:

  • Uji latih beban (exercise stress test).

  • Uji latih beban nuklir (nuclear stress test).

  • Stress echocardiography.

Pengobatan

Dokter dapat menggunakan obat-obatan, operasi, atau prosedur lain untuk meredakan gejala dan mengembalikan aliran darah ke jantung. Jenis pengobatan bergantung pada kondisi kamu serta seberapa besar sumbatan di arteri.

Pilihan pengobatan

  • Obat-obatan: Dokter mungkin memberikan satu atau lebih jenis obat, seperti aspirin, beta-blocker, statin, pengencer darah, obat penghancur bekuan (trombolitik), ACE inhibitor, atau nitrogliserin. Obat-obatan ini membantu mencegah atau memecah bekuan darah, mengatasi tekanan darah tinggi atau angina, meredakan nyeri dada, dan menstabilkan fungsi jantung.

  • Angioplasti: Prosedur ini membuka arteri yang tersumbat dengan menggunakan tabung tipis panjang (kateter). Kateter dimasukkan ke dalam arteri, lalu dokter memasang balon kecil yang dikempiskan. Balon kemudian dipompa di dalam arteri untuk membukanya. Spesialis jantung dapat memasang tabung kawat kecil (stent) agar arteri tetap terbuka.

  • Operasi bypass: Operasi ini membuat jalur baru bagi aliran darah agar melewati arteri yang tersumbat.

Keberhasilan pemulihan setelah SKA bergantung pada beberapa hal:

  • Seberapa cepat kamu mendapatkan penanganan.

  • Jumlah arteri yang tersumbat dan tingkat keparahan sumbatan.

  • Apakah jantung sudah mengalami kerusakan, serta seberapa luas dan di bagian mana kerusakan terjadi.

Secara umum, makin cepat arteri yang tersumbat dibuka, makin sedikit kerusakan pada jantung. Hasil terbaik biasanya dicapai jika arteri yang tersumbat dapat dibuka dalam beberapa jam sejak gejala pertama muncul.

Komplikasi yang bisa terjadi

SKA tidak hanya berbahaya saat serangan pertama. Tanpa penanganan cepat, kondisi ini dapat memicu komplikasi serius yang menurunkan kualitas hidup bahkan mengancam nyawa.

Komplikasi utama SKA

  • Gagal jantung: otot jantung rusak sehingga sulit memompa darah; gejalanya sesak napas, mudah lelah, dan bengkak pada kaki atau perut.

  • Aritmia: gangguan irama jantung (terlalu cepat, lambat, atau tidak teratur). Aritmia berat seperti fibrilasi ventrikel bisa memicu henti jantung mendadak.

  • Syok kardiogenik: jantung gagal memompa darah cukup; ditandai tekanan darah sangat rendah, kulit pucat/dingin, sesak, hingga penurunan kesadaran.

  • Ruptur otot atau katup jantung: jarang terjadi, tetapi sangat fatal karena dapat menyebabkan perdarahan berat dan henti jantung.

  • Kematian mendadak jantung: komplikasi paling berbahaya, biasanya akibat aritmia fatal atau kerusakan jantung luas, terutama pada jam-jam awal serangan.

Pencegahan

ilustrasi rowing machine (vecteezy.com/anatoliycherkas)

Mencegah selalu lebih baik daripada mengobati. Risiko serangan jantung dapat ditekan dengan mengendalikan faktor risiko dan menjalani gaya hidup sehat.

Langkah utama pencegahan:

  • Kontrol faktor risiko: jaga tekanan darah (<130/80 mmHg), gula darah, dan kolesterol. Pengendalian sejak dini bisa menurunkan risiko penyakit jantung hingga 80 persen.

  • Berhenti merokok atau tidak memulainya: rokok merusak pembuluh darah; berhenti total segera menurunkan risiko serangan jantung.

  • Rutin olahraga: lakukan aktivitas fisik minimal 150 menit per minggu (jalan cepat, bersepeda, berenang, dan lainnya) sesuai preferensi dan kondisi kesehatan.

  • Pola makan sehat jantung: batasi lemak jenuh, garam, dan gula; perbanyak buah, sayur, biji-bijian, serta ikan berlemak.

  • Pemeriksaan rutin: lakukan medical check-up (EKG, echocardiogram, treadmill test) sesuai anjuran dokter untuk deteksi dini.

Pencegahan SKA bukan hanya menghindari penyakit, tetapi juga membangun kualitas hidup yang lebih baik. Dengan langkah sederhana dan konsisten, jantung tetap sehat dan risiko serangan berulang bisa ditekan.

Kapan harus menemui dokter?

SKA adalah kondisi gawat darurat yang butuh pertolongan medis segera. Mengenali tanda awal bisa menyelamatkan nyawa. Jangan menunda pergi ke rumah sakit jika kamu atau orang terdekat mengalami tanda-tanda ini:

  1. Nyeri dada mendadak

  • Terasa seperti ditekan atau ditimpa beban berat.

  • Menjalar ke lengan kiri, rahang, leher, atau punggung.

  • Tidak hilang meski sudah beristirahat.

Nyeri dada mendadak harus dianggap sebagai kondisi darurat medis.

  1. Sesak napas, pusing, atau keringat dingin

Selain nyeri dada, gejala SKA juga dapat muncul dalam bentuk:

  • Sesak napas mendadak, bahkan saat tidak beraktivitas. 

  • Pusing atau hampir pingsan, akibat aliran darah ke otak berkurang. 

  • Keringat dingin berlebihan tanpa penyebab jelas.

Gejala ini sering muncul terutama pada perempuan dan lansia, bahkan tanpa nyeri dada klasik.

  1. Ada riwayat penyakit jantung dalam keluarga

  • Keluhan ringan seperti mudah lelah, berdebar, atau nyeri dada samar tetap perlu diperiksa.

  • Faktor genetik meningkatkan risiko, sehingga pemeriksaan rutin sangat penting.

Dalam kasus SKA, setiap menit sangat berarti. Bertindak cepat dapat menyelamatkan nyawa. Jika mengalami gejala-gejala di atas, segera hubungi 112, 118, atau 119, atau segera pergi ke IGD rumah sakit terdekat. Jangan menunggu gejala hilang sendiri atau mencoba pengobatan rumahan.

Referensi

"Gejala Sindrom Koroner Akut yang Harus Diwaspadai Sejak Dini." Heartology Cardiovascular Hospital. Diakses November 2025.

"Acute coronary syndrome in women." European Society of Cardiology. Diakses November 2025.

"Acute coronary syndrome." Heart Research Institute. Diakses November 2025.

“Acute Coronary Syndrome: MedlinePlus Medical Encyclopedia,” n.d., https://medlineplus.gov/ency/article/007639.htm.

Editorial Team