Untuk bayi baru lahir, mereka dilarang untuk puasa. Jika bayi terlahir di bawah 32 minggu dan/atau di bawah 1,5 kg dengan risiko sedang ke tinggi, maka bayi harus diberikan asupan nutrisi parenteral via infus selama 24–48 jam pertama. Hal ini sesuai dengan arahan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI).
Selain nutrisi parenteral, Prof. Rinawati menunjukkan bahwa bayi juga harus diberikan trophic feeding 10–15 mL/kgBB/24 jam yang secara bertingkat dinaikkan volumenya sesuai toleransi bayi untuk tumbuh kejar. Diharapkan, bayi bisa mencapai tahap full feed dalam waktu 2–3 minggu.
Profesor Rinawati kemudian mengutip sebuah studi yang dilakukan pada 2007. Menurut studi tersebut, anak yang stunting sampai usia 9 bulan memiliki IQ yang lebih rendah. Studi tersebut juga menemukan bahwa peningkatan berat badan sejak lahir sampai usia 8 minggu ternyata bisa meningkatkan IQ saat usia 8 tahun.
“Otak tidak bisa dibeli, jadi setiap individu yang lahir di Indonesia berhak untuk dilindungi dan dibina," imbuh Prof. Rinawati.
ilustrasi ASI perah (babycentre.co.uk)
Lalu, bagaimana bila bayi terlahir prematur melewati 32 minggu tetapi kurang 37 minggu? Selain nutrisi parenteral, pemberian nutrisi enteral juga bisa dilakukan setelah lahir jika tak ada kontraindikasi mutlak.
"Berikan ASI agar enzim bisa bekerja. Bayi prematur harus difortifikasi dengan protein," tutur Prof. Rinawati.
RSCM menawarkan asupan nutrisi enteral dari air susu ibu (ASI), ASI dari donor (yang lebih diutamakan dari sesama bayi prematur), dan human milk fortifier (diberikan setelah bayi menerima nutrisi enteral 100 cc/kgBB/hari, serta standard pre-term formula dengan takaran 24 kkal/oz.
Jika bayi alergi protein susu sapi, Dr. Lies mengatakan bayi bisa diberi alternatif berupa formula berbasis susu sapi dengan protein terhidrolisat ekstensif atau asam amino bebas. Atau, jika memiliki kelainan metabolisme bawaan, bisa diberikan formula dengan komposisi yang sesuai kelainan metabolisme.
"Orang tua juga penting memiliki pemahaman yang baik mengenai nutrisi bagi bayi prematur agar dapat bersinergi dengan rumah sakit dalam memberikan nutrisi yang tepat sehingga dapat membantu mengurangi kejadian tengkes," kata Prof. Rinawati.